"Tidur nyenyak Tuan Lee"
"Hahaha, kamu juga harus tidur nyenyak Tuan Choi!"
"Tentu!"
Jeno masuk ke dalam rumah, Soobin menatapnya hingga menghilang di balik pintu barulah dia beranjak pergi.
.
Keesokan harinya, seperti biasa Jeno bersiap menuju ke Sekolah. Sebenarnya Soobin menawarkan untuk menjemputnya namun dia langsung menolak, Soobin belum memiliki Sim, lebih baik jangan terlalu sering mengendarai sepeda motor. Soobin yang sudah menjadi bucinnya Jeno tentu saja akan mengangguk patuh dengan perintah kekasihnya.
Alhasil sekarang Jeno sudah berjalan di sepanjang trotoar menuju Sekolah, banyak kendaraan lalu lalang juga banyak murid Sekolah yang berjalan kaki. Saat dia hendak sampai di gerbang Sekolah, matanya menyipit melihat sosok tinggi bersandar di sisi gerbang dengan tangan yang di masukkan kedalam saku, mengundang lirikan diam diam dari para siswi yang lewat.
"Itu Soobin!"
"Soobin anak Bahasa 1 kan?! Gila tinggi banget!"
"Ganteng banget suami aku!"
"Nungguin siapa tuh dia di situ?"
"Kayanya di lagi nungguin aku kan?"
"Ngimpi teros kalian"
Bibir Jeno berkerut mendengar diskusi para anak perempuan, siapa suamimu?! Huh!
"Jeno!" Melihat sosok yang di tunggunya, Soobin langsung melangkah mendekatinya dengan senyum tipis di wajahnya.
"Ngapain nunggu di samping gerbang? Kaya gak akan ketemu di kelas aja" ucap Jeno berjalan melewati Soobin begitu saja tanpa menyadari kakinya yang sedikit menghentak kesal.
Soobin : "..." ?
"Tunggu!" Soobin buru buru mengejar langkah lebar Jeno, untung saja kakinya lebih panjang, jadi dia lebih cepat.
"Kenapa? Pagi pagi udah cemberut gitu?" Tanya yang mengejar dengan ekspresi penuh kesabarannya. Jeno mendengus mengalihkan pandangannya.
"Kamu marah aku tungguin di gerbang? Yaudah kalo gitu besok besok gak lagi, Aku janji!" Bujuk Soobin.
"Aku gak marah" cicit Jeno.
"Terus?"
"Aku..." Dia ragu ragu sejenak untuk mengatakannya. Dia malu jika harus mengakui dirinya tak suka Soobin di khayalkan oleh siswi di Sekolah. Padahal sebelumnya dia hanya akan merasa mereka berlebihan, itu saja tapi sekarang berbeda.
"Iya... Aku....?" Soobin menunggu kelanjutan kata kata Jeno dengan penasaran.
"Aku... Cuma gak suka kamu di liatin..." Suara Jeno semakin mengecil hingga seperti bisikan. Namun Soobin yang memang sangat dekat dengannya masih dapat mendengar dengan jelas. Jadi alasan mengapa pacarnya itu marah karna dia di perhatikan oleh anak perempuan, apakah artinya Jeno cemburu? Kkk~ lucunya.
"Jen"
"Hum?" Jeno mendongak menatap Soobin yang juga tengah menatapnya menggunakan sepasang mata hitam yang kebingungan.
"Kamu terlalu gemesih tau gak" mau tak mau Soobin memeluk Jeno begitu saja tanpa memperhatikan sekitarnya membuat yang di peluk membelalak kaget.
"S-Soobin!" Seru Jeno gugup, matanya melirik kanan kiri banyak yang menatap mereka.
"Jangan gemes gemes, ntar kamu aku makan mau?" bisik Soobin menyapukan lidahnya di telinga Jeno secara diam diam menyebabkan kaki Jeno bergetar hampir saja kehilangan keseimbangan, untung saja Soobin tengah memeluknya.
"Ss-soobin..." Lirih Jeno cemas.
"Kkk~ Ayo ke kelas" kekeh sang pelaku melepaskan pelukannya, menggandeng Jeno menuju kelas dengan senyum di wajahnya sedangkan Jeno menunduk mengikuti Soobin dengan wajah memerah hingga ke leher.
Ketika keduanya baru saja memasuki kelas bel langsung berbunyi membuat seisi kelas tak sempat bergosip dan langsung duduk di bangku mereka masing masing. Ketua kelas yang baru saja masuk langsung mengalihkan perhatian teman temannya.
"Pak Guru suruh kita ganti baju olahraga, dia nunnggu di lapangan!" Serunya keras.
"Oke!" Koor yang lainnya berjalan keluar kelas menuju ruang ganti.
Jeno berjalan ke arah ruang ganti pria bersama dengan Soobin juga teman sekelas laki laki lainnya. Entah memang perasaannya atau memang Soobin menjauhkannya dari pemuda lain?
Sampai di ruang ganti kelas 10 Bahasa 1, Jeno mencari lokernya mengeluarkan setelan olahraga Hitam abu dari dalam. Mengapa warnanya gelap? Karna agar saat kotor tak terlalu mencolok itu kata guru.
Saat dia hendak membuka kancing seragamnya, sebuah tangan besar menahan jemarinya membuatnya mendongak.
"Kenapa?" Tanya bingung. Mengapa Soobin menghentikannya? Guru sudah menunggu, dia harus buru buru!
"Tunggu yang lain keluar" suara Soobin terdengar sangat serius hingga menyebabkan Jeno menelan ludahnya kasar. Ada apa dengan pemuda satu ini?
"O-Oke" angguk Jeno patuh, duduk di bangku panjang di sudut ingin melihat yang lainnya berganti baju, tetapi lagi lagi sebuah tangan besar kali ini menutupi matanya.
"Jangan liat" peringat sosok tinggi di sampingnya. Mah tak mau Jeno menghela nafas mengangguk patuh.
"Yo, Soobin sama Jeno ngapain kalian gak ganti?" Seorang teman sekelas yang melihat keduanya hanya duduk bertanya.
"Jeno katanya pusing, bisa tolong bilangin guru? Gue sama Jeno mungkin agak telat kumpulnya"
"Oh! Oke oke, kalo gitu kita duluan!" Angguk teman sekelas tersebut. Soobin mengangguk mempersilahkan, menatap mereka keluar satu persatu. Barulah dia melepaskan tangannya dari mata Jeno.
"Sesama Cowo juga" gerutu Jeno mulai melepaskan kancing seragamnya. Soobin yang masih dapat mendengarnya mengerutkan bibirnya namun hanya diam ikut melepas kancingnya. Jeno berdiri membelakangi Soobin memasukkan kemejanya ke dalam loker lalu mengenakan atasan olehraganya.
Tangan Soobin yang masih membuka kancing tanpa sadar berhenti ketika melihat punggung putih Jeno, matanya menggelap terus mengamati gerakannya. Merasa hening, Jeno berbalik mengerutkan alisnya saat melihat Soobin tak bergerak.
"Bin? Gak ganti?" Tanya nya bingung membuka sabuk resleting celana seragamnya. Mata Soobin mengikuti ke arah sumber suara zip yang terbuka, tenggorokannya seakan tengah tercekat membuatnya merasa kering. Dengan tekad dia menurunkan pandangannya, berusaha untuk mengalihkan fikirannya hingga membuat wajahnya terlihat sedikit menyeramkan karna terlalu serius membuka kancing seragamnya. Padahal dulu dia mudah menahannya, mengapa sekarang sangat sulit? Apa karna sekarang Jeno telah menjadi miliknya?
Jeno yang tak mengerti mengapa Soobin menjadi seperti ini akhirnya hanya diam. Mengenakan celana olahraganya sembari sesekali mengintip ke arah Soobin, ugh! Bertepatan dengan kemeja yang terlepas sepenuhnya memperlihatkan dada berisi 6 kotak yang terlihat menggoda, apalagi sosok tingginya. Wajah Jeno memerah buru buru mengalihkan pandangannya. Ternyata sosok Soobin sebagus ini, dia baru menyadarinya.
Sedangkan yang dj perhatikan tak tah sama sekali karna terlalu fokus berganti baju agar fikirannya tak melayang kemana mana. Tak lama keduanya sudah berganti.
"Ayo" Soobin lebih dulu melangkah keluar meninggalkan Jeno di belakang yang mengejarnya.
Saat mereka tiba, pemanasan sudah di mulai. Keduanya dengan cepat memasuki barisan mengikuti yang lain untuk melakukan pemanasan.
"Ganti sebelah kiri!" Seru ketua kelas yang memimpin pemanasan.
"Satu! Dua! Tiga!..."
Suara menghitung serempak memenuhi lapangan, kebetulan di sisi lapangan lainnya kelas 10 IPA 1 juga memiliki jam olahraga pagi hari ini.
Yoittt
Tahan Bin tahan!!!🚶🏻
See u~
KAMU SEDANG MEMBACA
Circle Of Destiny ✓
AléatoireJeno dan Jaemin adalah saudara kembar, tetapi mengapa kehidupan mereka sangat berbeda? Bxb Soobjen Hyuckno Jeno x all