Chapter 15

350 28 0
                                    

[Rise: Pekerjaan Baru]

💐💐💐

Zilly tercengang menatap gedung dua belas lantai didepannya dengan takjub. Bahkan setelah masuk, interior dan furnitur didalamnya tampak canggih dan mewah. Zilly sudah menduga Bhira bukanlah orang biasa, lihat saja gedung perusahaan milik suaminya yang bahkan siapapun menebak bahwa keluarga mereka bukanlah dari kalangan orang kaya biasa.

Seperti janji Bhira saat itu yang memintanya datang hari ini, Zilly sudah sangat siap mengikuti wawancara. Dia berpakaian lebih rapi dibanding biasanya, menguncir rambut panjangnya ekor kuda, mengenakan blazer dan rok span dibawah selutut. Meski kuno, namun Zilly tampak cantik dalam balutan pakaian milik mendiang Zidny.

"Bibi, dimana kakak?" suara Rengga membuyarkan lamunannya.

Zilly tersenyum dan menjawab, "Kita akan segera bertemu kakak."

Rengga dengan patuh mengikuti Zilly masuk ke lobi sambil bergandengan tangan. Zilly menghampiri meja resepsionis yang langsung disambut ramah oleh petugasnya.

"Ada yang bisa saya bantu, Nona?"

"Saya ingin bertemu Nyonya Shabira."

"Apakah anda sudah membuat janji sebelumnya?"

Zilly mengangguk.

"Baik, mohon tunggu sebentar." Petugas itu menelepon seseorang untuk meminta izin. Kemudian dia berkata pada Zilly. "Nyonya ada ruangan direktur, saya akan meminta seseorang untuk mengantarkan anda kesana."

"Baik, terimakasih."

Seorang pegawai wanita menemani mereka keatas. Tanpa banyak bertanya, Zilly hanya mengekorinya dengan patuh sampai akhirnya mereka tiba didepan sebuah pintu ganda yang tidak jauh dari lift.

Pegawai itu mengetuk pintu untuk meminta izin, setelah menerima sahutan dari dalam dia berkata kepada Zilly, "Silahkan masuk, Nona. Saya akan kembali bekerja."

Zilly berterimakasih dan berdiri didepan pintu dengan perasaan gugup. Sudah lama sekali Zilly tidak merasakan perasaan ini, terakhir kali saat dia mengikuti interview diperusahaan lamanya. Dia berdiri lama sekali didepan pintu, Rengga dibawahnya menarik-narik tangan Zilly mendesak perempuan itu untuk bergegas. Namun karena dia tidak kunjung bergerak, pintu itu terbuka dari dalam, sosok Bhira muncul sambil mengerutkan dahi ke arahnya.

"Kenapa lama sekali?" Shabira melihat ke bawah, kedua tatapan polos Rengga membuat kedua sudut bibirnya terangkat. Lalu dengan lembut Shabira mengusap pipi chubby itu. "Sayang, ayo masuk. Kakak ada didalam."

Segera setelah itu pintu dibuka dengan lebar, Rengga yang sudah mendapat izin segera melepaskan diri dari Zilly dan berlari masuk dengan tidak sabar. Zilly meminta maaf atas sikap Rengga, kemudian melangkah masuk saat Shabira menariknya ke dalam.

"Apa kamu gugup?" Shabira mengantarkannya untuk duduk dikursi yang ada didepan meja suaminya. "Duduklah, suamiku sedang ke toilet, tidak akan lama."

Sebelum duduk, Zilly menoleh untuk melihat Rengga duduk diatas sofa bersama Rafa dengan sebuah buku bergambar dipangkuan bocah 4 tahun itu. Rafa dengan sabar menjelaskan nama hewan yang ada dibuku bergambar ketika Rengga dengan cerewet bertanya.

Shabira tersenyum melihat tingkah putranya. Lalu menepuk pundak Zilly untuk duduk. Dia berjalan ke sebuah kulkas kecil yang berada disudut, mengeluarkan beberapa minuman segar untuk diberikan kepada dua bocah itu dan Zilly.

Zilly berterimakasih lalu menyesap minuman yang Bhira suguhkan dalam beberapa kali teguk. Dia sudah berkali-kali mencoba menenangkan diri, melihat bosnya tidak ada disana ketika dia datang, Zilly kembali dibuat gelisah sehingga berkeringat dingin. Shabira telah memperhatikan gerak-geriknya, dia hanya bisa tersenyum dan menyemangati.

RISE: Terjebak Dalam Ilusi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang