Salah Paham ....

1.9K 204 3
                                    

"Hari ini kita lari 100 Meter 10 putaran! Ayo dari barisan paling kanan! Nyambung ke kiri!"

Mendengar suara Guru Olahraga, banyak Siswi yang mengeluh mengapa mereka harus lari di hari yang panas ini! Lihat walaupun pagi matahari sudah menyengat!.

"Cepat! Tidak ada keluhan!" Teriak Guru Olahraga membuat mereka diam. Mulai dari kanan mereka berlari dengan cepat dan terus di sambung ke barisan lainnya.

Jeno bahkan ikut mengeluh dalam hatinya, mengapa harus lari? Dia sedang menjaga kesehatan untuk Operasi besok, bagaimana jika dia kelelahan dan tubuhnya nyeri juga pegal pegal besok pagi? Dia yakin Mark dan Orang tuanya akan memarahinya jika sampai gagal melakukan Operasi.

Mengingat alasan pusing yang sempat Soobin berikan tadi, Jeno memutar otaknya berniat untuk pergi ke UKS. Karna dia berada di tengah barisan, dia mulai melambatkan larinya lalu menjatuhkan dirinya sendiri pasti banyak yang akan melihatnya. Malu sebenarnya tapi mau bagaimana lagi? Guru Olahraga ini sulit di ajak kompromi.

Bruk!

"Jeno!" Seru Siswa Siswi lain yang melihatnya tiba tiba tersungkur di tanah.

"Tetap lari!" Seru Guru Olahraga berlari kecil menghampiri Jeno. Soobin yang berada di barisan paling belakang mendengar bahwa Jeno terjatuh mempercepat langkahnya, bibirnya berkerut dengan mata yang khawatir.

"Kalian lanjutkan lari! Saya akan membawa Jeno ke UKS!" Guru Olahraga berperawakan besar dan cukup tinggi menggendong Jeno terlihat tak kesulitan sama sekali. Soobin yang melihatnya mengerutkan keningnya.

"Baik Pak!" Koor yang lain terus berlari.

"P-" Soobin yang hendak membuka mulutnya untuk membiarkan dirinya saja yang membawa Jeno ke Uks langsung menutupnya kembali saat melihat Jeno di gendongan Guru Olahraga sedikit mengedipkan mata ke arahnya.

Dia langsung terdiam, namun tak lama dia terkekeh geli, hei kucing kecil ini ternyata pintar membuat trik juga rupanya. Dia akhirnya lega dan terus melanjutkan larinya walau masih tak terima Jeno di gendong oleh Guru Olahraga. Dia saja tak pernah menggendongnya hah.

Setibanya di Uks, Jeno di baringkan ke atas ranjang oleh Guru. Melihat bahwa mata Jeno terbuka sang Guru mengerutkan kening.

"Kamu kenapa bisa jatoh?"

"Maaf Pak, Saya pusing sejak tadi pagi, kayanya karna belum sarapan jadi lemes" alibi Jeno tanpa bersemu, bahkan wajahnya benar benar terlihat pucat dan lemas. Mau tak mau Guru mengangguk percaya.

"Kalo gitu kamu istirahat di sini, nanti saat bel istirahat langsung makan"

"Baik Pak"

"Kalo gitu Bapak lanjut melihat yang lain"

"Iya Silahkan Pak" Jeno mengangguk dengan sungguh sungguh menatap punggung guru yang semakin menghilang lalu menoleh kiri kanan, sepertinya tak ada yang bertugas, baguslah. Dia hendak turun dari Ranjang untuk menutup tirai, tapi ketika dia berbalik, tubuhnya berguling meluncur ke arah lantai begitu saja dengan punggung yabg tergores ujung ranjang yang terbuat dari besi.

"Akh! F*" umpat Jeno melengkungkan pingganya dengan menyakitkan, bokongnya juga sakit ketika beradu dengan lantai.

"Kurang ajar nih lantai!" Serunya menepuk lantai dengan kesal, buru buru bangkit untuk menurunkan tirai pemisah, membuatnya terisolasi dari orang lain yang ingin memasuki Uks.

"Perih, berdarahkah?" Monolog Jeno memutar pinggangnya mencoba melihat punggungnya yang terasa sakit. Dia memutar ke kanan dan ke kiri tapi tak kunjung melihat tempat yang tergores sama sekali.

Jeno : "..." Kayanya Gue kualat karna bohongin Guru.

"Hahhh..." Helaan nafas panjang keluar dari bibirnya, berjalan dengan gontai untuk kembali berbaring di atas ranjang.

Dia berkedip menatap langit langit, lalu menoleh menatap tirai pembatas, dia bosan juga lapar. Mengapa Guru tak peka sama sekali? Bahkan tak membiarkannya makan sebelum Istirahat.

"Kok perih banget nih punggung" keluh Jeno memutar tubuhnya untuk tengkurap. Kebiasaan luka kecil selalu lebih menyakitkan daripada luka besar. Dia melipat kakinya menjadi lutut yang bertumpu di atas ranjang, lalu mengangkat atasan olahraganya sebatas tulang rusuk terakhir dan mencoba memutar kepalanya untuk melihat luka di punggungnya.

"Ugh..." Lehernya bisa bisa kejang, namun untungnya lukanya terlihat, itu memang berdarah dan cukup panjang tepat di tengah garis tulang punggungnya.

"Sakit..." wajah Jeno lesu, dia sudah susah susah menjaga agar tetap sehat mengapa begini?

Srek!

Tiba tiba tirai terbuka dengan kasar membuat Jeno menoleh dengan wajah linglung. Seketika dia langsung bersitatap dengan mata setajam elang milik pihak lain.

Jeno berkedip polos, apa?

Haechan yang melihat Jeno dalam posisi yang terlihat ambigu tertegun sejenak, awalnya dia tidur di uks, tapi dia terbangun oleh suara berisik suaranya terdengar ambigu membuatnya mau tak mau membuka tirai pembatas dengan tidak sabar. Tapi dia tak pernah menyangka bahwa orang yang mengeluarkan suara ambigu itu ternyata Jeno!

Matanya menatap atasan seragam Jeno yang di naikkan memperlihatkan perut juga punggungnya yang putih, di bagian punggung dapat terlihat luka gores yang cukup panjang dan masih mengeluarkan darah, sepertinya baru saja terluka. Jadi... Apakah suara tersebut karna luka ini? Otaknya bingung sejenak, matanya tak pernah beralih dari kulit terbuka Jeno. Jangan lupakan posisi tengkurap Jeno yang masih ambigu.

"E... Anu..."

Ceklek

Suara pintu terbuka membuat Jeno yang panik menoleh, dari celah tirai yang di angkat, dapat dia lihat wajah penuh keringat milik Soobin memasuki Uks membuatnya kaku.

Soobin yang baru saja masuk setelah selesai berlari tak menyangka bahwa akan melihat pemandangan Jeno dalam posisi ambigu dengan seorang pemuda berdiri mengangkat tirai menatapi kulit putih kekasihnya. Wajahnya langsung gelap, matanya menjadi dingin menatap antara Jeno yang kaget juga sosok Pemuda yang membelakanginya masih fokus menatap punggung Jeno yang terekspos.

"Kamu buat alasan ke Uks cuma untuk ini...?" Soobin membuka mulutnya, bersuara dengan datar. Awalnya dai bertanya tanya mengapa Jeno membuat alasan ke Uks? Jadi ternyata semua untuk ini?

"Sorry ganggu" dia berbalik menutup pintu Uks diam diam mengepalkan tangannya berjalan cepat menuju ke ruang ganti.

"T-Tunggu!" Jeno yang masih kaget buru buru turun dari ranjang membuatnya terjatuh dan kembali tergores ujung ranjang, namun dia tak memperdulikannya sama sekali, dia panik dan cemas melihat wajah dingin Soobin. Soobin yang biasanya hanya akan memperlihatkan wajah lembut penuh senyum kepadanya, bukan wajah yang seperti itu!

"Soobin!" Jeno berlari keluar dari Uks melihat lorong kanan dan kiri tampak semakin cemas. Akhirnya dia memilih lorong kiri menuju ke ruang ganti, karna sudah selesai Olahraga, harusnya dia ganti baju kan?

Haechan yang tersadar oleh gerakan terburu buru Jeno menatap punggung sosok yang sudah menghilang sepenuhnya dengan linglung.

Entah mengapa dia merasa selalu kehilangan fokus saat melihat Jeno? Seperti pinggangnya yang ramping barusan, kulit perut tipisnya juga punggung melengkung yang ramping. Tenggorokannya lagi lagi terasa kering, dia menjilat bibirnya, matanya gelap. Dia tidak seharusnya seperti ini! Rutuknya mencela dirinya sendiri.



















Yoittt

Haechan gak boleh mesum sama Jeno🥺, kasian ntar klo Jeno di musuhin Soobin🥺

See u~

Circle Of Destiny ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang