Di ruangan yang gelap tanpa cahaya sedikitpun, terlihat bayangan samar sesosok manusia duduk di lantai tak bergerak. Di kegelapan matanya sedikit bersinar menatap kosong pada pintu kayu yang tertutup di depannya. Dari awal hingga sekarang dia merasa semua hanya terjadi dalam sekejap mata.
Sosok tersebut adalah Jeno. Saat berada di ruangan Kepala Sekolah, di jelaskan bahwa Pria paruh baya bernama keluarga Son itu adalah Ayahnya. Awalnya Pria paruh baya tersebut bersikap baik dan ramah mengajaknya pulang, awalnya dia ragu tetapi atas desakan Kepala Sekolah dia mengikutinya. Tapi setibanya di rumah dia di kurung langsung di ruangan gelap ini. Kenapa?
Bahkan Jeno masih merasa semuanya seperti mimpi karna hanya terjadi dalam sekejap mata.
Ceklek
Pintu terbuka menyebabkan cahaya samar masuk ke dalam ruangan. Sosok Pria paruh baya yang membawanya pulang berdiri dengan tinggi di hadapannya membuatnya mendongak untuk menatap wajahnya yang terlihat dingin.
"Bagaimana mungkin Yura bisa melahirkanmu! Dan dengan tak tau malunya dia menghubungiku untuk mengurusmu! Tetapi karna dia berkata kamu bergun sebagai Bank organ, aku akan memeliharamu di sini!" Suara penuh penghinaan juga rasa jijik dan arogansi yang kuat membuat telinga Jeno berdengung, apalagi ini? Apakah setelah keluar dari kandang harimau kini dia memasuki Kandang Singa?
"Bisakah Saya Pergi?" Tanya Jeno linglung, hatinya tidak tahan menghadapi tekanan yang tiba tiba ini.
"Pergi? Yura sudah menyerahkanmu padaku! Jadi kamu hanya perlu menuruti perintahku!" Teriak Tuan Son galak. Jeno langsung mengatupkan bibirnya dengan erat mengepalkan kedua tangannya.
Mengapa? Mengapa Mama nya melakukan ini? Mengapa orang itu masih harus menyulitkannya? Sial! Memiliki orang tua seperti Tuan Son dan Nyonya Lee benar benar sangat Sial baginya.
"Kenapa? Kalian bahkan tidak menginginkan Saya! Jadi kenapa Saya harus menuruti Kalian! Entah itu Anda ataupun Nyonya Lee, kalian hanya sepasang anjing yang tak tau malu!" Seru Jeno menggertakkan giginya.
Plak!
Tamparan keras mendarat di pipi mulus Jeno membuat wajahnya menoleh ke samping memperlihatkan bekas merah samar dalam cahaya remang remang. Merasakan panas di pipi kirinya, Jeno malah terkekeh sinis.
"Bukankah kalian berdua hanya ingin menghancurkan Saya? Kalian membenci anak haram seperti Saya, karna sangat di sayangkan rasanya jika hanya membunuh Saya, jadi kalian memanfaatkan tubuh ini? Kalian berdua ingin membuat Saya mati perlahan?"
"Kkk~ Kalian sangat iri dengan kehidupan Saya, seseorang yang sudah menjalani bertahun tahun kehidupan bahkan iri dengan kehidupan Saya yang hanya 15 tahun ini kkk~" suara Jeno tidak keras, namun memiliki rasa penghinaan yang kuat di setiap katanya. Karna tangannya di ikat di punggungnya, dia hanya diam di tempatnya tanpa berniat untuk bergerak.
"DASAR ANAK SIALAN!"
Tuan Son dengan marah menjambak surai hitam Jeno yang sedikit panjang akibat jarang di potong membuat Jeno mendongak dengan alis berkerut merasakan sakit di kulit kepalanya.
Plak!
Plak!
"Bagus! Yura membesarkanmu menjadi Bajingan seperti ini!"
Plak!
"Aku menyesal meniduri perempuan jalang sepertinya!"
Plak!
"Bisa bisanya Lee tetap mau menjadi suaminya!"
Plak!
Suara ocehan marah dengan suara tamparan beradu, namun Jeno tak berniat untuk mengeluarkan rasa sakitnya sama sekali, dia hanya dapat menggigit giginya agar tak mengeluarkan suara, menahan perasaan panas juga pedas di kedua pipinya serta di kulit kepalanya.
"Ayah...?"
Suasana seketika menjadi hening. Jeno dengan pipi yang mulai membengkak juga rambut acak acakkan mendongak mencoba melihat siapa orang yang mau mau nya memanggil Pria sampah ini sebagai Ayah nya. Tuan Son juga menoleh dengan wajah kaku menatap putra satu satuny berdiri tercengang di pintu.
"E-Eric? Kamu sudah pulang rupanya. Pergilah ganti bajumu" ucap Tuan Son tersenyum simpul.
"Yang Ayah ucapin... Dia... Dia sodaraku?" Mata Eric tak berniat menatap Ayah nya, namun lebih memilih untuk menatap sosok berantakan yang duduk di lantai. Hatinya tertegun sejenak kala melihat itu adalah Jeno. Dia ingat tadi di sekolah sepertinya Soobin cemas memikirkan Jeno walaupun Kepala Sekolah sudah memberitahunya bahwa Jeno di bawa oleh Ayahnya.
Soobin memang tidak tau seluk beluk masalah Jeno, tetapi dia mengerti bahwa Jeno sepertinya memiliki hubungan buruk dengan orang tua nya membuatnya khawatir saat tau bahwa Jeno pergi bersama Ayahnya.
"Pergilah, jangan di sini" Tuan Son keluar, hendak membawa putrany pergi. Tetapi Eric tak bergeming dari tempatnya sama sekali.
"Ayah pergi dulu. Eric punya sesuatu sama Jeno" tolak Eric melangkah masuk ke ruangan. Tuan Son awalnya ragu, namun pada akhirnya dia melangkah pergi. Baiklah, biarkan putranya yang memutuskan nasib anak itu.
"Jadi lo sodara tiri gue?"
Suara Eric terdengar datar tanpa emosi, Jeno yang sudah banyak melihat kebencian bahkan dapat melihat bahwa Eric ini sepertinya mulai tidak menyukainya. Betapa Ayah Anak yang sama.
"Um" guman Jeno tak berniat menatapnya lagi. Orang ini di sini bukan untuk menyelamatkannya kan? Tapi untuk membuat situasinya semakin sulit.
"Bagus... Kenapa Soobin harus sama lo? Sebenernya kita agak mirip walaupun beda, tapi kenapa Soobin malah milih Lo?"
Jeno tertegun mencoba mencerna ucapan Eric. Apa? Biasanya ucapan penuh kebencian seperti ini... Apakah Eric menyukai Soobin? Dia tau keduanya sudah berteman cukup lama tidak, tapi keempatnya. Soobin berkata bahwa dirinya, Hwall, Eric dan Jihoon adalah teman masa kecil jadi mereka selalu berada di Sekolah yang sama. Walau Soobin selalu bersamanya, dia tetap menyempatkan diri untuk berkumpul dengan para sahabatnya.
Eric awalnya tak begitu membenci Jeno, dia hanya sedikit menyesal saat tau bahwa Soobin dan Jeno menjalin hubungan, tetapi sekarang setelah tau bahwa Jeno adalah Saudara tiri juga masalah yang menyebabkan Ibu nya meninggal akibat depresi mengetahui perselingkuhan Ayahnya membuatnya tiba tiba membenci Jeno. Jeno merenggut Soobin darinya juga merenggut Ibu nya. Anak haram memang seharusnya tidak di lahirkan ke dunia, ini menyedihkan.
Saat Sd dia, Soobin, Hwall, dan Jihoon selalu bersama. Tetapi semenjak Soobin mengenal Jeno, pemuda itu lebih sering bersama Jeno dan sangat jarang berkumpul bersama seperti dulu lagi. Jeno ini memang seperti virus, setiap orang yang dekat dengannya akan mengalami keretakan. Dia benci sangat membencinya.
"Lo diem di sini!"
Blam!
Pintu dengan keras tertutup. Jeno hanya diam di tempatnya. Tangannya dengan kesulitan mencoba merogoh benda pipih di saku celananya. Mungkin Tuan Son lupa mengambilnya dia sedikit bersyukur. Dengan cepluk, benda pipih jatuh di lantai. Jeno mengambilnya dengan tangan terikat untuk menekan tombol on, lalu menggesernya menggunakan kaki menekan kode dengan jempol kakinya menggeser layar dengan sabar lalu mendial nomor Soobin.
Dia memindah posisinya berbaring di samping ponsel agar dapat mendengar suara Soobin dengan jelas. Tak perlu waktu lama hingga panggilan terhubung.
"Jeno!"
Yoittt
Haduh haduh
See u~
![](https://img.wattpad.com/cover/330119897-288-k171556.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Circle Of Destiny ✓
AcakJeno dan Jaemin adalah saudara kembar, tetapi mengapa kehidupan mereka sangat berbeda? Bxb Soobjen Hyuckno Jeno x all