"Eh eh! Bukannya itu Jeno?!"
Hyunjin berseru membuat tiga lainnya mengikuti arah pandangnya, benar saja mereka langsung melihat sosok Jeno yang tengah berjalan memasuki Cafe dengan pemuda tinggi di sampingnya.
"Buset itu cowo tiang apa gimana?!" Seru Yoshi membelalakkan sepasang mata sipitnya. Tingginya cukup tinggi, namun di bandingkan dengan sosok di samping Jeno dia akan merasa rendah diri secara otomatis.
"Beh pinter juga Jeno cari pacar!" Hyunjin dengan tulus memuji Jeno.
"Oh? Jeno gay juga ternyata" celetuk Renjun mengelus dagu mulusnya.
"Harusnya kemarin gue embat" lanjutnya menghela nafas panjang.
"Dia gak akan mau sama lo" Dengan pedasnya Yoshi mengatakan hal tersebut membuat Renjun mendengus.
"Tapi mereka berdua kayanya gak ada takut takutnya sama sekali!"
"Apanya?" Haechan menatap Hyunjin bingung begitupun yang lain.
"Noh liat! Tuh cowo santai banget megang tangan Jeno, ngelus kepalanya, senyum lembutnya, beh bahkan waktu mau duduk bantuin Jeno narik kursi! Gila!" Ucap Hyunjin heboh sendiri. Ketiganya lantas menatap Jeno juga Soobin dengan intens.
"Gue kayanya pernah liat cowo itu" celetuk Haechan mengerutkan alisnya.
"Hah? Serius lo Chan?" Yang lain langsung menatap Haechan. Yang di tatap mengangguk.
"Hm, gue liat mereka pagi pagi di Sekolah keluar dari gudang"
?! Mereka langsung menghirup nafas dingin, sudah dapat di lihat dari wajah ketiganya bahwa mereka sedang memikirkan hal yang iya iya di otak mereka.
"Nah ini beru bener! Namanya pacaran mah entah itu di hujat atau di benci gak akan perduli asal tetep berdua! Gak kaya yang sembunyi sembunyi!" Yoshi dengan sengaja melirik Haechan, benar saja pihak lain mengerutkan alisnya.
"Mungkin Haechan cuma mau untungnya aja kali" kompor Renjun meminum cappuccino miliknya dengan santai.
"Gimana? Udah lo jebol belum?" Bisik Hyunjin menaik turunkan alisnya menggoda. Wajah Haechan secara perlahan semakin gelap, apa maksudnya?!
"Diam!" Serunya kesal. Otak sahabatnya memang terlalu rusak.
"Dia lemah, gue gak berani sentuh dia secara berlebihan" lanjutnya acuh.
"Wah wah, terus terus?" Jiwa kepo sudah meresap dalam tulang dan jiwa ketiga lainnya.
"Jaemin bilang mungkin satu bulan lagi tubuh dia udah sehat. Lusa dia mau jalanin Operasi tranplantasi ginjal"
"Hahaha! Sabar bro, tunggu sebulan lagi kalo gitu" tawa Yoshi terlihat sangat senang meledeki sahabatnya.
"Gue penasaran gimana ekspresi Jeno jadi Male sub, secara dia pemalu" celetuk Hyunjin yang tiba tiba menyebabkan suasana hening di sekitar mereka.
"Jin?" Yoshi menatap horor Hyunjin, Hyunjin yang tak tau mengapa sahabatnya bersikap aneh menjawab dengan santai.
"Apa?"
"Lo gay?"
"Eh?!" Barulah saat itu Hyunjin sadar, mengapa dia tiba tiba memikirkan Jeno?! Bagaimanapun penampilan Jeno itu bukan urusannya, mengapa dia penasaran?
"Wah... Siap siap putus Jin" lagi lagi Renjun mengipasi api.
"Masa sih gue gay?" Beo Hyunjin linglung.
"Lo pasti jadi gay gara gara liat senyuman manis Jeno kemaren, gue aja langsung ketriger" Yoshi menghibur Hyunjin yang sama sekali tak berguna.
"Ah, gak mungkin lah"
Ketiganya masih berdebat, sedangkan Haechan yang diam diam mendengarkan tenggelam dalam fikirannya sendiri. Ekspresi Jeno? Apakah yang dimaksud Hyunjin saat melakukan itu...? Ugh wajahnya tiba tiba memerah padam dan dia merasa sedikit tegang membayangkannya. Haechan buru buru membuang fikirannya, sebenarnya apa yang dia fikirkan!
"Mau minum apa?" Soobin menyerahkan daftar menu ke hadapan Jeno, Jeno dengan bingung menatap deretan menu yang ada.
"Kamu mau apa?" Dia beralih menatap kekasihnya tersebut.
