"Rengga, jangan berlarian saat tubuhmu basah." Teriak Zilly dari kamar. Dia sedang mengambil handuk didalam kamar sehingga Rengga yang dibiarkan leluasa sendirian dengan tubuh telanjangnya berlarian dengan riang diruang tamu.
Zilly sudah lelah memperingati Rengga, air ditubuhnya akan menetes ke lantai. Jika berlarian seperti itu dia pasti akan terpeleset. Zilly buru-buru membolak-balikkan kain didalam lemari untuk mencari handuk. Setelah menemukannya dia berjalan keluar dan melihat Zilian tengah memeluk tubuh telanjang itu dengan erat dan bermain-main dengannya sehingga bocah itu tergelak riang.
Dia menggeleng-gelengkan kepalanya dan mengambil alih tubuh Rengga dengan handuk membaluti keseluruhan tubuh mungil itu lalu membawanya ke kamar untuk dipakaikan baju. Tapi tiba-tiba saja pintu luar terketuk beberapa kali. Zilly yang tengah sibuk memakaikan baju kepada Rengga meminta Zilian untuk membukakan pintu.
Rengga duduk dengan nyaman sambil memainkan mainannya. Zilly selesai menyisir rambut bocah itu saat tiba-tiba Zilian mengetuk pintu kamar dan Zilly menoleh ke arah pintu. "Ada apa? Siapa yang datang?" Tanya Zilly menyeka keringat yang menetes didahinya.
Dia baru saja mandi pagi ini tapi sudah berkeringat banyak setelah memandikan Rengga. Zilian bersandar dikusen pintu sambil melipatkan kedua tangannya menatap sang Kakak dengan sebelah alis terangkat sebelah. "Apa Kakak yakin akan keluar dengan penampilan seperti itu?"
Zilly mengernyitkan dahinya sembari menatap tubuhnya. Memakai kaos berlengan pendek berwarna abu-abu dan celana training dengan rambut yang diikat asal, memangnya apa yang salah? Apa karena dia belum mandi? Ah, memangnya siapa yang peduli pada penampilan jika seorang perempuan merewat seorang balita dirumahnya.
"Tunggu!" Zilian merentangkan kaki panjangnya di seberang kusen, memblokir Zilly yang hendak keluar. "Kakak tidak bisa keluar dengan penampilan seperti ini."
"Memangnya apa yang salah? Aku belum mandi, jadi wajar saja aku berpenampilan seperti ini. Minggir, siapa yang datang?" Dia membungkuk, ingin melongok keluar untuk melihat namun lagi-lagi Zilian memblokirnya dengan tangan.
"Kakak benar-benar tidak bisa keluar seperti ini. Ganti pakaianmu."
Zilly mendengus, matanya memincing menatap Zilian dengan ekspresi curiga. "Aku tidak mau, biarkan aku keluar."
"Kakak," Zilian menarik Zilly kembali ke dalam dan mendorongnya ke arah lemari. "Ganti pakaianmu."
"Aku belum mandi, bagaimana mungkin aku mengotori pakaian bersihku?" Jawab Zilly sembari mengembungkan pipinya dongkol.
"Kamu akan menyesal jika tidak menuruti perintahku." Ancamnya, "Ayo cepat ganti pakaianmu."
Sebenarnya ini cukup aneh. Mengapa Zilian bersikukuh agar dia mengganti pakaiannya padahal biasanya saat ada tamu, Zilly tidak pernah mempehatikan penampilannya tapi kenapa Zilian begitu peduli?
Zilly menganggukkan kepala tanda setuju. Zilian tersenyum bangga dan bersandar dilemari untuk memperhatikannya mengambil baju. Lemari dibuka, Zilly segera memilah-milah pakaian yang akan dipakaianya dengan ekspresi serius. Dia berjinjit untuk melihat-lihat pakaian yang paling atas. Setelah beberapa saat memilih, dia menoleh, "Ambilkan baju ku yang ini. Aku tidak bisa mencapainya."
Zilian mungkin begitu bodoh mempercayai perkataan Kakaknya. Karena setelah Zilly mundur untuk membiarkan Zilian mengambil sesuatu dibagian atas, Zilly menggunakan kesempatan untuk kabur sehingga terlambat bagi Zilian untuk menghentikannya.
Zilly tertawa terbahak-bahak setelah keluar, dia mengusap peluhnya sejenak sebelum membeku ditempat saat atensinya berpindah ke sosok yang duduk disofa sambil menatap ke arahnya dengan wajah sumringah. Apa ini? Kapan dia datang? Zilly membatin dengan kaget. Tubuhnya mendadak menjadi lemah dan dia dengan sopan berdiri ditempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
RISE: Terjebak Dalam Ilusi [END]
Romansa[TAHAP REVISI] Asbia Zillyna, menjadi salah satu karyawan yang di PHK di sebuah perusahaan produk kosmetik. Sementara mencari pekerjaan lain, dia di tugaskan untuk mengantar dan menjemput adik laki-lakinya di agensi perfilm-an. Dan tanpa sengaja, di...