Julian resign kerja. Membuat Jayden jelas naik pitam. Sebab dia tahu pasti ini kerjaan Meghan.
Namun Jayden jelas tidak bisa berbuat apa-apa. Karena dia dan Julian juga tidak begitu dekat. Hanya---Clara. Iya, seharusnya Jayden memberi tahu wanita itu sejak awal. Agar dia bisa cepat-cepat membebaskan Julian dari Meghan.
Hari ini hari minggu. Sudah beberapa hari berlalu sejak insiden itu. Saat ini, hubungan Julian dan Meghan juga sudah seperti saat yang lalu-lalu. Tampak baik-baik saja setelah pria itu meminta maaf pasca bangun tidur.
"Aku saja. Kamu rapikan meja makan."
Julian langsung menjauhkan diri dari tempat sampah. Sebab saat ini mereka tengah bersih-bersih apartemen bersama. Mengingat hari ini mereka tidak ada acara.
Meghan mulai memasukkan sampah ke kresek besar. Dia juga langsung membawanya keluar karena acara bersih-bersih mereka sudah beres semua. Bahkan, mereka juga sudah makan siang.
Julian sedang mengelap meja. Karena peralatan makan sudah dicuci Meghan. Karena pria itu yang hampir mengerjakan semuanya.
Julian, dia hanya menunggu perintah saja. Karena Meghan melarangnya melakukan hal-hal berat. Termasuk menyentuh barang kotor juga. Seperti membuang sampah seperti apa yang tengah pria itu lakukan.
Ceklek...
Julian sudah duduk di atas sofa. Dia terkejut saat melihat Carla yang tiba-tiba saja datang. Bersama Meghan di belakang.
Dengan wajah merah padam, Carla langsung memeriksa wajah Julian dengan mengangkat rambut si wanita. Lalu menyingkap kaos yang dikenakan dari bawah. Tanpa menagatakan apa-apa.
"Kamu apa-apaan, sih!?"
Jukian langsung berdiri dari duduknya. Alisnya sudah diadu sekarang. Sebab dia takut pada Meghan yang sudah mengawasi di belakang.
"Ini pasti memar baru, kan? Pasti Meghan pelakunya, kan? JAWAB AKU JULIAN!"
Julian diam saja. Dia tidak berani berbicara. Karena mau berbohong juga tidak bisa. Apalagi berkata terus terang pada Clara.
"Apa aku beri tahu orang tuamu, hah!? Supaya kalian dipisahkan!"
"Jangan Clara! Aku mohon!"
Julian menahan tangan Clara yang ingin mendial nomor orang tuanya. Sebab mereka memang sangat dekat. Jangankan tahu masing-masing nomor orang tua. Saling pinjam celana dalam saja pernah. Tidak heran jika Clara sampai begitu murka dan langsung datang ke Jakarta setelah Jayden bercerita tentang hal ini padanya.
"Kita bicara di luar saja. Aku bisa jelaskan!"
Julian langsung membawa Clara keluar apartemen. Dia berusaha mejelaskan jika dia memang yang ingin diperlakukan seperti ini. Sebab dia tidak mungkin menyalahkan Meghan atas hal ini. Karena jelas pria itu akan semakin murka nanti.
Setelah sekitar satu jam di luar bersama Clara. Julian akhirnya kembali ke apartemen Meghan. Sendirian. Karena Clara sudah naik taksi menuju rumah mertuanya.
PRANG...
Meghan melempar vas bunga pada kepala Julian yang baru saja datang. Membuat wanita itu langsung memegangi kepala. Lalu menatap telapak tangan yang kini sudah penuh darah.
"INI HANYA PERINGATAN DARIKU. JIKA ADA ORANG LAIN YANG DATANG SEPERTI ITU, AKAN KUBUAT KAMU LEBIH HANCUR!"
Meghan langsung memakai jaket dan menyambar kunci mobil. Lalu pergi dari apartemen sendiri. Entah akan melakukan apa kali ini. Sebab dia tidak tahu jika kepala Julian sudah berdarah saat ini. Karena Julian langsung menggenggam tangan setelah menatap darahnya sendiri.
Setelah Meghan pergi, Julian langsung ambruk di tempat dirinya berdiri. Kepalanya terasa pusing dan berdenyut sakit. Disusul dengan darah dari telinga kiri.
Kesadaran Julian hampir hilang. Hingga bayangan orang tuanya datang. Membuatnya langsung meraih ponsel yang ada di atas meja dengan sisa tenaga. Lalu mendial nomor Jayden guna meminta pertolongan.
Tbc...