16 ;

4 2 0
                                    

Akari merenung. Anak rambutnya ke sana-kemari karena kipas angin. Musim panas membuat dirinya bosan, karena kembaran beserta kakaknya pergi entah kemana.

"Rieyu, dia ... yang akrab dengan Kazumi, 'kan? Kenapa tiba-tiba kenal padaku ..?"

Lagi-lagi terdiam. Akari menatap surat yang ia letakkan di meja belajarnya. "Apa kita pernah bertemu ... sebelumnya?"

Tuk! Sebuah buku dari rak terjatuh. Menarik perhatian Akari. Gadis itu bangun, mengambil buku yang terjatuh itu.

"Ah, buku ini ... mata merah ...?"

Lagi-lagi gadis itu terdiam. Ada apa dengan ingatannya? Kenapa tidak ada satupun yang dia ingat? Apa dia mengidap amnesia atau semacamnya?

Ding, dong.

Tersentak, Akari menaruh buku itu ketempat semula. Meninggal hal yang dia pikirkan lalu pergi membuka pintu. Siapa tahu Akira atau Akeru sudah pulang.

Kriet..!

"Kalian lama seka--"

"Li ... Ah! Kazumi?!" Wajah Akari merona malu.

"Kau menunggu seseorang sepertinya, tapi maaf kalau aku bukan orang yang kau tunggu," ucapnya dengan wajah datar.

Akari menggeleng, "Tidak kok! Aku senang ada yang berkunjung!"

"Aku bukan datang untuk berkunjung," cetus Kazumi membuat Akari murung.

"Tapi, mengajakmu jalan-jalan."

"Eh?" Akari mengedipkan mata berkali-kali. "EHH?!!!"

-

"Hei Kayo, Ojou-sama kemana?" tanya anak laki-laki bersurai hitam berantakan.

"Tidak tahu~ ah, panasnya! Natsu! Ayo keluar beli es krim~!" bujuk Kayo.

Manik ungunya menatap datar si pemilik surai violet itu. "Memangnya kau punya uang?" ketusnya.

"Tentu punya! Ayo! Kali ini aku yang traktir!" serunya semangat.

"Kalau punya uang kenapa kemarin pinjam uangku?"

"Natsu pelit! Saat itu uangku habis untuk ke taman bermain tahu!"

"Dasar boros!"

Kayo cemberut, sepertinya Natsu marah. Tangannya meraih tangan Natsu, mencoba membujuk laki-laki dingin itu. "Ayolah! Antar aku beli es krim, ya?" pintanya memelas.

Memutar bola matanya jengah, Natsu hanya menatap datar. "Kalau aku bilang tidak, kau pasti memaksa. Ya sudah ayo."

"Yey! Natsu yang terbaik~!" seru Kayo dengan mata berbinar-binar.

-

Surai hitamnya ia ikat dengan gaya ponytail, mata birunya menatap sang lawan bicara. "Ada apa?" ketusnya.

"Hei, jangan begitu dong. Aku datang baik-baik lho!"

Gadis itu hanya menatap datar si pemilik surai navy. "Kalau hanya membicarakan tentang 'kenapa kau tidak memberi tahu Akari tentang 'dia' atau 'mereka'', aku pergi."

"Itu ancaman atau peringatan?"

"Menurutmu?"

Pemilik surai navy, Hiyori. Tertawa kecil. "Aku tau kau ingin melindungi kembaran mu Akira. Oleh sebab itu aku tidak akan membahasnya lagi."

Alisnya terangkat sebelah, menatap heran Hiyori. "Lalu? Kenapa memanggilku?"

"Ayo kita ke pantai!" seru Hiyori menarik tangan Akira.

Autumn MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang