Pulih

5 1 0
                                    

Happy Reading

****

Hari ini adalah hari pertama Xavier mulai masuk sekolah karena keadaannya yang sudah membaik.

"Er hari ini kamu sekolah kan? nanti biar diantar jemput sama pak supir."

"Kayaknya aku bisa sendiri kak, " ucap Xavier meyakinkan abangnya Devano.

Bara dan Aleeya yang baru saja turun dari lantai atas langsung menuju ke meja makan untuk sarapan.

"Er kamu bareng aja ya sama kakak sama Aleeya, kondisi kamu baru membaik. Takutnya terjadi apa² sama kamu."

"Nggak, makasii kak. Mendingan gue sama supir daripada sama Aleeya, takutnya anak sekolah tau lagi kalo Aleeya keluarga kita, apalagi mereka curiga semenjak bang Bara selalu nganterin Aleeya."

"Emang kenapa kalo mereka tau kalo Aleeya keluarga dari Regar? bukankah malahan jauh lebih baik, mereka mengetahui bahwa anak dari keluarga Regar itu ada perempuan yang sangat cantik dan baik hati seperti Aleeya."

"Gue yang malu kak, punya adek kayak Aleeya. Please lah sembunyiin identitas Aleeya, gue nggak mau anak sekolahan tau, gue malu kak."

"Yang dikatakan Xavier bener Bar, kalo mereka tau kalo kita punya adek seperti Aleeya sekaligus pembunuh mama papa kita sendiri yang malu."

Aleeya yang mendengar penuturan dari Devano pun ada rasa sesak yang menyelimuti dadanya, kakaknya yang dulu sangat menyayanginya sekarang juga membencinya.

"Sialan lo kak, lo sama aja kayak Xavier, nggk ada hati sedikit buat Aleeya. Yang kalian kedepanin tuh ego kalian mulu, kalian nggak capek apa buat Aleeya menderita bertahun-tahun?."

"Hahhh...menderita lo bilang, Bar? menderitaan mana dia sama gue? gue yang paling tua, gue biayain kalian ber-3, gue banting tulang sendiri setelah kepergian mama papa, seandainya malam itu dia nggak mau diajak sama om² itu mungkin keluarga kita masih utuh."

"Heii inget kak dia waktu itu masih kecil jadi nggak paham mengenai itu, waktu itu dia juga dititipin ke kita, dan salah kita nggak bisa jagain dia. Udahlah males gue sama kalian. Al, berangkat yuk dek, njelasin sama manusia egois modelan mereka nggak bakal selesai."

Bara pun menarik tangan Aleeya untuk segera keluar dari rumah mereka dan mengantarkan Aleeya pergi ke sekolah.

Waktu di perjalanan Aleeya hanya menangis karena kakak yang dulunya sangat menyayanginya sekarang juga menyakitinya.

"Udah ya jangan nangis, kalo kamu nangis, kakak lemah. Hati kakak seperti teriris, kamu dunia kakak, kalo dunia kakak aja sedih, pasti kakak akan sedih."

"Aku kasian sama kak Bara, kak Bara sering konflik sama kak Vano dan kak Vier karena membela aku."

"Gapapa, mereka harus sadar. Kalo mereka punya adek sebaik kamu, kamu nggak salah. Mama papa meninggal udah takdir, sekarang kamu nggak usah pikirin omongan mereka ya, kakak sayang kamu. Kakak akan jagain kamu dan nggak aka pernah ninggalin kamu."

Tidak terasa akhirnya Bara dan Aleeya sampai di sekolahan Aleeya.

"Udah sampai Al, hapus tuh air mata. Nanti malu dilihatin temen, kalo dibully sama temen atau kakak kelas kamu, tonjok aja. Kalo nggak berani bilang ke kak Bara, ya."

AleeyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang