Julian dicambuk berulang-ulang. Tubuhnya terasa sakit bukan kepalang. Namun dia hanya bisa pasrah karena mau menghindar juga percuma.Sebab Meghan akan tetap menghukumnya sampai dia merasa puas. Karena setelahnya, pria itu pasti akan mengobati setiap luka yang diberikan. Sekaligus meminta maaf. Namun tidak dengan berjanji untuk tidak mengulangi lagi di masa depan.
CTAR...
CTAR...
CTAR...
Julian menggigit bantal. Sebab saat ini dia tengah tengkurap di atas ranjang. Dengan Meghan yang terus mencambuk di belakang.
Air mata Julian mengalir deras. Dia benar-benar hanya bisa menahan diri saja. Sebab sebentar lagi Meghan pasti akan berhenti memukulnya karena kelelahan.
Brak...
Benar saja, tidak lama kemudian Meghan melempar gesper ke sembarang arah. Lalu keluar kamar. Kemudian kembali sembari membawa kompresean air hangat.
Perlahan, Meghan menyingkap pakaian Julian. Mengobati luka cambukan yang baru saja diberikan. Dengan isakan yang tertahan.
Julian? Dia hanya menggigit bibir bawah dan menahan perih saja. Sebab memang selalu seperti alurnya. Membuat kesalahan, dapat hukuman, minta maaf dan diulangi lagi setelahnya.
"Maaf karena aku selalu menyakitimu. Semua ini kulakukan karena aku tidak ingin kehilangan kamu."
Meghan mulai membantu Julian berganti pakaian. Meminum obat agar rasa nyeri di badan hilang. Serta, membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
Meghan langsung ikut bergabung di samping Julian. Memeluknya dengan penuh kehati-hatian. Menyeka air mata dan sesekali melumat bibirnya yang terasa basah.
Julian berangsur-angsur memejamkan mata. Sebab rasa kantuk kian terasa. Dia juga mulai tidur di dekapan Meghan. Dengan menahan rasa sakit di punggung tentu saja.
7. 00 AM
Julian baru saja terbangun saat alarm berbunyi. Karena dia memang selalu bersiap kerja jam tujuh pagi. Sebab jam masuknya jam delapam pagi. Berbeda dengan Meghan yang harus masuk pada jam tujuh pagi.
"Akkh!!!"
Julian mulai bangun dari ranjang dengan perlahan. Dia langsung mandi menggunakan air hangat. Lalu memakai pakaian kerja yang sudah Meghan siapkan. Kemeja hitam dan rok hijau tua. Senada dengan sepatu dan tas yang dimiliki juga.
Setelah memakai pakaian yang telah disetrika Meghan, Julian mulai berdandan. Dia hanya memakai sunscreen dan bedak padat saja. Serta lip balm berwarna merah muda. Membuat tampilan wanita itu seperti anak SMA. Karena riasan minimalis yang dikenakan.
Jangan heran. Ini karena Meghan yang meminta. Dia tidak ingin Julian tampak mencolok baik di jalan maupun di tempat kerja. Namun tetap saja, mau memakai riasan mencolok atau tidak, Julian akan tetap menjadi pusat perhatian orang-orang yang melihat.
Bayangkan saja, setiap bulan Meghan selalu membawa Julian perawatan dari ujung rambut hingga kepala. Tidak heran jika dia hanya butuh riasan simple saja. Sebab kulit Julian sudah bersinar karena rajin suntik brightening dan laser juga.
Apalagi bibir dan alisnya sudah disulam pula. Bak artis cilik yang sudah cantik sejak dilahirkan. Karena terlihat natural sehingga orang-orang tidak sadar.
Setalah mengikat rambutnya, Julian langsung merapikan ranjang. Lalu menyemprot parfum di badan. Kemudian keluar kamar dan sarapan.
Sebab Meghan sudah menyiapkan sarapan untuknya seperti biasa. Susu almond dan sandwich isi daging cincang. Tidak lupa dengan obat anti nyeri juga. Namun tanpa efek mengantuk seperti semalam.
Have a nice day, Sayang! I love you so much!!!
Julian meremas sticky notes yang Meghan tempelkan di gelas. Lalu dimasukkan ke dalam tas. Dia juga mulai sarapan dengan kilat. Sebab sebentar lagi dia harus berangkat.
8. 00 AM
Julian sudah tiba di kantor tempat dirinya kerja. Di kantor penerbitan yang telah empat tahun ini mempekerjakan dirinya. Sebagai editor yang memang sebenarnya bisa kerja di rumah saja.
Namun karena Julian ingin menikmati rutinitas sebagai pegawai kantoran, dia memutuskan untuk masuk kerja di kantor saja. Agar dia sedikit waras karena bertemu orang-orang di sana.
Julian kerja seperti biasa. Hingga dia dipanggil oleh atasan ke ruang rapat. Sebab dia akan dipertemukan dengan pemilik buku biografi yang akan digarap bulan depan.
Ceklek...
Ketika memasuki ruangan, Julian terkejut saat melihat Jayden ada di sana. Mereka sama-sama terkejut saat saling lihat. Padahal, Jayden sebenarnya sudah tahu jika Julian kerja di sana. Tahu dari Carla karena kemarin dia sempat tanya-tanya soal si wanita.
"Jayden?"
"Kalian saling kenal?"
"Iya, Pak."
"Bagus kalau begitu. Saya tinggal, ya? Nanti laporkan saja bagaimana hasilnya. Saya masih ada kerjaan soalnya."
Julian dan Jayden mengangguk singkat. Lalu menatap kepergian Logan. Sebab pria itu memang sangat sibuk orangnya.
"Kamu yang mau mebeuat buku biografi, ya?"
Tanya Julian saat duduk di kursi yang ada di depan Jayden. Dia juga langsung membuka buku catatan sekaligus pena. Agar dia bisa mencatat poin-poin kesepakatan di rapat pertama.
"Bukan, tapi Papa."
"Oh, Pak Sandi berarti Papamu, ya?"
Jayden mengangguk singkat. Sedangkan Julian mulai mencatat tanggal di atas buku catatan. Membuat Jayden tersenyum singkat karena merasa lucu mungkin saja.
Mereka rapat selama setengah jam. Hingga jam makan siang tiba. Jayden juga menawarkan untuk membawa Julian makan bersama. Namun wanita itu menolak dengan alasan sudah ada janji dengan teman-teman. Padahal, sebenarnya tidak.
"Oke kalau begitu. Aku pamit sekarang. Terima kasih atas kerja samanya!"
Julian mengangguk singkat. Lalu membalas uluran tangan Jayden sekarang. Kemudian sama-sama keluar dari ruang rapat. Tetapi sialnya, ternyata sudah ada Meghan yang menunggu Julian.
Karena pria itu kebetulan ada rapat di luar. Dekat dengan kantor Julian. Sehingga, sekalian saja dia membawa pacarnya makan siang bersama.
"Meghan? Sedang apa di sini?"
"Seharusnya aku yang bertanya. Untuk apa kau ke sini?"
"Jayden mengurus buku biografi Pak Sandi yang akan kupegang. Kamu pasti datang karena mau makan siang bersama, kan? Ayo! Aku sudah selesai rapat."
"Aku ikut! Boleh, kan?"
Meghan menatap Jayden marah. Namun hal itu jelas tidak ingin ditampakkan lama-lama. Sebab tidak ingin orang-orang tahu jika dirinya pemarah.
Be prepare. Next chapter ada mature scene :)
Tbc...