Zilly melangkah masuk ke gedung agensi dengan langkah lebar. Air matanya perlahan jatuh, dia menangis namun tatapannya sangat mengerikan sehingga orang-orang yang dilewati olehnya menatap Zilly dengan ngeri. Dia mencari keberadaan Rise agar bisa membuat perhitungan pada laki-laki itu.
Sebelumnya Zilly sudah menelepon Oshep untuk menanyakan jadwal Rise hari ini. Laki--laki itu berkata sedang ada sedikit masalah diperusahaan sehingga Rise tidak datang ke lokasi untuk syuting hari ini. Jadi tentu saja mempermudah Zilly untuk membalas laki-laki itu di agensi yang telah membesarkannya. Mungkin itu tidak akan sebanding dengan apa yang Rise lakukan terhadap adiknya, tetapi Zilly sudah bertekad untuk memberi Rise sedikit perhitungan.
"Zilly, kenapa kamu menangis?" Karina menghampiri Zilly dengan cemas bertanya.
"Dimana Rise?"
Alis Karina bertaut, "Dia baru saja menyelesaikan rapat di ruang konferensi. Ada apa?"
Zilly mengucapkan terimakasih dan pergi tanpa memberi penjelasan. Dia terus menyeka air mata dari wajahnya, meskipun begitu matanya terus mengalirkan air mata tanpa henti.
Dia menaiki lift ke lantai atas. Setelah pintu lift terbuka, Zilly dengan langkah terburu-buru segera menghampiri ruang konferensi, melewati lorong sebelum akhirnya dia menemukan sekelompok orang berdiri didepan pintu konferensi sedang membicarakan sesuatu. Lorong itu ramai seperti biasa, orang-orang berlalu lalang disekitar. Beberapa orang yang mengenal Zikly ingin menyapanya dengan ramah, namun ekspresi Zilly yang begitu serius dengan air mata yang berjatuhan membuat mereka mengurungkan niat.
Zilly melangkah lurus ke arah kelompok. Matanya dengan dingin menatap ke satu titik yang paling menonjol diantara mereka. Dia tampak sangat sibuk berbicara tanpa menyadari kehadiran Zilly ditempat itu. Zilly telah kehilangan fokusnya terhadap hal lain, dia hanya fokus menatap Rise sebelum membelah kelompok tersebut lalu berdiri didepan Rise dan plak!!
Tidak hanya Rise, semua orang yang berada dikelompok itu terkejut. Orang-orang yang berlalu lalang bahkan berhenti bergerak ketika pemandangan itu membuat mulut mereka ternganga lebar.
"Laki-laki br*ngs*k! Setelah apa yang telah kamu lakukan pada adikku, kamu dengan berani memperlihatkan wajah ramahmu didepan semua orang, huh?!"
Rise merasa pipinya perih. Matanya dengan bingung menatap Zilly. Dan yang lebih mengejutkan lagi, dia melihat mata perempuan itu merah. Kedua pipinya basah karena air mata. Rise cemas, dengan lembut bertanya kepadanya. "Zilly, ada apa denganmu, kenapa kamu menangis?"
"Zilly, ada apa ini? Kenapa kamu datang dan tiba-tiba membuat keributan." Salah satu dari kelompok itu mengangkat suaranya.
Zilly tidak mendengarkan apapun yang orang-orang itu katakan. Dia dengan marah menarik kerah Rise dan mengatupkan giginya. "Katakan padaku, apa yang sudah kamu lakukan pada adikku, b*j*ng*n!"
Rise berkedip, dengan kebingungan bertanya, "Apa maksudmu? Apa yang sudah ku lakukan?!"
"Jangan berpura-pura bodoh!"
"Zilly, tolong jangan buat keributan disini. Kita bisa membicarakan masalah ini baik-baik." Kata Oshep berusaha menengahi. Dia berjalan untuk memisahkan mereka, namun Zilly dengan kasar menepis lengan Oshep dan berkata dengan marah.
"Oshep, apa kamu juga bersekongkol dengannya?"
Oshep tidak tahu apa-apa, dia bingung dan menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapiㅡ"
"Kamu bahkan tidak tahu apa yang sudah dia lakukan pada adikku!" Bentaknya dengan suara keras membuat orang-orang dibeberapa ruangan berkerumun keluar untuk melihat apa yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RISE: Terjebak Dalam Ilusi [END]
Romance[TAHAP REVISI] Asbia Zillyna, menjadi salah satu karyawan yang di PHK di sebuah perusahaan produk kosmetik. Sementara mencari pekerjaan lain, dia di tugaskan untuk mengantar dan menjemput adik laki-lakinya di agensi perfilm-an. Dan tanpa sengaja, di...