Satu minggu kemudian.
Julian sudah agak baikan. Dia juga sudah tidak butuh suster sekarang. Sehingga kini, dia dan Jayden tinggal berdua saja.
"Tidak perlu masak! Kita pesan saja. Kulkas juga masih kosong sekarang. Aku jarang masak soalnya."
Julian langsung mengurungkan niat membuka kulkas. Sebab dia memang baru kali ini keluar dari kamar. Dia berniat memasak karena matahari hampir tenggelam dan dia baru saja diperiksa oleh dokter yang sudah pulang.
"Kamu mau makan apa?"
Julian langsung mendekati Jayden yang sudah duduk di atas sofa. Sebab Jayden sedang mencari makanan yang akan dipesan. Karena dia tahu jika Julian sedang lapar.
"Apa saja."
Jayden fokus mentap ponselnya. Sedangkan Julian mulai menatap si pria. Senyum tipis juga tersungging di wajahnya.
Sebab Julian baru sadar jika Jayden sangat tampan. Manis juga karena memiliki dua lubang di kedua pipinya. Namun yang paling penting, dia sangat baik karena mau membantunya.
"Kamu suka makan nasi kebuli?"
"Suka."
"Aku pesan ini saja, ya? Kamu mau lauk apa?"
"Terserah. Samakan saja."
Jayden mengangguk singkat. Menyamakan pesanan dan langsung meletakkan ponsel di atas meja. Lalu pamit mandi karena tubuhnya sudah lengket semua.
"Aku mandi sebentar. Restorannya dekat. Kalau aku belum keluar, tolong ambilkan di depan, ya? Sudah kubayar pakai e-wallet juga."
Julian mengangguk saja. Lalu menatap televisi yang sudah menyala. Menampilkan iklan mie instant yang mulai membuatnya merasa semakin lapar.
Beberapa puluh menit berlalu. Makanan sudah tiba dan Julian langsung menuju pintu. Berniat mengambil makanan yang dipesan pria itu. Karena Jayden masih belum selesai mandi karena harus BAB dulu.
Ceklek...
Julian menatap si pengantar yang berpakaian lusuh. Wajah dan kulitnya juga sudah kriput. Namun dia tampak begitu semangat mengantar pesanan dengan full senyum.
"Atas nama Jayden?"
"Iya, Pak."
"Ini pesanannya, Mbak. Selamat makan!"
Julian mengangguk singkat. Lalu menerima paper bag yang berisi makanan dari restoran. Namun sebelum si pengantar hilang dari pandangan, Julian langsung mengejar dan memberikan salah satu kotak makanan untuk si pengantar.
"Untuk Bapak."
"Terima kasih, Mbak! Semoga rezekinya semakin lancar!"
Julian hanya bisa mengaminkan. Dia tampak senang karena bisa sedikit berbagi makanan. Karena dia memang berniat membuat mie instant saja. Sebab tidak mungkin jika dia memakan bagian Jayden meskipun dia memang sedang sangat lapar sekarang.
Ceklek...
Jayden baru saja keluar kamar. Dia langsung menatap Julian yang sedang berada di dapur sekarang. Padahal, dia sudah melihat paper bag makanan telah berada di atas meja makan.
"Kamu sedang apa?"
"Buat mie."
"Loh, kenapa? Kamu tidak suka? Tadi katanya minta disamakan? Kalau begitu pesan lagi saja. Mana ponselku? Ini dia!"
Jayden langsung meraih ponselnya yang ada di atas meja. Berniat diberikan pada Julian. Sebab dia tidak ingin wanita itu memakan mie instant, mengingat Julian baru sembuh sekarang.
Tbc...