Chapter 33

206 12 0
                                    

'Maaf, nomer yang anda tuju sedang berada diluar jangkauan. Cobalahㅡ"

Bhira melemparkan ponselnya ke ranjang dengan frustasi. Dia sudah menelepon Zilly berkali-kali untuk memberitahunya kebenaran yang baru saja diungkap ke publik. Tapi sepertinya Bhira benar-benar sengaja menghindari komunikasi dengan orang lain hanya karena dia tidak ingin berhubungan dengan Rise.

Dia sangat mengerti bagaimana posisi Zilly saat ini. Maka dari itu Bhira tidak marah padanya karena salah memahami Rise sebelumnya. Hanya saja kesalahpahaman ini harus segera diselesaikan supaya Rise berhenti mencemaskan sesuatu yang tidak seharusnya ia cemaskan.

Ini memang sedikit berlebihan. Rise dan Bhira bukanlah saudara kandung, namun Bhira selalu mencoba membantu Rise walaupun itu bukan masalahnya. Bahkan Fairel begitu cemburu dengan tindakan mereka berdua sehingga dia sering berdebat hanya karena masalah yang sama.

Tidak berapa lama kemudian pintu kamarnya terdengar dibuka. Bhira hanya berdiri menghadap pintu kaca balkon, merasakan langkah seseorang semakin mendekat. Tidak berapa lama kemudian sesuatu melingkari pinggangnya dan setengah bobot tubuh besar itu menimpa pundak kirinya. "Apa yang sedang kamu lakukan, hm?" Fairel mencium pipi istrinya berkali-kali sembari menghirup aroma segar dari tubuh Bhira.

"Aku sedang kesal." Kata Bhira memanyunkan bibirnya kedepan.

Fairel mengangkat kepalanya dan menatap wajah istrinya dari samping, mengencangkan pelukannya dan bertanya dengan nada lembut. "Kesal kenapa, coba ceritakan padaku."

"Aku sudah menghubungi Zilly berkali-kali tapi Hp nya sama sekali berada diluar jangkauan. Entah kemana dia bersembunyi sehingga sulit sekali mencarinya." Celoteh Bhira sambil sesekali mengembungkan pipinya. Benar-benar sangat kesal.

Melihat mimik wajah istrinya yang menggemaskan, Fairel kembali menciumi wajah istrinya dan menjawab dengan santai. "Perasaanku lebih menyakitkan saat aku tidak bisa melacakmu selama satu tahun. Itu menyakitiku sampai membuatku hampir menjadi gila."

Mata Bhira melirik suaminya sambil tersenyum miring, dia mencemooh, "Bukan keinginanku. Lagipula kamu membuangku, jadi aku berusaha melupakanmu dengan cara seperti itu."

"Bukankah sudah ku bilang bahwa laki-laki itu sangat bodoh? Dia menyia-nyiakan perasaanmu dan membuangmu begitu saja." Fairel berdecih seolah-olah membenci dirinya sendiri. "Jika aku kembali ke masa lalu, aku akan menghabisinya sampai tidak ada yang bisa mengenali wajahnya."

Bhira meringis ketika membayangkan kata-kata Fairel. Lalu dengan gemas mencubit lengan suaminya yang melingkar dipinggang kecilnya. "Jika kamu membuat wajahnya tergores, aku yang akan membunuhmu."

Fairel terkekeh geli mendengar ancaman istri kecilnya dan kembali menciumnya dengan gemas. "Sayang, orang yang sedang kita bicarakan adalah aku, oke?"

"Tetap saja aku menyukai wajah tampanmu dulu. Itu membuatku tidak bisa tidur tidur nyenyak karena terus memikirkanmu." Bhira dengan bangga memuji suaminya.

Kemudian Fairel melepaskan pelukannya dan membuat Bhira berbalik menghadapnya. Dia menangkup wajah istrinya dan mensejajarkan mata mereka untuk saling berhadapan. "Sayang, kalau kamu ingin melihatnya, lihatlah sampai kamu puas karena aku sekarang milikmu."

Kepala Bhira mengangguk, dia terkekeh dengan geli membalas menangkup wajah suaminya dan membalas, "Aku cukup puas karena akhirnya kita menikah. Terimakasih telah membuatku kembali kepadamu sayang."

"Tidak, aku yang harusnya berterimakasih padamu karena telah memberikan kesempatan kedua padaku. Terimakasih."

Keduanya saling memandang dalam waktu yang lama, ada perasaan menggebu yang tak pernah berkurang meski usia pernikahan mereka telah bertahun-tahun. Mengingat bagaimana perjuangan Bhira dan Fairel dengan problematika hidup, mereka tidak menyangka akan sebahagia ini setelah saling memiliki. Bhira bangga, dia berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan meski harus menjalani hidup yang sulit untuk waktu yang lama. Fairel juga merasa bangga sekaligus haru karena Bhira benar-benar akan memberinya kesempatan kedua setelah apa yang dia lakukan pada Bhira sebelumnya. Mereka tidak ingin terpisah lagi, jika pun harus, hanya maut yang bisa memisahkan. Tidak lagi dengan perpisahan hanya karena keegoisan masing-masing.

RISE: Terjebak Dalam Ilusi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang