All Naruto's characters are belong to Masashi Kishimoto.
Saya cuma pinjem doang, kok. Selamat membaca.
Warning: OOC, gaje, typo(s), crack couple, bosenin, the end!
.
.
"Hei, kau melamun." Hinata menoleh pada Shikamaru. Kini mereka sudah ada di depan rumah. Shikamaru baru beres memasukkan koper ke dalam bagasi mobil.
"Aku merasa tidak enak. Ini rumahmu, kenapa kau yang harus pergi?" tatapan Hinata terlihat gusar. Tentu, ia dan Shikamaru tidak akan tinggal bersama lagi sekarang.
"Surat-suratnya sudah beres kemarin. Rumah ini sudah jadi milikmu. Jangan memikirkannya lagi." Shikamaru membelai pipi Hinata. Mungkin ia akan merindukan momen-momen seperti ini.
"Terima kasih telah menjadi istri yang baik untukku, Hinata. Aku sangat senang pernah bersamamu." Shikamaru tersenyum lembut padanya tapi Hinata bisa merasakan hatinya tercubit. Bahkan matanya mulai bergerak gusar lagi.
"Jaga dirimu, ya." Shikamaru mencium kening Hinata. Lama ia meresapi aroma Hinata yang mungkin tidak bisa ia hirup di malam hari lagi. Ia bahkan mengabaikan surai hitam yang menyembul dari rumah sebelah.
"Kau juga. Makanlah dengan teratur." tanpa sadar setetes air mata lolos di pipi Hinata. Tangisan yang semestinya tidak ia tunjukkan saat mengantar kepergian Shikamaru.
"Sensei, apa aku boleh main?" Satoru menghampiri Hinata saat mobil Shikamaru pergi. Ia bisa melihat wanita di depannya mengusap sudut mata dengan kasar.
"Maaf, Satoru-kun. Hari ini sensei sedang tidak enak badan. Sensei tidak ingin menularkannya padamu. Kita main lain kali, ya?" Hinata tersenyum sampai matanya tak terlihat. Mecoba menyembunyikan dirinya dari bocah yang kini sudah setinggi dadanya.
.
.
"Ini." Naruto memberikan bungkusan pada Shikamaru. "Aku sudah mengurusnya untukmu. Semua yang kau perlukan untuk mengakses simpanan Shikaku-san di bank ada di sini."
"Terima kasih banyak." Shikamaru menatap bungkusan yang telah berpindah padanya.
"Aku tidak menyangka pengacaramu adalah si Agatsuma. Dia juniorku yang paling berisik." Naruto berdecak sebal mengingat pertemuannya dengan pengacara Shikamaru yang lain.
"Bukankah kalian cocok kalau begitu?"
"Hah? Jangan bercanda. Dia itu berisiknya sangat menyebalkan. Beda denganku." Shikamaru mengedikkan bahunya tak peduli. Memang mencari pengacara harus memerhatikan tingkat keberisikannya?
"Yasudahlah. Aku pergi dulu, ya. Sukses dengan apapun yang akan kau lakukan, Shikamaru." sejak sering bertemu dengan Shikamaru untuk membahas proses perubahan nama simpanan Shikaku, Naruto jadi lebih bersikap santai padanya. Toh, ternyata mereka juga seumuran.
Setelah Naruto pergi, tanpa lama-lama Shikamaru juga pergi menuju bank. Untung ini adalah hari kerja. Shikamaru sudah ingin segera menguak rahasia yang disembunyikan ayahnya.
"Antrian nomor 0081." Shikamaru maju ke teller. Ia bertemu dengan seorang perempuan berpenampilan rapi. "Ada yang bisa kami bantu, Tuan?"
"Aku ingin mengambil barangku di sini." Shikamaru menyodorkan kartu, buku tabungan, dan surat-surat.
"Baik. Akan kami cek terlebih dahulu ya, Tuan." dengan cekatan perempuan itu mengetik di komputernya.
Shikamaru menunggu selama beberapa saat. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru bank. Ternyata begini ya suasana bank saat hari-hari biasa? Shikamaru jarang sekali berkunjung ke bank. Beberapa kali ia ke bank adalah untuk menangani kasus perampokan. Sungguh kehidupan yang tidak pernah damai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted Bond - ShikaHina [Shikamaru x Hinata]
FanfictionRating: T+ Pernikahan itu seharusnya adalah sesuatu yang sakral, sesuatu yang dilakukan atas dasar cinta. Hinata tidak memungkiri jika ia ingin menikah dengan orang yang ia cintai. Tapi, jika sudah terikat begini, Hinata harus bagaimana? "Hanya dua...