.
.
"Shikamaru?" Hinata menyalakan saklar lampu.
Setelah ruang tengah disinari oleh cahaya lampu, Hinata bisa melihat Shikamaru yang sedang duduk di sofa. Penampilannya berantakan seperti waktu itu. Tangan kiri Shikamaru dibalut perban.
"Kau terluka?" Hinata mendekati Shikamaru. Meraih tangannya yang terluka dan menatapnya khawatir.
"Apa lukanya sudah diobati?"
Shikamaru tak bergeming. Hinata sudah mondar-mandir. Melepas mantel dan tasnya. Kini ia sudah menuntun Shikamaru duduk di sofa.
"Bisakah kau bicara? Aku khawatir." pinta Hinata.
"Ayame sudah mengobatiku saat menangkap pelaku." Hinata lega. Ia tersenyum pada Shikamaru yang juga memperhatikannya.
"Ah, kau sudah makan malam? Aku akan menyiapkannya." Hinata hendak berdiri tapi Shikamaru menahan lengannya. Ia kembali duduk di samping suaminya.
"Kau habis dari mana?"
Hinata terpojok. Kalau sudah begini ia tidak bisa mengelak, 'kan? Hinata menunduk, ia tidak berani mentap Shikamaru.
"Aku pergi menemani Satoru ke acara perilisan mainan robot di kota."
"Bersama ayahnya?" Hinata mengangguk pelan. "Bukankah sudah kuminta kau untuk menjaga citra keluarga Nara?!"
Shikamaru meninggikan suaranya. Hinata terkejut, takut tetangga bisa medengar teriakan suaminya.
"Aku tahu, aku salah. Maafkan aku, Shikamaru. Kumohon, tenanglah." Hinata menyentuh lengan Shikamaru yang segera ditepis.
"Tidak cukupkah kau nodai pernikahan kita dengan mencintai ayahku dan memutuskan untuk menikah denganku, Hinata?" setitik air mata Hinata menetes.
"Sekarang kau mendekati keluarga Uchiha? Untuk apa?! Mencari cadangan setelah hubungan kita berakhir?"
PLAK
Hinata terkejut. Tangannya yang melayang bergetar. Ia tidak sangka akan menampar shikamaru begini. Suaminya juga sama terkejut. Selama beberapa saat mereka hanya diam berpandangan.
"Ma-maaf... Aku... Aku hanya..."
Aku hanya merasa sakit direndahkan lagi.
"Aku akan istirahat sekarang." Shikamaru naik ke lantai atas, menuju kamarnya. Meninggalkan Hinata yang masih menangis.
.
.
Pagi harinya, Hinata mendapat pesan jika Shikamaru akan pergi ke Tokyo. Hinata tidak harus menemaninya. Sekarang adalah waktunya liburan. Mereka juga sepertinya butuh waktu untuk sendiri-sendiri. Selama beberapa hari ini, masing-masing dari mereka memikirkan tindakannya.
Suara ketukan pintu mengganggu saat Hinata sedang bersih-bersih. Masih dengan pakaian rumahnya, Hinata menuju pintu masuk dan membukanya. Matanya membola, melihat iris mata yang mirip sepertinya.
"Lama tidak bertemu, Hinata."
"Halo, Kak Neji."
Neji Hyuuga. Kakak sepupu Hinata yang tinggal di New York. Terakhir kali mereka bertemu saat Hinata lulus dari perguruan tinggi.
"Apa kau tidak akan mengizinkanku masuk?" Hinata tersadar. Ia sedikit minggir, hendak membiarkan Neji masuk tapi tiba-tiba ia teringat suaminya.
"Um, bagaimana kalau kita mengobrol di luar saja? Sekalian makan siang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted Bond - ShikaHina [Shikamaru x Hinata]
FanficRating: T+ Pernikahan itu seharusnya adalah sesuatu yang sakral, sesuatu yang dilakukan atas dasar cinta. Hinata tidak memungkiri jika ia ingin menikah dengan orang yang ia cintai. Tapi, jika sudah terikat begini, Hinata harus bagaimana? "Hanya dua...