Part 20 : Meet With Cowok Ganteng

6 3 0
                                    

— t e a k  t r e e —

"Pohon Jati?." Kata seseorang yang dari tadi memandangnya dari kejauhan.

Asing. Dalam benak Ona celingak-celinguk mencari sumber suara. Bahunya bergidik bingung.

"Cari apa Na?." Tanya Aina yang dibuat bingung oleh tingkah laku teman disampingnya itu.

"Em an---"

"Hey, disini!." Suara berat itu kembali menyapa telinga mereka. Seketika Ona dan Aina membalikkan badannya penasaran.

"Siapa ya?." Tanya Ona tanpa ragu.

Cowok didepan mereka ini terkekeh pelan melihat ekspresi Ona. "Nggak inget aku? Tectona Grandis manusia tercantik dibumi ini?." Ucapnya.

Ona semakin mengernyitkan keningnya otaknya memaksa untuk mengingat manusia didepannya ini. "Aku... Nggak paham."

Cowok didepannya ini berdecak kesal. "Selain cerewet, ngeselin, kamu juga lemot ya?." Jujur manusia memiliki ketampanan luar biasa itu. Manik mata hitamnya memang seperti tidak asing dalam benak Ona. Namun, apakah dia mempunyai teman atau kenalan seganteng ini?.

"Ish, aku Ditya." Tandas cowok itu tak sabar.

Ona mengendurkan tekukan dikeningnya. Matanya membulat saking kagetnya. Ah, dia paham sekarang. "OOOO DITYA!!!." Pekik Ona tak sadar langsung berjingkrak-jingkrak ditempat.

"Ya ampun ganteng aku gak nyadar, abis kamu waktu itu pake helm mulu." Cerocos Ona sambil tersenyum lebar. Ya, cerewetnya kambuh lagi.

Ditya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku gadis didepannya. Tak berubah. "Berarti kamu tadi pingsan?." Candanya dalam mengartikan kata 'tak sadar' yang diucapkan oleh Ona.

"Hih! Kamu gak liat orang aku berdiri tegak gini kok pingsan sih?!." Jawab Ona malah meladeni candaan Ditya.

Ditya adalah cowok ganteng yang ban-nya kempes didepan SMA Bhayangkara. --- Part 14

Ditya menganggukan kepalanya pasrah. "Em iya iya, nggak nyangka bisa ketemu lagi ya." Ucapnya merangkul pundak Ona dengan akrabnya.

"Iih! Malu tau!." Ona cepat-cepat menyingkirkan tangan kekar yang bertengger manis di bahunya. Sangat terasa abot seperti memikul beban dunia.

Ditya hanya tertawa renyah, "Biasanya juga malu-maluin." Ledeknya.

Ona hanya mengangkat bahunya abai. "Tadi rombongan kamu yang nyuruh sholat berjamaah?." Tanya Ona sambil menyingkir saat sadar ternyata dia ngobrol di tengah jalan.

Belum sempat Ditya menjawab, Ona menepuk jidatnya pelan, netranya perlaham menjelajahi seluruh penjuru teras gedung. "Lho Aina kemana?."

Ditya juga heran melihatnya. "Aina itu cewek yang bareng kamu tadi?." Tanyanya saat mengingat ada cewek santai melihat Ona berbincang dengannya tadi. Namun hanya sebentar, cewek itu pergi meninggalkan mereka.

"Iya, kamu liat?."

Ditya menganggukan kepalanya, "Udah pergi, kayaknya dipaham aku mau berduaan sama kamu."

Ona bergidik ngeri, "Wezeh!."

Ditya lagi-lagi tertawa melihat tingkah lucu Ona. Senyumnya menawan, membuat para kaum Hawa yang tidak sengaja melihat mematung menatap wajah rupawannya, mengabadikan senyumannya dalam memori otak.

"Kok bisa ikut kemah gini?." Ona membuka suaranya lagi. "Sambil jalan aja kali ya, Dit? Takutnya temen-temen aku nyariin."

"Siapa yang nyariin kamu? Pede banget si?." Ledek Ditya berkali-kali sambil berjalan disampingnya. Sangat kontras, Ona yang notabenenya memiliki tinggi 155 disandingan dengan Ditya yang tingginya mencapai tower didepan balai, sepertinya jomplang. Eh tapi tetep cocok 'kan?

LOVING AMBULANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang