Warning: OOC, gaje, typo(s), crack couple, bosenin, (maybe) a bit lemon (soon)!
.
.
"Bagaimana –kau"
"Bukankah sudah terlalu kentara?" Shikamaru melipat koran yang dibacanya. "Kau selalu memperhatikannya, menjaganya, dan memeluknya dengan belaian yang bukan selayaknya ayah dan anak."
Shikamaru melihat Hinata berpelukan dengan Shikaku? Jangan-jangan....
"Tentu aku yakin itu adalah alasan yang kuat kenapa kau menerima pernikahan ini."
Hinata menunduk saat mata Shikamaru menatapnya.
"Perhatianmu padaku, aku merasakannya pada sikap yang aku terima dari ibuku dulu." tangan Shikamaru mengepal. "Jika kau berpikiran bisa menggantikan posisi ibuku, berhentilah. Kau jelas tahu kalau ayahku hanya menganggapmu seperti putrinya."
"Memangnya kenapa?" suara Hinata bergetar.
"Jika aku mencintai Shikaku-san dan ingin menjagamu untuk menggantikannya, memang apa salahnya?" kini Hinata mendongakkan kepalanya dan bertatapan dengan Shikamaru.
"Bodoh. Kau mencintai ayahnya tapi malah menikahi anaknya." Shikamaru tertawa hambar. Situasi ini memang lucu.
"Aku tidak peduli dengan pandanganmu terhadapku, Shikamaru-san. Tapi, seperti yang kubilang, tolong bersabarlah dengan kehadiranku. Setidaknya biarkan aku menebus perasaanku untuk ayahmu."
Mata Hinata berkaca-kaca. Ini gila. Shikamaru bisa melihat ketulusan Hinata pada ayahnnya yang berkali-kali ia sanggah. Memangnya cinta macam apa yang terjadi antara wanita dua puluh tujuh tahun dan pria berumur enam puluh lima tahun?
"Aku juga tidak peduli." tatapan Shikamaru menajam. "Terserah bagaimana perasaanmu terhadap ayahku tapi jangan pernah berpikiran untuk menyandingkan dirimu dengan ibuku. Satu-satunya pendamping ayahku adalah ibuku."
"Kita sudah sama-sama dewasa, Hinata. Jangan berlebihan padaku. Jalani ikatan ini dengan sewajarnya. Setelah selesai, kita akan kembali ke kehidupan masing-masing." Shikamaru berdiri dan memutuskan untuk naik ke kamarnya.
.
.
Setelah perbincangan mereka hari minggu di tiga minggu lalu, hubungan antara Hinata dan Shikamaru menjadi lebih canggung. Meskipun begitu, Hinata tetap mencoba berlaku seperti biasa. Memasak untuknya, menyiapkan bekal, menyapa, dan memperhatikan Shikamaru.
"Ada apa kau memintaku bertemu?" seorang wanita pirang berdiri di depan Hinata.
"Selamat siang, Ino-san. Silakan duduk." Hinata mempersilakan Ino untuk duduk di bangku seberang. "Maaf menganggu istirahatmu di akhir pekan. Kau ingin pesan sesuatu?"
Hinata mengajak Ino bertemu di suatu kafe. Setelah berminggu-minggu Shikamaru bersikap dingin padanya, Hinata putuskan untuk lebih mendekati sahabat suaminya.
"Tidak perlu. Aku tak bisa lama-lama."
"Baiklah." Hinata mengambil napas. "Sebelumnya, terima kasih banyak sudah mau menemuiku, Ino-san. Maaf jika aku bersikap tidak sopan, tapi aku ingin mengobrol dengamu tentang Shikamaru-san."
"Seperti yang kau tahu, kini aku adalah istrinya. Aku ingin lebih mengenalnya. Bagaimana Shikamaru-san menurutmu?"
"Hah?" Ino mengernyit. "Memangnya bagaimana? Asal kau tahu, ya. Seperti yang kubilang, aku dan Shikamaru sudah mengenal sebelum kalian bertemu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted Bond - ShikaHina [Shikamaru x Hinata]
أدب الهواةRating: T+ Pernikahan itu seharusnya adalah sesuatu yang sakral, sesuatu yang dilakukan atas dasar cinta. Hinata tidak memungkiri jika ia ingin menikah dengan orang yang ia cintai. Tapi, jika sudah terikat begini, Hinata harus bagaimana? "Hanya dua...