14

1K 118 4
                                    

Warning: OOC, gaje, typo(s), crack couple, bosenin, A BIT LEMON!

.

.

Kepergian Shikaku Nara adalah titik awal lika-liku kehidupan Hinata selama satu tahun ini. Menikah dengan pria yang hanya ia tahu nama dan wajahnya. Terlibat dengan hal yang membuat hatinya kalang kabut.

"Tak kusangka bisa bertahan satu tahun tanpa penjagaannya." Hinata menatap nisan yang sudah dibenahi di depannya.

"Dia? Menjagamu?" Toneri memandang aneh. "Yang benar saja. Selama ini kau yang menjaganya Hinata!"

Hinata mendelik, Toneri berisik di pemakaman.

"Perlu kuingatkan ya, selama ini kau mengurusinya hingga akhir hayatnya. Memang sih saat kita kecil Shikaku-san juga sering datang dan bantu di panti seperti sosok ayah. Tapi, tetap saja kau yang lebih menjaganya."

Hinata diam. Ia membiarkan Toneri terus bicara.

"Malah dia terlalu banyak merepotimu. Lihat saja, kini kau malah harus mengurusi anaknya yang menyebalkan itu!"

"Jangan bicara begitu, Toneri." Hinata berdiri. "Setidaknya jangan lakukan di depan nisan Shikaku-san."

Peringatan satu tahun kepergian Shikaku Nara dilakukan dengan doa di pemakaman. Hanya Hinata dan Toneri yang datang. Shikamaru tidak ada, mungkin masih bekerja di Tokyo. Tapi saat sampai di rumahnya, Hinata melihat Temari dan Shikamaru yang sedang duduk di ruang tamu.

"Mungkin sebaiknya kau pulang dulu, Toneri." Hinata bicara tepat sebelum Toneri akan memulai keributan dan menanyakan perihal Temari. Sebagai sahabat yang baik dan penurut, Toneri pergi tanpa diaba-aba.

"Temari-san, kau ingin minum sesuatu?" Hinata menggantungkan mantelnya.

"Tidak perlu, Hinata. Aku datang untuk berpamitan."

Eh, pamit? Maksudnya tidak akan tinggal di Ame lagi?

"Pamit? Ada apa?" Hinata duduk di sofa, samping Shikamaru.

"Aku sudah memutuskan untuk segera menyelesaikan masalahku. Sudah cukup untukku bersembunyi. Pasti para penggemarku juga menunggu."

Temari tersenyum, sangat lembut. Hinata bisa melihat kalau perempuan itu sudah lebih kuat.

"Kalau itu keputusanmu, aku akan mendukungmu." Hinata ikut tersenyum.

"Maaf sudah merepotkanmu dan Shikamaru, Hinata."

"Tidak papa. Aku senang bisa membantu."

Baru kali ini Shikamaru merasa hawa yang ada di antara mereka bertiga terasa hangat. Apa karena bulan yang sudah memasuki musim gugur, ya?

"Aku akan mengantar Temari." Hinata mengangguk. Ia berkata agar Shikamaru dan Temari berhati-hati. Lalu, ia pergi ke dapur tapi malah melihat sesuatu di meja makan.

"Loh, ini kan dompet Shikamaru."

.

.

"Kau yakin akan baik-baik saja, Temari?" Shikamaru bertanya saat hendak memasuki mobil.

"Tentu. Berada di sini cukup membuatku tenang. Sepertinya ayahmu benar, Ame adalah pilihan yang tepat untuk mengasingkan diri."

Shikamaru sudah membuka pintu mobil dan akan masuk. Tapi, Temari terlihat masih berdiri di samping mobil, tidak bergerak.

"Oh, aku akan membantumu menaruh koper." Shikamaru berjalan menuju sisi Temari. Ia menyentuh koper Temari untuk menaruhnya di bagasi. Tiba-tiba Temari menyentuh tangan Shikamaru, menahannya.

Unwanted Bond - ShikaHina [Shikamaru x Hinata]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang