|Rise: Si Narsis Yang Tampan|
🍁🍁🍁
Suara klik yang halus dari lensa kamera memenuhi ruangan, seolah menjadi melodi yang mengiringi setiap gerakan dari sang model. Cahaya dari lampu lensa berkedip setiap kali sang model berpose dengan flamboyan, menyesuaikan instruksi detail sang fotografer. Dalam keheningan, begitu klik terakhir berbunyi, sang model menghentikan gerakannya dan menghela napas lega. Dengan langkah ringan, ia melangkah ke belakang layar.
Sekretaris memberinya sebotol air berisi irisan lemon. Di samping, sang manajer sibuk menghubungi beberapa sutradara untuk membicarakan pekerjaan.
Kata siapa menjadi seorang artis itu menyenangkan? Dia tidak punya waktu untuk beristirahat, terus menerus melakukan berbagai macam pekerjaan tanpa henti. Dia bukan robot, oke? Tapi dia tidak bisa berhenti karena uang muka sudah lebih dulu masuk ke rekeningnya.
"Pekerjaan hari ini sudah selesai, aku ingin pulang," ujar laki-laki itu melemparkan handuk bekas pakainya ke arah sekretaris.
"Tunggu!" Sekretaris menahan lengannya, dia menggelengkan kepala dengan ekspresi tidak setuju. "Ada banyak wartawan dan penggemar yang datang untuk meminta klarifikasi. Sulit bagi kita untuk keluar sekarang, karena mereka tidak akan membiarkanmu pergi dengan mudah."
Dahinya berkerut tidak senang. "Lalu? Kita akan menunggu disini sampai mereka pulang? Tidak, aku memiliki janji bersama keluargaku. Jadi aku harus pulang," ucap laki-laki itu dengan nada teguh.
"Rise," sang manajer selesai menelepon, lalu mendekati mereka dan menjelaskan, "Ada banyak wartawan di depan gedung. Kita benar-benar tidak bisa melewati mereka sekarang."
"Lalu? Pikirkan caranya agar aku bisa keluar dari tempat ini!" balasnya dengan nada dongkol. Sulit baginya untuk mengatur jadwal, dia sudah berusaha menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, namun kendala seperti ini terjadi tidak sesuai perencanaan.
"Kita harus menunggu," sahut sang manajer dengan nada bijak.
Rise membasahi bibirnya dan memijat ruang di antara alisnya yang tiba-tiba terasa sakit. Semua ini karena berita tidak menyenangkan itu. Semua pemberitaan memfitnahnya diam-diam telah menjalin hubungan dengan seorang artis muda yang sedang naik daun. Hanya karena dia tidak sengaja membantu gadis itu yang keseleo di depan gedung, berita itu langsung meledak dalam satu hari.
"Segera urus masalah ini, aku tidak bisa terus bersembunyi dari para wartawan, mereka sangat pintar memanipulasi keadaan hanya untuk keuntungan pribadi." Keluh Rise sembari menjatuhkan tubuhnya di atas kursi.
"Aku sudah menelepon manajer Adele untuk mengatur pertemuan. Tapi Adele sedang sibuk sehingga dia harus keluar kota untuk shooting."
"Apa kamu tidak bisa memintanya membuat klarifikasi online? Kita tidak perlu bertatap muka secara langsung,"
"Tidak bisa, Rise." Manajer berusaha membujuk, dia mengambil tempat duduk di samping Rise. Sementara sekretarisnya duduk di kursi belakang sambil memeriksa barang-barang Rise di dalam tas. "Klarifikasi itu harus dilakukan secara terbuka dan bertatap muka. Sehingga akan banyak orang yang percaya bahwa hubunganmu dan Adele tidak seperti yang mereka pikirkan."
Rise menghela napas lelah, "Aku tidak yakin masalah ini selesai dalam beberapa hari. Gadis itu sibuk, minta saja rekaman video padanya dan aku akan menguploadnya di media sosial ku dan menulis caption di kolom komentar."
Sekretaris mencondongkan tubuhnya di antara mereka dan berbisik, "Itu ide yang buruk. Bukankah tindakan itu akan membuat para penggemar semakin yakin bahwa kalian memiliki hubungan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RISE: Terjebak Dalam Ilusi [END]
Romance[TAHAP REVISI] Asbia Zillyna, menjadi salah satu karyawan yang di PHK di sebuah perusahaan produk kosmetik. Sementara mencari pekerjaan lain, dia di tugaskan untuk mengantar dan menjemput adik laki-lakinya di agensi perfilm-an. Dan tanpa sengaja, di...