Rise membawa Zilly jauh ke area dapur. Zilly melepaskan tangannya dengan paksa dan berhasil meloloskan diri dari cengkeraman Rise yang menyakitkan. Dia meledak dalam kemarahan dan meraung, "Apa yang kamu lakukan?!"
Rise menatap mata Zilly dengan tajam ketika dia menyadari sesuatu. Lalu dengan nada suara yang dalam, dia bertanya pada Zilly, "Jawab pertanyaanku dengan jujur, apakah kamu menyukainya?"
Mata Zilly membelalak bingung. Dia tidak tahu siapa yang Rise bicarakan dan mengapa dia terlihat begitu marah. Zilly bersikap acuh dan berbalik untuk pergi, Rise menahan lengannya sekali lagi membuat Zilly kehilangan kesabaran dan berteriak padanya: "APA YANG KAMU INGINKAN!"
"Jangan berpura-pura tidak mengerti maksudku, kamu tahu siapa orang yang sedang ku bicarakan." Rise meraung dengan gigi terkatup.
Setelah mendengar kata-kata Rise, Zilly perlahan mulai memahami kemana arah pembicaraan Rise dan tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejut diwajahnya.
Kemarahan melonjak di hati Rise. Dia melengkungkan bibirnya dan berkata dengan sedikit tidak sabar, "Kamu tahu mencintai seseorang yang telah memiliki pasangan itu salah. Aku sudah memperhatikan gerak-gerikmu selama beberapa hari terakhir. Dan aku tidak menduga kamu akan mengkhianati Bhira secara diam-diam. Zilly, apa kamu tahu, dia sudah banyak membantumu. Tapi mengapa kamu dengan tega ingin merusak kebahagiaan mereka, huh?"
Zilly menatap Rise, menggertakkan giginya, mati-matian berusaha menghentikan detak jantungnya yang tak terkendali. Dia tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun untuk pembelaan, rahasianya telah terungkap. Berapa banyakpun alasan yang ia lontarkan, Rise pasti tidak akan mempercayai kata-katanya jadi dia memilih untuk tidak berbicara dan diam menunduk dengan perasaan bersalah.
Melihat Zilly tidak merespon, Rise kembali bersuara, "Seandainya Bhira tahu niat busukmu, apakaㅡ"
Begitu nama Bhira disebut, Zilly dengan ketakutan buru-buru menutup mulut Rise dan menatap Rise dengan tatapan memohon. Zilly memang menyukai Fairel, bukan berarti dia harus memperlihatkan perasaannya secara terang-terangan. Bahkan jika itu terjadi, Zilly mungkin tidak akan pernah termaafkan oleh Bhira.
"Ja-jangan katakan padanya." Nada suaranya gemetar saat dia memohon agar Rise merahasiakan hal ini pada semua orang terutama Bhira.
Rise melepaskan tangan Zilly dari mulutnya dan berkata: "Kalau begitu lupakan dia. Lupakan perasaanmu terhadap laki-laki itu, singkirkan dia dari hatimu lalu biarkan orang lain menempati posisi itu."
Setelah mengatakan itu, Rise tanpa aba-aba menarik Zilly kedalam pelukannnya dan memeluknya dengan sangat erat. "Lupakan dia, Zilly, lupakan dia dari hatimu." Suaranya yang kejam dan dingin beberapa saat lalu segera berubah menjadi nada putus asa.
Zilly tertegun sejenak sebelum dengan sedikit risih mendorong tubuh Rise menjauh. Tak hanya Rise yang tidak menjauh, tubuh laki-laki itu semakin menempel padanya seperti lintah yang membuat Zilly merasa sesak dan meronta dalam pelukannya.
"Rise, lepaskan aku. Apa kamu gila! Lepaskan aku."
"Zilly, kenapa sulit sekali bagimu untuk mengerti."
"Apa yang tidakku mengerti? Lepaskan aku!" tangannya mendorong-dorong tubuh Rise. Mereka tidak bisa diposisi ini atau seseorang akan datang dan memergoki mereka.
"Kenapa kamu tidak mengerti alasanku mendekatimu."
Kalimat Rise membuat tangan yang mendorong tubuh itu berhenti bergerak. Zilly tertegun. Dia linglung dan tidak bicara dalam waktu yang lama. Rise memeluknya semakin erat sehingga Zilly bisa merasakan detak jantung Rise yang berdebar sangat kencang seolah itu akan langsung meledak dalam hitungan detik.
KAMU SEDANG MEMBACA
RISE: Terjebak Dalam Ilusi [END]
Romance[TAHAP REVISI] Asbia Zillyna, menjadi salah satu karyawan yang di PHK di sebuah perusahaan produk kosmetik. Sementara mencari pekerjaan lain, dia di tugaskan untuk mengantar dan menjemput adik laki-lakinya di agensi perfilm-an. Dan tanpa sengaja, di...