6/6

4.8K 92 91
                                    


Visualisasi cast udh aku post di Instagram @cesttlavie.id gengs :)

Julian sedang menangis di atas sofa. Sendirian. Karena Meghan jelas sudah berangkat kerja. Meskipun agak terlambat karena harus bolak-balik menjemput dan mengantar dirinya.

Julian benar-benar merasa terluka. Karena Meghan tidak hanya menyakiti hatinya. Namun seluruh badannya juga.

Bugh...

Bugh...

Bugh...

Julian mulai memukul kepalanya sendiri. Sebab dia juga merasa bodoh sekali. Karena mau bertahan dengan Meghan selama ini.

Namun Julian benar-benar tidak memiliki pilihan lagi. Sebab hanya ini satu-satunya jalan yang harus dipilih. Mengingat semua kartu buruknya sudah Meghan pegang saat ini.

Iya. Meghan memiliki puluhan atau bahkan ratusan video dan foto saat Julian sedang dalam keadaan tidak layak ditonton oleh orang luar. Termasuk oleh dirinya. Karena selain malu, dia ikut merasa jijik juga.

Tidak ada yang mau padamu kecuali aku! INGAT ITU!

Perkataan Meghan benar-benar melekat di kepala. Seolah menjadi mantra. Karena Julian benar-benar telah dirusak baik dari segi fisik maupun mental.

Ting... Tong...

Tangisan Julian berhenti saat mendengar suara bel berbunyi. Dia jelas langsung bangun dari duduknya saat ini. Lalu menuju pintu setelah menyeka air mata yang masih membasahi pipi.

"Siapa?"

"Aku Jayden."

"Jayden? Ada perlu apa? Meghan tidak ada. Maaf, aku tidak bisa membuka."

Julian tampak ketakutan. Bukan karena takut pipi bengkaknya terlihat. Namun karena takut Meghan semakin murka jika tahu dia mengizinkan Jayden masuk tanpa dirinya.

"Aku hanya ingin mengembalikan power bank."

Jayden tampak kecewa. Karena wajahnya dapat terlihat jelas oleh Julian. Melalui layar interkom yang ada di depan.

"Selipkan lewat bawah pintu saja!"

"Tidak bisa. Tidak ada celah!"

Julian langsung membuka pintu perlahan. Dia juga hanya mengulurkan tangan saja. Tanpa menampilkan wajah. Membuat Jayden agak curiga.

Krek...

Jayden mendorong pintu perlahan. Julian tampak gelagapan. Apalagi saat ini dia sedang memakai kaos pendek sepinggang. Sebab hoodie yang sebelumnya dikenakan sudah dilepas.

"Julian?"

Jayden menatap Julian dari atas hingga bawah. Keadaan wanita itu jelas sangat memprihatinkan. Padahal ketika di bandara, wanita itu masih terlihat bugar tanpa luka.

"Mana power banknya? Cepat!"

Julian mulai mengulurkan tangan. Sedangkan Jayden tampak menatap nanar dirinya. Karena dia tidak pernah melihat wanita babak belur sebelumnya.

"Siapa yang melakukan ini? Meghan?"

Jayden menyentuh pinggang Julian. Sedikit menekannya karena ingin memastikan itu sungguhan atau bukan. Dan ternyata, ini sungguhan karena si wanita langsung mendesis pelan.

"Ayo ke rumah sakit sekarang!"

Jayden langsung melepas jas. Lalu dipakaikan pada Julian. Memaksa wanita itu ikut dirinya. Tidak peduli jika mereka dilihati oleh banyak orang di jalan.

Meghan baru saja tiba di tempat kerja. Dengan perasaan tidak enak karena baru saja menyiksa Julian. Tanpa meminta maaf apalagi mengobati seperti biasa. Sebab dia harus buru-buru kerja.

Perlahan, Meghan mulai membuka rekaman CCTV apartemen di ponselnya. Berniat memeriksa keadaan Julian. Namun sayangnya, dia harus melihat adegan sok hero Jayden yang membuatnya jelas naik pitam.

"Pak Meghan, mau ke mana? Kita mau rapat!"

Meghan mengabaikan ucapan sekretarisnya. Dia langsung menuju parkiran. Ingin melacak keberadaan Julian. Namun sayang, wanita itu tidak sedang membawa ponsel sekarang.

100 comments for next chapter :)

Tbc...

MANIPULATIVE [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang