"Soobin..."
Jeno berusaha memelankan suaranya agar tidak terdengar keluar.
'Jeno? Kamu di mana?'
Suara di seberang telepon terdengar cemas bercampur khawatir dan kepanikan. Diam diam Jeno merasa hangat di hatinya. Di saat menyedihkan beginipun hanya Soobin yang ada untuknya.
"Aku di rumah Eric. Bisa tolong jemput?"
'Tung- Bip!
Jeno melirik ponselnya, hahh mati! Pasti dayanya habis. Dia lupa mencharge nya semalam.
Di sisi lain Soobin menjadi semakin panik saat telepon tiba tiba terputus begitu saja, dia buru buru meraih jaketnya dan langsung mengendarai motornya menuju rumah Eric. Butuh waktu 20 menit bagi Soobin untuk sampai di kediaman Son.
Dia langsung turun begitu sampai, meletakkan helm di motor lalu berlari mengetuk pintu dengan sopan.
Ceklek
"Sia- Soobin?" Eric mengerutkan alisnya ketika melihat sosok yang kini berdiri di depan pintu rumahnya. Pasti Jeno! Dia tak menyangka Ayahnya begitu bodoh mengurung orang namun tak menyita ponselnya.
"Ada Jeno?" Tanya Soobin menaikkan sebelah alisnya, dia merasa ekspresi sahabatnya sedikit salah.
"Gak ada tuh? Kenapa emangnya?" Geleng Eric memasang tampang bingung. Soobin yang melihatnya menyipitkan matanya dengan curiga.
"Ric, kita temenan udah lama" ucap Soobin mengamati ekpresi sahabatnya. Dapat dia lihat mata Eric bergerak walau hanya beberapa milidetik dia masih dapat menangkapnya.
"Iya, kita emang udah lama temenan. Kenapa emangnya?" Wajah Eric semakin bingung seakan akan dia tak mengerti mengapa Soobin tiba tiba mengucapkan hal tersebut. Jika saja Soobin tak menangkap ekspresi salahnya mungkin Soobin akan tertipu saat ini.
Memikirkan suara lemah Jeno di telepon tadi, ekspresinya langsung menggelap, dia tak tau apa hubungan antara keluarga Eric dan Jeno, tetapi sepertinya keluarga Son ini bukan hal baik untuk Jeno, dia harus cepat membawa Jeno pulang.
"Serahin Jeno, atau gue gak akan inget persahabatan kita selama ini" wajah Soobin dingin, matanya yang biasa santai berubah tajam menatap tepat di sepasang mata milik Eric.
Mendengar kata kata Soobin wajah Eric pun menjadi jelek, dia tak menyangka kesalahan sekilasnya dapat di lihat oleh Soobin. Dia tau Soobin memang sensitif dengan ekspresi manusia, tapi ini juga menandakan bahwa kepercayaan sedari kecil hingga sekarang sangat tipis dan mudah hancur begitu saja. Jika sudah begini tak perlu dia tutupi lagi.
"Ayah gue yang ngurung dia, gue gak bisa serahin Jeno ke lo" geleng Eric datar.
"Gue gak suka basa basi Ric" ucap Soobin penuh penekanan membuat Eric menggertakkan giginya.
"Lo gak denger gue ngomong apa?" Eric merasa semakin kesal melihat Soobin begitu peduli pada Jeno yang kini dia ketahui sebagai Saudara tirinya.
Bugh!
Sosok Eric terlempar mundur begitu saja akibat tendangan tiba tiba dari Soobin. Wajah Soobin tanpa ekspresi ketika melihat sahabatnya tersebut menabrak dinding beton dengan menyakitkan.
"Gue merintah, bukan nanya persetujuan Lo" liriknya dingin langsung melangkah begitu saja membuka setiap ruangan, bahkan yang tak bisa dia buka dia tendang hingga pintunya rusak agar terbuka.
"SOOBIN!" Teriak Eric marah melihatnya dengan semena mena memberantaki rumahnya. Apalagi Ayah nya sedang pergi keluar. Dia menyentuh ulu hatinya kesakitan sembari bangkit mengejar sosok tinggi yang kini sudah sampai di lantai dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Circle Of Destiny ✓
De TodoJeno dan Jaemin adalah saudara kembar, tetapi mengapa kehidupan mereka sangat berbeda? Bxb Soobjen Hyuckno Jeno x all