Carla, Sania dan Hilda sedang menangisi Julian. Mereka merasa gagal sebagai sahabat. Karena telah kecolongan oleh Meghan.
Sebab pria itu sudah memacari Julian selama tiga tahun lamanya. Namun baru baru ketahuan belangnya. Karena selama ini, Julian selalu menceritakan yang baik-baik saja.
Sama seperti sekarang. Julian terus saja menyangkal tuduhan teman-temannya. Jika dia memang sedang mengalami kekerasan dalam berpacaran.
"Tidak usah menangis! Ini hanya memar kecil! Carla, kamu besok menikah! Apa jadinya kalau matamu bengkak? Ini hanya kecelakaan! Meghan juga tidak sengaja."
"Tidak sengaja matamu! Kau pikir aku bodoh, hah!? Ini jelas-jelas memar karena pukulan yang sudah disengaja! Tidak mungkin yang seperti ini tidak sengaja!"
Pekik Carla sembari mendongakkan wajah. Dia berusaha menahan tangisnya. Karena ucapan Julian ada benarnya juga. Kalau dia tidak boleh menangis jika tidak ingin matanya bengkak.
"Aku memang minta dipukul Meghan. Shit! Sebenarnya aku malu mengatakan ini. Tapi aku memang suka gaya bercinta seperti ini. Sudah lah! Aku mau ambil air! Kalian ini tidak seru sekali!"
Julian langsung beranjak dari ranjang. Pergi dari kamar dan menuju kulkas. Berniat mengambil air dingin dari sana. Guna mendinginkan kepala.
Sebab Julian memang sedang berbohong pada teman-temannya. Karena memar ini memang didapat dari Meghan ketika marah dengannya. Bukan karena dia yang meminta saat bercinta.
"Lian, sedang apa?"
Julian langsung menyeka air mata yang tiba-tiba saja membasahi wajah. Dia juga langsung membalikkan badan setelah menutup kulkas. Lalu tersenyum pada Jayden yang tiba-tiba saja datang.
"Ambil air. Kamu? Ada apa?"
"Aku diminta Jake memberikan ini pada Carla. Kasihan katanya, dia diet, ya?"
Julian mengangguk singkat. Lalu menerima kotak putih berisi donat dari Jayden yang sedang tersenyum padanya. Menampilkan sepasang lesung pipi yang sangat indah tentu saja.
"Terima kasih, akan kuberikan pada Carla sekarang."
Jayden mengangguk singkat. Dia menatap Julian yang sudah memasuki kamar. Lalu keluar lagi setelahnya. Dengan tangan kosong tentu saja.
Ah, ralat. Bukan tangan kosong. Karena saat ini, Julian sedang menggenggam ponsel di tangan kanan. Lalu berlari menuju belakang dengan wajah gusar.
Jayden yang penasaran langsung mengikuti di belakang. Berjalan mengendap dan memasang telinga tajam-tajam. Sebab dia memang agak tertarik pada pacar Meghan yang telah ditemui pada satu minggu sebelumnya.
Iya. Jayden dan Meghan berteman. Satu minggu yang lalu, dia juga datang ke apartemen Meghan seperti Esther dan Jacob. Namun dia harus pulang terlebih dahulu karena ada keperluan mendesak yang tidak bisa menunggu.
Saat di rumah Meghan, Jayden memang sempat beberapa kali mencuri pandang pada Julian. Wanita itu juga sama. Karena mereka memang baru pertama kali berjumpa. Mengingat Jayden memang baru saja pulang setelah bertahun-tahun kerja di Amerika. Tidak heran jika Meghan sampai marah pada Julian saat Jayden pulang.
"Maaf lama, aku baru saja ambil air. Aku sudah sampai jam enam tadi. Iya, sudah. Aku sudah makan. Kamu jangan khawatir. Kamu sendiri? Sudah makan? Makan apa tadi?"
Makan sate sapi. Penerbanganku diundur lagi. Aku baru sampai Jakarta senin pagi. Kamu pulang hari apa?
"Aku pulang minggu malam sesuai rencana. Kamu mau kumasakkan apa? Aku akan langsung belanja setelah sampai Jakarta."
