02

1.3K 168 7
                                    

All Naruto's characters are belong to Masashi Kishimoto.

Saya Cuma pinjem doang, kok. Selamat membaca.

Warning: OOC, gaje, typo(s), crack couple, bosenin, (maybe) a bit lemon (soon)!

.

.

Shikamaru selalu membenci perempuan berambut ungu itu. Dalam kehidupan keluarga Nara yang tidak baik-baik saja, perempuan itu hadir menjaga ayahnya agar tetap baik-baik saja. Mungkin orang-orang yang melihat ketulusan gadis itu menganggapnya sebagai pekerjaan sosial mulia, mau mengurusi pria paruh baya yang sedikit sakit di masa tuanya. Tapi bagi Shikamaru, gadis itu tidak lebih dari seorang perempuan gatal yang menggoda ayahnya demi uang.

Diam-diam Shikamaru terkekeh saat memasuki apartemennya di pusat Tokyo. Untuk apa mengincar ayahnya? Ayahnya hanya pria kesepian yang hidup sebagai pensiunan. Kalau ingin mengincar harta berlimpah, dekati saja keluarga Sabaku yang kaya raya dengan bisnis tambangnya. Atau minimal keluarga Uchiha-lah, yang merajai industri real estate di kota ini.

BRUK

Shikamaru membanting diri ke sofa di ruang tengah. Menikahi Hinata Hyuuga selama dua tahun, ya? Tapi kenapa ayahnya memberikan syarat warisan begitu? Padahal semestinya Tuan Shikaku Nara yang gagah itu tahu, Shikamaru tidak butuh harta yang tidak seberapa itu.

"Tuan Nara itu, sudah mati pun masih saja memaksaku mengikuti perintahnya." Shikamaru bangkit dan berjalan menuju dapur. Ia membuka sekaleng minuman dingin saat matanya melirik pigura foto keluarga kecilnya.

"Maaf, ayah. Aku sudah memutuskan untuk berhenti menurutimu sejak lima tahun yang lalu." Shikamaru berucap saat melewati pigura foto sebelum memasuki kamarnya.

Setelah selesai membersihkan diri dan memakai pakaian rumahnya, Shikamaru berbaring di kasur. Jarak antara pusat Tokyo dan Desa Ame memang tidak jauh, hanya satu sampai satu setengah jam. Tapi entah mengapa tubuhnya hari ini sangat lelah. Mungkin tubuhnya sudah mulai menolak segala hal yang berhubungan dengan desa itu, terlebih dengan Hinata Hyuuga dan Shikaku Nara.

Shikamaru kembali bangkit dari tidurnya. Ia melupakan amplop surat yang diberikan Naruto kepadanya. Memang sih Shikamaru niatnya akan mengabaikan tapi itu kan pemberian dari ayahnya satu-satunya. Dengan wajah dan tubuh yang malas-malasan, Shikamaru mengambil amplop surat dari saku jaketnya yang tergantung dan membaca di ruang tengah.

Hanya untuk Shikamaru Nara

Formal sekali. Tulisan di luar amplop putih itu seperti peringatan bagi yang ingin membukanya. Syukurlah Shikaku memilih pengacara yang bisa diandalkan. Terbukti dari amplop yang bersih, tanpa noda.

Shikamaru merobek amplop tersebut, mengeluarkan selembar kertas yang isinya hanya diketahui oleh Shikaku dan dia nantinya. Dari belakang bayang-bayang tulisan terlihat. Panjang. Sudah mampu membuat Shikamaru malas untuk melanjutkan. Tapi ini sudah tanggung, kan?

Shikamaru, putra tunggalku. Shika junior. Jika kau mendapatkan surat ini, artinya aku sudah tidak ada di sisimu, ya?

Shikamaru memutar mata kesal. Kenapa jadi puitis begini sih?

Artinya kau juga pasti marah padaku sekarang, 'kan?

Apa itu benar-benar penting untuk ditanyakan?

Baiklah, kau tidak suka basa-basi, sepertiku. Meskipun aku yakin seiring bertambahnya usiamu, pelan-pelan kau akan suka basa-basi sepertiku juga.

Tidak. Shikamaru tidak ingin tumbuh seperti ayahnya. Lagian, ayahnya sudah terlalu banyak basa-basi.

Dalam hidupku, aku meyakini jika hanya ada dua orang perempuan yang sangat berarti dalam hidupku. Ibuku, dan ibumu. Sebenarnya awalnya tiga, dengan putriku kelak tapi nyatanya aku tidak punya seorang putri, 'kan?

Unwanted Bond - ShikaHina [Shikamaru x Hinata]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang