Chapter 06

484 34 3
                                    

{Rise: Secara Kebetulan, Bertemu]

🌺🌺🌺

Sejak Zidny menitipkan Rengga padanya, perempuan itu menjadi lebih sibuk dari biasanya. Sekarang sudah pukul sembilan malam, sebentar lagi seharusnya Zillian pulang, tapi Zilly tidak bisa meninggalkan Rengga sendirian dirumah, juga tidak bisa membawanya ikut karena angin malam tidak baik untuk kesehatan tubuh balita.

Dirly mungkin akan pulang larut malam atau dia akan pulang besok. Lalu Zidny yang katanya akan pulang cepat malah tak ada kabar apapun. Tadi sore Zidny mengirimkan mengirimkan pakaian, mainan serta makanan Rengga kepada Zilly melalui pengiriman paket. Zilly tidak tahu pekerjaan apa yang Zidny lakukan sampai harus menelantarkan bayinya pada sang adik. Ini tidak seperti biasanya.

Ditengah segala pemikiran itu, pintu tiba-tiba dibuka dari luar. Zilly yang sedang bermain bersama keponakannya menoleh ke arah pintu dan Dirly muncul.

"Ayah tidak lembur?" tanya Zilly saat Dirly sedang melepaskan sepatu dan menjejalkan benda tersebut ke rak sepatu yang berada disamping pintu.

"Tidak, hari ini tidak ramai. Oh, Rengga disini?" Dirly tampak kelelahan, dia selalu pulang dalam keadaan lelah. Tapi ketika melihat cucunya ada disana sedang bermain dengan mainan bebek, pria paruh baya tersebut langsung tersenyum hingga memperlihatkan sederetan gigi putih bersih miliknya.

Seolah tahu kedatangan kakeknya, Rengga melemparkan mainan bebeknya, lalu membuka kedua tangan mungilnya ke arah Dirly minta digendong. Dirly merasa gemas dengan tingkah cucunya, dia mengambil alih tubuh mungil itu dan memeluknya sambil digoyangkan kekanan dan kekiri.

Zilly tak bisa menahan senyum melihat pemandangan itu. Dirly mungkin memang tidak menyukai menantu laki-lakinya, dia juga sedikit sulit menerima pernikahan mereka. Tetapi Dirly tidak pernah menelantarkan Rengga. Cucu pertamanya itu telah meluluhkan Dirly sejak Rengga dilahirkan. Dirly menyayangi cucunya begitu pula Rengga yang tampak akrab dengan sang kakek.

"Apa dia akan menginap?" tanya Dirly membuyarkan lamunan Zilly. Dia yang dimaksud adalah Zidny. Sejak pernikahan itu dilangsungkan, Dirly tak pernah lagi memanggil Zidny dengan nama atau putriku. Dia hanya memanggil perempuan itu dengan panggilan dia seolah tak ingin mengotori mulutnya dengan menyebutkan nama Zidny. Sebesar itulah kekecewaan seorang Ayah yang tidak pernah ingin menerima keputusan putrinya.

"Tidak."

Dirly berhenti bergerak, matanya menatap ke arah Zilly seolah ingin bertanya sesuatu tetapi kemudian dia memilih untuk tutup mulut. Zilly yang melihat perilaku ayahnya hanya bisa tersenyum geli, entah mengapa rasanya Dirly terlihat gengsi menanyakan tentang putri sulungnya.

Zilly bangkit dari tempat duduknya, memungut mainan-mainan yang berserakan diatas lantai untuk dimasukkan kedalam keranjang.

"Kakak sedikit sibuk, jadi dia menitipkan Rengga padaku. Apa ayah ingin makan?"

"Hm, apa yang kamu masakkan?"

"Aku memasak ayam rica-rica dan kepiting rebus kesukaanmu."

Dirly berdecak, "Apa kamu sangat kelebihan uang sampai harus membuang-buang uang untuk membelikan makanan itu?"

"Ayah," Zilly membujuk, "Jangan katakan aku menghambur-hamburkan uang saat aku menginginkan makanan enak sesekali. lagipula sudah lama sekali kita tidak makan makanan yang enak. Tidak masalah jika kita hanya membelinya sesekali."

"Kamu masih belum menemukan pekerjaan tapi sudah menghambur-hamburkan uang, huh?"

"Aku masih punya sedikit uang, jadi tidak masalah jika aku menghabiskannya sedikit."

RISE: Terjebak Dalam Ilusi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang