Pagi-pagi sekali, bel apartemen milik Rise berdering secara terus menerus tanpa henti selama beberapa menit. Rise yang kala itu baru merasakan tidur nyenyak setelah sekian lama terbangun karena bising. Suara itu terus mengganggunya sampai Rise harus menutupi seluruh kepalanya dengan bantal. Namun sayangnya itu bukan solusi yang tepat karena si pengganggu terus menerus menekan bel tanpa henti.
Membuka kelopak matanya dengan paksa, Rise yang akhirnya terbangun terpaksa turun dari tempat ternyamannya dan berjalan dengan langkah berat menuju kedepan untuk membukakan pintu.
"Selamat pagi!"
Rise berdecak sebal saat melihat manajernya muncul begitu dia membukakan pintu. Oshep buru-buru masuk sebelum Rise kembali menutup pintu setelah melihatnya. Sementara Rise berjalan kembali menuju kekamar dia berkata, "Lain kali masuk saja tanpa harus menekan bel, apa kamu tahu itu sangat mengganggu?"
Oshep mengangkat kedua pundaknya tak ingin tahu. Lalu meletakkan sarapan dan barang-barangnya diatas meja kopi sembari menjawab. "Kamu mengganti kata sandinya sejak seminggu yang lalu, itu merepotkan karena aku harus menunggumu selama beberapa menit diluar." Jelasnya membela diri.
"Karena kamu pengganggu!" Setelah itu Rise memasuki ruangan untuk kembali menikmati tidurnya sebelum Oshep tiba-tiba menarik tangannya.
"Tsk! Apa lagi yang kamu inginkan?" Dia menepis tangan Oshep, memberi tatapan kesal padanya.
"Bro, ingatlah. Kamu bukan lagi pengangguran, saatnya memulai lembaran baru. Ayo cepat bersiap, kita harus bekerja." Oshep mendorong tubuh Rise ke kamar mandi. Dan mau tak mau akhirnya Rise memilih untuk bersih-bersih dan bersiap-siap.
Setelah kebenaran terungkap satu minggu yang lalu, berita tentang hoax itu akhirnya selesai. Ada banyak wartawan yang datang padanya untuk meminta klarifikasi namun Rise sudah terlalu lelah untuk menghadapi pertanyaan sehingga dia memilih untuk diam dan membiarkan para bawahannya memainkan peran.
Karirnya yang sempat anjlok karena berita hoax perlahan-lahan mulai membaik. Beberapa hari yang lalu, karena berita hoax telah terungkap akhirnya para produser dan sutradara mulai memintanya untuk kembali ke layar. Namun Rise menolak dengan alasan dia ingin beristirahat selama beberapa waktu. Sudah cukup banyak tenaga yang ia kerahkan ketika dia dikucilkan oleh berita palsu, sekarang dia hanya ingin beristirahat dan menikmati waktunya sendirian selama beberapa waktu. Sayangnya Oshep tidak membiarkan aktornya kehilangan pekerjaan lagi sehingga dia dan Rise berdiskusi.
Meski awalnya Rise menolak, namun setelah bujukan dan rayuan Oshep dengan berbagai macam alasan, Rise memilih untuk menerima pekerjaan. Walaupun hanya satu atau dua pekerjaan selama satu bulan, Oshep tidak ingin terlalu mengekang. Jadi dia membiarkan kerjasama dengan produser lain ditolak oleh Rise.
"...dikabarkan aktor Rise yang telah menjalani hiatus kurang lebih satu bulan karena berita hoax yang tersebar, akan kembali mengejutkan para penggemarnya dengan film yang akan diperankan bersama Conetta BiazㅡBeep!"
Oshep berkedip selama beberapa detik sebelum berpaling pada orang yang baru saja menutup TV. Rise mengancingkan kemejanya sambil berjalan menuju area dapur untuk menikmati sarapan yang dibawa oleh manajernya. Oshep mengikuti Rise ke dapur, mengambil satu kotak lain untuknya dan makan bersama diruangan itu.
"Selanjutnya apa yang akan kamu lakukan?" Oshep membuka obrolan pertama kali untuk memecahkan keheningan diantara mereka.
Rise tidak menatapnya saat menjawab, "Tidak ada yang menarik. Aku hanya akan bermain film dan menikmati liburan yang ku miliki selama tiga hari selama seminggu. Itu sudah lebih dari cukup."
Oshep mengunyah perlahan dengan ekspresi tidak puas. Dahinya mengernyit, dia mekirik Rise yang masih sibuk mempehatikan dan menikmati makanannya.
"Apa kamu yakin? Bagaimana dengan Zilly, kamu akan mengurungkan niat untuk menemuinya?"
Pertanyaan Oshep lantas berhasil membuat pergerakan Rise terhenti diudara. Matanya menatap kosong kedepan seolah dia sedang memikirkan sesuatu. Sejak kepergian Zilly, Rise seperti orang gila yang kehilangan akal. Dia tidak berpikir jernih, bahkan rela menyakiti dirinya sendiri dan terus mabuk-mabukkan.
Kepergian Zilly sungguh memporak-porandakan kehidupan Rise. Setelah semua kesalahpahaman itu berakhir dan dia tidak terbukti bersalah, apakah Rise akan tetap tinggal diam tanpa bertindak? Oshep yakin ini bukan karakter Rise sama sekali. Rise tidak mungkin menyerah begitu saja setelah terbukti tidak bersalah. Alangkah baiknya kesalahpahaman antara Rise dan Zilly segera diselesaikan sehingga Oshep tidak perlu repot-repot terus menjaga Rise dari melakukan hal-hal yang bodoh.
"Aku sudah meneleponnya." Jawab Rise dengan tenang, lalu selera makannya lenyap. Dia mengaduk-ngaduk nasi goreng didalam sterofoam tanpa bersemangat.
Sementara diseberangnya, Oshep yang mendengar Rise menghubungi Zilly segera dengan kepo bertanya. "Bagaimana? Apa dia menjawab panggilanmu?"
Rise menggelengkan kepalanya dengan pundak merosot. Dia bahkan menyuruh Bhira untuk menghubungi Zilly, namun tak ada satu panggilanpun yang berhasil terjawab. Beberapa hari yang lalu Rise mengunjungi puskesmas untuk bertanya kepada Dirly. Nahasnya karena berita itu meledak seperti bom, Dirly yang tak pernah mendengar gosip tiba-tiba mendapati berita tentang Rise bersama anak-anaknya. Dia bahkan menonton video saat Zilly menampar Rise didepan umum.
Jujur saja saat itu Rise merasa Dirly sangat marah sehingga Dirly mencoba mengusirnya dihari itu. Namun Rise tidak menyerah, dia menunggu Dirly pulang sebelum akhirnya menyelesaikan kesalahpahaman diantara mereka.
Dirly tidak ingin bersikap terlalu keras terhadap Rise. Lagipula putrinya nyaris saja menghancurkan karir seorang seniman yang telah berpuluh tahun berkarya. Oleh karena itu dia memberikan kesempatan kepada Rise untuk memperbaiki keadaan. Dia menelpon Zilly melalui telepon rumah, syukurnya seseorang dari mereka menjawab namun Zilly sedang tidak ada dirumah karena sibuk mengurus kuda.
"Maaf, tolong biarkan Zilly lebih tenang. Saya akan meminta Zilly dan Zilian pulang secepat mungkin sehingga kalian bisa menyelesaikan permasalahan yang terjadi diantara kalian." Kata Dirly kala itu.
"Aku mungkin akan menunggunya pulang." Kata Rise, sambil melanjutkan sarapannya dengan santai.
Pupil mata Oshep melebar. Bagaimana mungkin Rise bisa menahan diri? Padahal waktu itu dia benar-benar kacau karena Zilly meninggalkannya dengan kesalahpahaman. Sekarang setelah semuanya terungkap, Rise malah menjadi lebih tenang.
"Apa kamu yakin?" Tanya Oshep memastikan. "Maksudku kamuㅡ"
"Aku tahu apa yang ku lakukan." Potongnya terus terang. "Aku tidak akan bertindak gegabah, semua akan selesai seiring berjalannya waktu."
"Bagaimana kalau dia kembali setelah beberapa bulan kemudian, apa kamu akan tetap menunggu?"
Rise menggelengkan kepalanya, "Paman Dirly akan memastikan mereka pulang dalam waktu dekat."
"Bagaimana kalau mereka menolak untuk pulang?"
"Itu tidak mungkin."
"Kenapa?" Ucapnya dengan nada menantang.
Rise menghela napas dan meletakkan sendoknya untuk mengalihkan pandangan ke arah Oshep. "Apakah kamu serius bertanya alasan mereka harus kembali?"
Oshep menganggukkan kepalanya dengan bersemangat, ingin tahu.
"Karena Ayahnya ada dikota ini. Menurutmu mereka akan tinggal disana untuk selamanya meninggalkan Paman Dirly hidup sebatang kara disini?"
"Oh."
KAMU SEDANG MEMBACA
RISE: Terjebak Dalam Ilusi [END]
Romance[TAHAP REVISI] Asbia Zillyna, menjadi salah satu karyawan yang di PHK di sebuah perusahaan produk kosmetik. Sementara mencari pekerjaan lain, dia di tugaskan untuk mengantar dan menjemput adik laki-lakinya di agensi perfilm-an. Dan tanpa sengaja, di...