All Naruto's characters are belong to Masashi Kishimoto.
Saya Cuma pinjem doang, kok. Selamat membaca.
Warning: OOC, gaje, typo(s), crack couple, bosenin, (maybe) a bit lemon (soon)!
.
.
Hinata tidak percaya. Shikamaru benar-benar membeli sebuah rumah di perumahan yang ada di Ame. Bahkan, ia merelakan satu hari liburnya di akhir pekan untuk ikut berbenah.
"Shikamaru-san, hati-hati. Lenganmu belum sembuh total, 'kan?" Hinata meringis pada Shikamaru yang sedang mendorong sofa baru di ruang tengah.
"Kau hanya mengkhawatirkannya?" sosok bersurai putih muncul. Oh, iya. Kemarin akhirnya Hinata bertemu lagi dengan Toneri. Setelah ada aksi sedikit ngambek-ngambekan, marah, kecewa, dan bersedih, Toneri akhirnya menerima hubungan Hinata dan Shikamaru. Ia pun menawarkan diri untuk bantu berbenah rumah baru 'pengantin muda' Nara.
"Kau juga harus hati-hati, Toneri. Bisa-bisa kau dipecat jika tanganmu terluka." Hinata terkekeh melihat Toneri berdecak sambil membawa box berisi mesin cuci baru. "Aku ingin melihat taman kecil samping rumah dulu."
Hinata keluar. Rumah barunya cukup besar dibanding apartemen mininya. Hinata yakin jika kompleks ini adalah salah satu kompleks terbesar di Ame dan pasti harganya mahal. Sayang sekali, padahal uangnya bisa ditabung. Tapi, di sisi lain Hinata juga senang sih punya rumah besar. Lantainya ada dua tingkat dengan dua kamar tidur, ruang tamu, ruang tengah, kamar mandi luar, dapur, ruang khusus mencuci, dan beranda yang bisa digunakan untuk menjemur. Ditambah, ada ruang terbuka di halaman rumahnya. Mungkin, Hinata tidak akan bosan membersihkan rumahnya.
"Sensei." Hinata terkejut ketika menemukan sosok kecil di sampingnya.
"Satoru-kun, kenapa kau bisa ada di sini?"
"Itu rumahku." Hinata mengikuti arah tangan mungil Satoru menunjuk. Ternyata mereka akan menjadi tetangga.
"Benarkah? Berarti mulai sekarang kita adalah tetangga. Salam kenal, Satoru-san." Hinata tersenyum, membuat Satoru terkekeh pelan.
"Satoru-kun sudah makan siang?" bocah Uchiha menggeleng. "Kalau begitu, kebetulan. Sensei akan memasak makan siang. Kau akan ikut makan bersama?"
Jelas Satoru bersemangat. Memang sih senin lalu ia sempat ngambek tapi lama-lama ia tidak mau diledeki teman sekelasnya. Jadi, ia mulai kembali bersikap biasa. Satoru juga sadar jika sensei-nya tidak bisa menjadi bagian Uchiha. Tapi, ditawari sosok ibu idaman jelas tidak akan ia tolak, 'kan?
"Hinata, sedang apa?" Toneri muncul. Matanya berpapasan dengan bola mata yang hitam pekat. "Siapa?"
"Toneri, ini Satoru, muridku di sekolah."
"Hai, bocah. Aku Toneri, kekasih gurumu!" Toneri merangkul Hinata sambil bergurau. Tidak menyadari aura kesal anak lelaki di hadapannya.
"Duh, Toneri. Jangan begini." Hinata melepaskan diri dari rangkulan Toneri. "Ada apa kau mencariku?"
"Aku hanya lapar." Hinata menghela napas.
"Baiklah, aku akan memasak." Hinata membungkuk, menjajarkan diri dengan Satoru. "Satoru-kun, ayo masuk."
"Tidak. Aku akan pulang saja." Satoru menolak uluran tangan Hinata. Mood-nya kembali buruk sekarang. Ia kembali pergi tanpa pamit.
.
.
"Enak sekali! Kau memang berbakat, Hinata!" Toneri melahap lauk yang dihidangkan oleh Hinata dengan nikmat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted Bond - ShikaHina [Shikamaru x Hinata]
FanfictionRating: T+ Pernikahan itu seharusnya adalah sesuatu yang sakral, sesuatu yang dilakukan atas dasar cinta. Hinata tidak memungkiri jika ia ingin menikah dengan orang yang ia cintai. Tapi, jika sudah terikat begini, Hinata harus bagaimana? "Hanya dua...