Part 10 : Dini Hari

8 3 0
                                    

— e a r l y  d a y s —

Semalam mereka mendengar dan menyanyikan beberapa lagu sampai hampir jam setengah dua belas malam. Setelahnya mereka kembali ketenda masing-masing untuk beristirahat menjemput mimpi.

Tepat pada jam setengah dua pagi, kelima orang yang sudah resmi bantara itu diam-diam pergi berkumpul ditenda dapur mempersiapkan acara selanjutnya. Mereka ; Viqri, Faqih, Aina, Renata, dan Eric.

"Masih ngantuk pol." Ucap Renata sambil mengusap-usap matanya.

"Sini bobo dibahu abang neng." Tawar Viqri sambil menepuk-nepuk bahunya.

Renata memicingkan matanya seolah hal tersebut begitu jijik, "Najis ya!" Hal tersebut mengundang tawa mereka tertahan didalam tenda, alias fly set yang tertutup rapi.

"Gimana? Dini hari ini buat PTKU-nya 'kan?" Kak Vero berucap setelah sampai pada tempat mereka mempersiapkan segala sesuatunya.

"Eh iya kak, konsepnya kayak biasa 'kan kak?" Tanya Aina.

"Iya bener, silahkan dilanjutkan saya terima beres." Ucapnya seperti tiada beban.

Setelah kak Vero pergi menjauh dari pandangan mereka baru Viqri menggerutu kesal. "Gatau aja ayang aku masih ngantuk banget." Ucap Viqri sambil menatap Renata mewanti-wanti agar tidak ada sepatu yang melayang ke kepalanya.

"Ngomong lagi aku tinju lho Viq." Ancamnya dengan senyum mengerikan seperti Chef Juna, bercanda. Sedangkan Viqri hanya terkekeh dengan wajah tengilnya.

"Hehe, Faqih sama Renata jaga ya di seberang hutan yang mau dijadikan tempat PTKU. Aina sama Eric bangunin peserta."

"Lah kamu?" Tanya Renata sambil mendelikkan matanya kearah Viqri.

Viqri menunjukkan telunjuknya pada dirinya sendiri, "Oh aku? Cukup liat aja kali."

"Pradana Putra cuma liatin?"

Viqri berdecak malas, temannya ini sepertinya tidak bisa diajak bercanda. "Guyon, nanti aku nyusul Faqih sama kamu Re, aku mo nyamperin kak Wahyu dulu." Jelasnya.

Beberapa menit kemudian mereka mulai memanggil satu persatu peserta yang akan melaksanakan Pengambilan Tanda Kecakapan Umum Bantara. Aina, cewek itu membangunkan seorang yang sedang meringkuk nyaman didalam tenda, parahnya jempolnya dia masukkan kedalam mulut!.

'Ni anak dirumah ngedot apa gimana dah? Herman gue'

Batin Aina sambil menepuk-nepuk pundak kanan cewek berkepang dua itu. "Shtt, Rain bangun..." Bisiknya tepat pada telinga kanan Rain.

Sedangkan cewek itu hanya bergumam tak jelas. Sekali lagi Aina menepuk-nepuk pundak Rain dengan sedikit sewot.

"Hm? Siapa kam ---" ucapannya terpotong begitu saja saat Aina mengisyaratkan untuk diam dan bangkit dari tidurnya.

Setelah diluar tenda Aina mengeluarkan wajah jutek bin galaknya, sengaja. "Sekarang saya minta kamu lari secepat mungkin ke lapangan utama, sekarang!."

'Baru tau si Aina galak bener.'

"Denger nggak?!" Tanya Aina dengam sewotnya. Gini nih sikap singanya sudah muncul.

"E--e siap!" Rain langsung berlari lantang-luntung seperti orang tak tau jalan pulang.

Selanjutnya Aina membangunkan Ona dan Flo. Tak jauh berbeda dengan Rain, Aina masih bersikap layaknya seorang singa yang lapar.

Mereka berlima sudah berkumpul dengan mata suntuknya. Ditengah lapangan yang sunyi, tak ada yang berani bercanda. Suara jangkrik bersahut-sahutan seakan mendalami peran.

LOVING AMBULANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang