Satu bulan kemudian.Meghan dan Julian baru saja pulang kerja. Mereka makan bersama karena hari ini Meghan tidak lembur hingga malam. Sehingga dia bisa menjemput si wanita tepat jam lima.
"Tadi kamu bertemu Jayden lagi?"
Tanya Meghan saat melepas jas dan dasi yang dikenakan. Sedangkan Julian, dia sedang menghapus riasan. Sembari menatap si pria dari kaca.
"Iya. Kamu tenang saja, aku tidak akan macam-macam."
"Aku tidak percaya! Kau pasti sedikit tertarik padanya, kan? Karena dia jelas lebih tampan, kaya dan---"
"Meghan, jangan memulai pertikaian. Kamu tahu kalau aku cinta padamu, kan? Aku tidak mungkin berpaling darimu begitu saja. Kita sudah tiga tahun bersama. Banyak hal yang sudah kita lewati juga."
Julian mulai bangkit dari duduknya. Lalu memberi kecupan pada bibir Meghan. Sebab dia memang benar-benar mencintai pacarnya.
"Orang tua kita juga sudah sama-sama merestui, kan? Aku tidak mungkin mengenalkan pria lain pada mereka."
Meghan membalas kecupan Julian. Mereka juga saling pagut setelahnya. Namun, tiba-tiba ponsel Julian bergetar. Membuat wanita itu lekas menjauhkan badan.
"Halo? Iya, Pak. Besok? Kenapa mendadak ya, Pak? Saya belum ada persiapan."
Tidak lama kemudian telepon dimatikan. Julian langsung menatap Meghan yang sudah melepas kancing kemeja. Sembari menatap penasaran dirinya.
"Kamu mau ke luar kota lagi? Kali ini menggantikan siapa?"
"Bu Hana melahirkan. Mau tidak mau aku yang harus gantikan."
Meghan menarik nafas berat. Lalu memasuki kamar mandi sekarang. Diikuti Julian di belakang.
5. 30 AM
Pagi-pagi sekali Julian sudah berada di bandara. Karena dia harus terbang ke Surabaya untuk menggantikan Hana. Sendirian. Karena memang hanya satu undangan yang didapat perusahaan.
"Aku menginap satu hari. Besok pagi mungkin sudah sampai ke Jakarta lagi."
"Kalau sudah sampai kabari!"
Julian mengangguk singkat. Lalu memeluk Meghan sebentar. Kemudian menuju tempat pemeriksaan.
Setalah memasuki pesawat, Julian langsung memejamkan mata. Sembari mendengarkan musik menggunkan earphone milik Meghan. Sebab mereka memang sering bertukar barang tanpa disadar.
"Julian?"
Julian langsung membuka mata. Dia menatap Jayden yang tiba-tiba saja sudah berada di sampingnya. Sebenarnya, pria itu duduk di depannya. Namun entah kenapa dia malah mendaratkan pantat di sana.
"Kamu mau ke Surabaya juga?"
"Iya. Jangan bilang kamu dapat undangan untuk menghadiri seminar di Next In Corp juga?"
Julian mengangguk singkat. Sedangkan Jayden mulai tersenyum senang. Sebab bisa kembali bertemu Julian. Tanpa disengaja pula.
"Maaf, Pak. Ini tempat duduk saya."
Senyum Jayden pudar saat tiba-tiba saja ada pria bertubuh gempal yang menegur dirinya. Namun dengan sigap, Jayden langsung mengatakan jika dia ingin menukar tempat duduk mereka. Si pria gempal setuju tentu saja. Sebab kursi Jayden ada di dekat jendela dan tidak seperti kursinya yang ada di pinggir jalan.
Dua jam kemudian mereka tiba di Surabaya. Jayden yang sudah dijemput oleh kenalan tentu saja langsung membawa Julian juga. Sebab hotel mereka sama. Sehingga, sekalian saja dia membawa Julian ikut serta.
"Pacarmu, ya?"
Bisik teman Jayden saat membelah jalan. Sedangkan Julian diam saja sembari menatap jendela. Sebab dia takut akan ketahuan Meghan.
Karena pria itu selalu tahu akan seluruh kegiatannya saat di luar. Entah dari mana. Namun yang jelas, pria itu hampir tidak pernah melewatkan barang sekali saja.
"Bukan. Teman kerja."
Jayden tersenyum saat membicarakan Julian. Karena dia juga tidak berniat menikung Meghan. Kecuali kalau mereka putus, baru dia akan maju paling depan.
"Teman atau teman?"
"Terserah kalau tidak percaya."
Di tempat lain, Meghan tampak mengeraskan rahang. Karena dia tahu jika Julian lagi-lagi bertemu Jayden di luar. Sebab dia telah memasang alat penyadap di casing ponsel si wanita. Tidak heran jika dia selalu tahu jika ada pria yang mendekati Julian.
6. 00 AM
Julian sudah kembali ke Jakarta. Dengan tubuh lemas karena kurang tidur semalam. Sebab ada deadline yang memiliki tenggat semalam.
"Aku sudah di depan. Kamu di mana?"
Tanya Julian pada Meghan yang baru saja menelepon dirinya. Sebab pria itu memang sudah menjemput dirinya. Padahal dia harus kerja juga.
Parkiran dekat Starbucks.
Julian langsung berlari kecil menuju parkiran. Sebab dia sudah bisa melihat mobil Meghan. Dia juga langsung masuk dan memakai sabuk pengaman. Tanpa menyapa Meghan karena dia sudah kelelahan.
Bahkan, Julian berencana langsung pulang. Ingin kerja di rumah saja untuk beberapa hari ke depan. Karena entah kenapa, akhir-akhir ini tubuhnya terasa lemas tanpa alasan.
Tanpa banyak bicara, Meghan langsung melesakkan mobil menuju apartemennya. Dia juga langsung memasuki basement dan tidak menurunkan Julian di lobby saja. Membuat wanita itu agak bingung saat membuka mata. Sebab selama perjalanan, dia sempat tidur sebentar.
Greb...
Setelah melepas sabuk pengaman, Julian langsung mendapat jambakan. Hingga kepalanya mendongak karena kesakitan. Suaranya juga tercekat. Karena dia jelas tidak berani berteriak dan membuat keributan.
"Sayang! Ada apa? Aku salah apa!?"
"Kau masih tidak sadar? Sudah berapa kali kubilang!? Katakan jika kamu bertemu Jayden! Tapi kenapa kau diam saja, hah!? Kau suka berada di dekatnya? Kau ini benar-benar jalang ternyata!"
Jambakan Meghan terlepas. Namun kali ini, dia langsung memukul kencang paha kanan Julian. Membuat wanita itu berusaha menghindar. Ingin keluar dari mobil namun pintu masih dikunci dari dalam.
Bugh...
Bugh...
Bugh...
Meghan tidak hanya memukul paha. Kali ini dia juga memukul pinggang dan perut Julian. Sehingga membuat rintihan mulai terdengar. Karena Meghan jelas akan semakin murka jika mendengar suaranya.
"Buka!"
Dengan menahan sakit, Julian langsung melebarkan paha. Hingga dia merasakan tiga jari Meghan memasuki dirinya. Tidak ada kelembutan. Membuat bagian bawahnya terasa perih dan mungkin sedikit berdarah.
"Sakit---"
Plak...
Plak...
Plak...
Julian mendapat tamparan sangat kencang. Hingga bibirnya berdarah. Kalian tidak lupa jika tubuh Meghan dua kali lebih besar darinya, kan? Tidak heran jika Julian langsung babak belur meskipun hanya mendapat beberapa kali pukulan dan tamparan.
"Bilang apa tadi? Sakit? Sakit atau enak, hah!? Jalang sepertimu memang pintar pura-pura ternyata!"
Meghan langsung meraih ponselnya. Dia mengarahkan kamera pada wajah Julian yang tampak frustasi sekarang. Dengan kedua tangan yang berusaha menutup roknya. Namun Julian tidak berani menarik tangan Meghan karena takut mendapat siksaan semakin kasar.
Di tempat lain, Jayden baru ingat jika dia lupa mengembalikan power bank yang dipinjam pada Julian. Sehingga dia memutuskan untuk langsung ke apartemen Meghan. Sebab dia tahu jika wanita itu langsung pulang dan tidak ke kantor seperti biasa.
Tbc...
![](https://img.wattpad.com/cover/330145518-288-k941598.jpg)