Pukul 16.30 Aleeya sudah sampai rumah, biasanya gadis itu bisa pulang sampai maghrib. Namun karena tidak ada ekstrakurikuller, ia pun bisa pulang lebih cepat dan istirahat karena dia sedang tidak enak badan. Akan tetapi yang ia dapatkan setelah sampai rumah bukan untuk istirahat, melainkan kekerasan dari Xavier kakaknya.
"Heh murahann sini lo".
"I..iyaa kakk ada apa?".
"Gausah banyak nanya, sini".
"Lu tadi udah apain cewe gue?, sampai-sampai dia kesel, haa?".
"Cewe kak Xavier?".
"Iyaa cewe gue si Celline".
"Ohh kak Celline cewe kakak".
"Iyaa, lo apain dia sampai marah-marah tadi".
"Aku nggak apa-apain dia kak, dia malahan yang ngebully aku sama temen-temen Nya dan kak Angkasa tadi yang nolongin aku dari dia".
"Halahh dibully gitu aja sok-sok an paling menderita".
"Tapi kak Celline juga kak yang bikin tangan aku sampai cidera gini".
"Bacot lo, lo juga udah pacaran kan sama si Angkasa?! belajar yang bener jangan sok-sok an pacaran".
"Kakak sendiri aja malahan pacaran sama kak Celline".
"Oh berani ngelawan lo, karena lo yang udah bikin kesel Celline dan berani ngelawan gue, gue bakalan ngasih pelajaran buat lo".
"Maaf kak, jangan siksa aku lagi. Aku udah sakit badan aku karena hukuman kak Bara sama kak Vano kemarin".
"Masa bodo mah, itu derita lo".
Tanpa basa-basi, Xavier pun menarik tangan Aleeya dengan kasar dan membawanya ke gudang belakang untuk disiksa. Pembantu-pembantu yang di sana pun hanya bisa melihat penderitaan yang dialami oleh Aleeya, karena penyiksaan ini tidak dialami Aleeya 1 atau 2 kali, namun berulang-ulang kali.
"Udah siap adek sayang?".
"Aku mohon kak, jangan siksa aku lagi. Aku udah sakit".
"Gue ga peduli Al, gapapa sekalian lo mati. Biar kak Bara sama kak Vano lebih fokus ke gue, seharusnya dari dulu lo gausah lahir biar gue jadi anak bungsu, eh malahan lo lahir dan jadi penyebab kematian orang tua gue".
"Kakak sebenci itu ya sama aku?".
"Iya emang gue sebenci itu sama lo, sampai kapanpun gue akan tetep benci sama lo, Al".
Xavier pun memecuti badan Aleeya menggunakan ikat pinggang, dan sekali-kali menarik rambut lebat Aleeya. Aleeya tak berdaya dia hanya menahan sakit yang amat sakit ditubuhnya, sedangkan Xavier sangat semangat sekali menyiksa adeknya itu.
Setelah 15 menit berlalu akhirnya Xavier pun menghentikan aksinya menyiksa Aleeya. Sekujur tubuh Aleeya sudah tidak berdaya dan wajahnya sudah sangat terlihat pucat.
Dengan tidak punya hati dan tidak merasa bersalah, Xavier pun meninggalkan Aleeya sendiri dari gudang belakang rumahnya tersebut."Arkha tolong aku, badan aku sakit, Ar". (rintih Aleeya memohon Arkha menolongnya)
Pukul 20.00 Bara dan Vano pun pulang. Diruang keluarga dia sama sekali tidak menemukan Aleeya, yang ia temukan hanyalah Xavier.
"Xavier kemana Aleeya?". (tanya Vano)
"Aku habis ngasih dia pelajaran kak, sekarang dia ada di gudang belakang rumah kita".
"er, kamu nyiksa adek kamu di gudang belakang?".
"Emang kenapa? Biasanya kita emang gitu kalik".
"Kalo dia kenapa-napa gimana, Xavier?".

KAMU SEDANG MEMBACA
Aleeya
Ficción GeneralAleeya Devania Azira Ar-Regar adalah gadis yang sangat ceria. Namun penderitaannya dimulai setelah kepergian orang tua nya. Omongan jahat dan perlakuan yang jahat kerap dia terima dari orang lain bahkan kakak nya sendiri. Apakah Aleeya akan kuat men...