Warning: OOC, gaje, typo(s), crack couple, bosenin, (maybe) a bit lemon!
.
.
"Ternyata dunia sempit, ya." Naruto memerhatikan Hinata yang tengah mengelap mulut Satoru. "Bagaimana kabarmu, Hinata-san? Sudah sekitar dua bulan ya kita tidak bertemu?"
Hinata beres membersihkan mulut Satoru yang belepotan. Ia tersenyum pada Naruto. "Sudah hampir empat bulan. Kabarku baik, bagaimana kabarmu Naruto-san?"
"Oh ya? Ternyata sudah cukup lama, ya. Kabarku baik, selain kesal karena disuruh oleh kakakku sih."
Naruto menggaruk tengkuknya. Tak disangka Hinata bisa bertahan selama hampir setengah tahun dengan Shikamaru, tanpa ada aduan padanya.
"Sensei, aku mau disuapi." pinta Nanami.
"Jangan manja. Kamu kan punya tangan." Satoru mendelik.
"Kamu yang manja! Makan berantakan malah dilap oleh sensei." Nanami balik menyerang. Hinata hendak menengahi tapi gawainya berdering.
Hinata izin pergi untuk mengangkat telepon. Hawa sengit antara Satoru dan Nanami masih menguar. Naruto memandang bingung pada kedua bocah itu. Tidak lama ia mendesah lelah.
"Hei, hei, hentikan kalian berdua." tentu saja Naruto diabaikan.
"Nana-chan, kau kenapa begitu? Bunda dan paman tidak pernah mengajarimu begitu lohh." Nanami menghela napas. Kalau sudah bawa-bawa nama bundanya, ia pasti kalah.
"Satoru-kun juga kenapa manja sekali pada Hinata-sensei?"
"Dia pengen Hinata-sensei jadi ibu sambungnya tuh!" Naruto terkejut. Kok bisa ada pembicaraan begitu antara anak-anak?
"Mulutmu ternyata tidak bisa dipercaya ya!" Nanami menjulurkan lidah pada Satoru.
"Benar begitu, Satoru-kun?" Satoru membuang muka. "Tapi kan Hinata-sensei sudah punya suami. Tidak mungkin Hinata-sensei menikah dengan ayahnya Satoru 'kan?"
"Bisa saja mereka berpisah seperti orang tuaku."
"Atau suaminya mati seperti ayahku."
Naruto double terkejut. Kini Satoru dan Nanami malah tertawa cekikikan pelan. Naruto berdecak, anak-anak mungkin musti diberikan nasihat.
"Satoru-kun, tidak bagus punya pikiran begitu. Nana-chan juga." Naruto memandang Satoru dan Nanami bergantian.
"Hinata-sensei sudah menikah. Kalian boleh menyayanginya sebagai guru kalian tapi kalian harus ingat batasan. Oke?"
Yah, meskipun pernikahannya hanya sementara. –tidak mungkin Naruto bilang begitu 'kan?
Hinata yang baru kembali bingung melihat Nanami menunduk dan Satoru yang berkaca-kaca. Naruto terlihat frustrasi saat Satoru mulai terisak.
"Sensei~" Satoru menatap Hinata. "Aku... Hiks... Mau pulang."
.
.
Hinata mengantarkan Satoru pulang dengan selamat. Ia bingung karena Satoru mendadak jadi pendiam dan hampir menangis. Lalu, ia tambah bingung karena malah menemui ayah Satoru di rumahnya.
"Katanya mereka sibuk." Hinata bergumam pelan saat hendak meninggalkan rumah Uchiha.
Malam harinya, Neji minta ditraktir makan di restoran china Akamichi yang tersohor satu kompleks Ame. Besok Neji akan kembali ke New York. Kebetulan besok juga hari sabtu. Jadi, mereka akan menginap di apartemen Shikamaru sebelum mengantar Neji ke bandara pagi-pagi. Yup, sampai hari terakhirnya pun Neji kukuh numpang tidur. Tak mau mengeluarkan uang sepeser pun untuk penginapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted Bond - ShikaHina [Shikamaru x Hinata]
FanfictionRating: T+ Pernikahan itu seharusnya adalah sesuatu yang sakral, sesuatu yang dilakukan atas dasar cinta. Hinata tidak memungkiri jika ia ingin menikah dengan orang yang ia cintai. Tapi, jika sudah terikat begini, Hinata harus bagaimana? "Hanya dua...