"Aku mau pesen Frappuccino"
"Kalo gitu aku Cafe Latte aja"
"Gak sama dessert nya sekalian?" Tawar Soobin. Jeno menggeleng.
"Udah malam, aku gamau makan yang manis manis" Soobin mengangguk mengerti memanggil waiters untuk memesan pesanan keduanya.
"Gimana? Udah pernah jalan jalan malam gini?" Tanya Soobin menatap Jeno.
"Belum, ini pertama kalinya"
"Sama, kalo bukan karna Bang Yeon sering ngajak nyantai aku gak akan tau dunia luar" kekeh Soobin. Wajar saja jika dunia baru terbuka untuknya, dia baru saja menginjak masa Remaja nya, dulu dia masih anak anak tak baik untuk keluar di malam hari itu yang di katakan kakaknya. Semenjak menginjak bangku SMA ini lah dia boleh melakukan apapun dengan bebas.
Jeno hanya tersenyum mendengarnya, dia menatap keluar jendela. Entah mengapa dia merasa gelisah memikirkan Operasinya lusa nanti, apakah harus membicarakannya dengan Soobin atau tidak? Apakah satu ginjal baik baik saja? Dia sebenarnya sedikit takut, takut jika tubuhnya akan menjadi tidak sehat, takut jika hal tersebut akan menimbulkan efek samping dan sebagainya. Tapi jika satu ginjal bisa menukar seluruh kebebasannya itu sepadan.
Soobin menatap wajah melamun Jeno dengan alis berkerut, apalagi yang di fikirkan Jeno? Mengapa raut wajahnya sangat membuat dirinya khawatir.
"Jen? Kamu bisa cerita kalo ada sesuatu" bujuknya dengan suara lembut. Jeno mengalihkan pandangannya menatap sosok di seberangnya dalam diam. Mata itu terlihat lembut, ekspresinya penuh dengan sikap menyayangi. Mungkin dia memang harus mengatakan hal ini.
"Bin..."
"Iya Sayang?"
"Lusa... Aku bakalan Operasi, jadi mung-"
"Hah? Kamu kenapa? Kamu sehat selama ini, kamu mau operasi apa? Kena-" Kaget Soobin membelalakkan matanya. Dia ingat betul bahwa Jeno selalu sehat, mengapa sekarang ada operasi? Apakah Jeno diam diam sakit? Mengapa dia tidak tau?
"Bukan, hei dengerin aku dulu" sela Jeno menghela nafas panjang. Akhirnya Soobin menutup mulutnya mengisyaratkan agar Jeno menjelaskan dengan jelas apa maksudnya.
"Aku mau donorin ginjal aku, ini bukan aku yang sakit, kamu tenang aja"
"Tapi Jen! Buat apa kamu donorin ginjal kamu?" Soobin masih tidak terima tentang operasi ini.
"Dia sodara aku, jadi gak mungkin aku tinggal diem kan? Gimanapun semua orang berharap sodara aku bisa cepet sehat" senyum tipis muncul di wajah Jeno. Soobin yang masih ingin membantah sampai tak dapat mengeluarkan kata katanya ketika melihat senyum tersebut.
Walau dia bohong tentang mengkhawatirkan saudara, tapi Jeno masih belum siap membicarakan tentang masalahnya dan keluarganya, tunggu saja saat sudah selesai operasi untuk bercerita.
"Maaf, ini pesanannya" tiba tiba waiters datang membawa pesanan keduanya. Jeno mengangguk membiarkan minuman yang di pesan di letakkan di atas meja lalu menunggu waiters pergi untuk kembali melanjutkan obrolan mereka.
"Gapapa kan? Kita mungkin bakalan jarang ketemu selama aku dalam masa perawatan" dia tak yakin kapan luka setelah operasi dapat sembuh, mungkin perlu waktu beberapa bulan? Entahlah.
"Sebenarnya aku gak terima, tapi karna ini udah keputusan kamu aku bakalan dukung sebisa aku" Soobin menghela nafas panjang, jika Jeno sudah memutuskan dia tak bisa membantahnya.
"Kalo gitu aku bakalan rawat kamu, tenang aja" lanjutnya tersenyum hangat mengusak surai hitam Jeno. Jeno tersenyum manis.
"Soobin... Makasih Banyak..."
Yoitttt
Duh apaan nih keuwuan ini membuat saya ingin menggulung bumi 🚶🏻
See u~
![](https://img.wattpad.com/cover/330119897-288-k171556.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Circle Of Destiny ✓
RandomJeno dan Jaemin adalah saudara kembar, tetapi mengapa kehidupan mereka sangat berbeda? Bxb Soobjen Hyuckno Jeno x all