4. Bar

804 168 40
                                    

Dan di sebuah rumah lain nya

Rose dan sang ayah sedang makan malam bersama, hubungan mereka terkesan kaku dan kurang dekat semenjak kematian Jessica, tak ada obrolan, tak ada candaan.

"Bagaimana sekolah mu?" Tanya Yuri, yang meski terlihat cuek, tapi sebenar nya dia sangat perhatian pada Rose, yang kini akan memasuki bangku kuliah, ia sudah berusia delapan belas tahun sekarang.

"Baik appa" jawab nya ragu.

"Sudah mengambil keputusan mau kuliah dimana?" Tanya Yuri lagi.

"Sudah"

Rose adalah gadis rumahan, ia tak punya teman, waktu nya hanya dihabiskan di sekolah, dan di rumah saja, Yuri sebenarnya khawatir, tapi di juga takut sang putri salah bergaul nanti nya jika ia memaksa Rose untuk keluar.

Dan kembali ke keluarga Rio, mereka sedang makan malam bersama di sebuah restauran mewah, Tiffany duduk bersama Nickhun dengan wajah sumringah nya, Rio duduk dengan Yuna dengan wajah tak bersemangat.

Nickhun nampak meminum wine nya berkali-kali, karena ia gugup, Tiffany sudah tak sabar ingin segera memberitahu anak-anaknya.

"Jadi begini" sang mama memulai obrolan nya setelah makan malam mewah bersama Rio dan Yuna.

"Nickhun oppa sudah melamar mama, dan kami memutuskan untuk menikah secepatnya, kalian setuju kan mama menikah lagi?" Tanya Tiffany, Rio menghela nafas, Yuna tak bereaksi.

"Terserah mama" jawab Rio dingin, Nickhun pun masih tegang, ia merasa di gantung dengan jawaban Rio, jadi perasaan nya belum tenang.

"Rio" suara Tiffany melemah.

"Tolong jangan jawab seperti itu sayang" mohon sang mama, ia meraih tangan kanan Rio yang bertengger diatas meja dan nenggenggam nya untuk membujuk sang putra.

"Rio setuju" jawab nya, ia lalu menarik tangan nya dari genggaman sang mama.

"Oppa pergi dulu, Yuna pulang dengan mama ne" Rio mengecup kening dongsaeng nya sebelum pergi meninggalkan restauran.

"R-rio" Nickhun berdiri hendak menahan calon anak sambung nya itu, tapi Rio mengabaikan nya.

"Jangan oppa" tahan Tiffany, ia sangat tahu sifat Rio seperti apa, karena jika dibiarkan Nickhun mengejarnya, bisa jadi malah akan terjadi perkelahian, karena Rio sangat temperamental, khas sifat anak kedua.

"Kita pulang saja ya" ajak Tiffany.

Rio menemui Jisoo di rumah nya, dan sang sahabat tengah bersiap untuk berkencan dengan gadis incaran nya.

"Hyung mau kemana?" Tanya Rio.

"Bertemu dengan gadis cantik tentu nya" jawab Jisoo sambil menyisir rambut nya.

"Kamu ikut ya, dia membawa teman"

"Tidak, aku mau mencari kontrakan hyung" tolak Rio.

"Kontrakan?" Heran Jisoo, karena setahu nya, rumah Rio itu besar dengan banyak kamar, untuk apa ia mebcari kontrakan.

"Untuk siapa?"

"Untuk ku" Jisoo keluar dari kamar nya, Rio mengikuti dari belakang.

"Untuk apa mencari kontrakan? Kamar di rumah mu tidak ada yang kosong?" Sindir Jisoo, mereka berjalan kaki menyeberang menuju ke halte bus.

"Mama mau menikah lagi, aku malas tinggal bersama mereka" jawab Rio, Jisoo merangkul bahu sahabat nya itu, bus yang mereka tunggu pun datang.

"Lalu Yuna bagaimana?"

"Dia tetap tinggal dengan mama"

"Ya sudah besok kita cari bersama" ucap Jisoo, mereka akhir nya tiba di sebuah bar.

"Aku minta dua botol bir" pinta Jisoo pada bartender, sedangkan Rio di belakangnya sedang menyalakan rokok.

"Oppa" Jisoo menoleh.

"Bona-yaa" Jisoo menyerahkan sebotol bir pada Rio lalu menghampiri gadis bernama Bona itu.

"Oppa, kenalkan Miyeon teman ku"

"Hallo, aku Jisoo"

"Miyeon"

"Dan ini sahabatku, Rio" Jisoo menarik lengan baju Rio.

"Hi" Rio tersenyum menyapa ke dua gadis itu, mereka lalu terlibat obrolan seru sampai Bona, dan Miyeon mabuk berat, tapi tidak dengan Rio dan Jisoo.

"Ayo aku antar kalian pulang" ajak Jisoo, ia merangkul Bona yang sudah sempoyongan, begitu juga dengan Rio, ia mengikuti Miyeon yang masih sanggup berjalan sendiri, mereka hendak menyeberang sampai tiba-tiba ada mobil yang nyaris menabrak mereka.

"HI!" Teriak Rio marah memperingatkan sang pengemudi mobil, yang di teriaki tak terima dan langsung turun bersama teman nya, menghampiri Rio.

"Gawat" batin Jisoo, ia menduduka Bona di trotoar jalan, dan menghampiri Rio yang sedang adu mulut dengan pengemudi mobil tadi.

"Mata mu buta?! Kamu melanggar lampu merah!" Teriak Rio marah.

"Lalu apa? Kamu juga buta, sudah tahu ada mobil lewat kenapa menyeberang?" Ejek sang pemilik mobil.

"Brengsek"

Bugh

Rio menghantam wajah pengemudi tadi dengan tangan kanan nya, Jisoo tak terima melihat Rio di keroyok, ia akhir nya ikut baku hantam, sampai polisi datang untuk melerai nya.

Yuri turun dari mobil nya, menginterogasi pengemudi mobil yang babak belur.

"Kamu boleh pulang" ujar nya

"Apa?" Rio protes, dia tak banyak mengalami luka, dan tak bisa menerima keputusan Yuri yang membiarkan orang itu pergi begitu saja.

"Kamu yang mulai memukul lebih dulu" jelas Yuri

"Tapi dia melanggar lampu merah, bukan kah itu sudah cukup menjadi alasan untuk menahan nya"

"Kamu juga boleh pulang" kata Yuri lagi.

"Oh ya, aku lupa, mungkin karena dia bermobil dan aku tidak, tentang hukum, hal ini memang selalu bisa jadi pembeda" sindir Rio

"Polisi memang tak bisa diharapkan, harus nya aku menghajar nya sampai masuk rumah sakit tadi" gumam Rio, Yuri pun emosi karena ucapan Rio.

Bugh

Bugh

Yuri menghajar Rio karena terlalu banyak bicara.

"Anak muda seperti mu memang harus di beri pelajaran" kesal Yuri yang memang sekarang mudah terpancing, ia masih belum bisa menerima kepergian Jessica.

"Lain kali tutup mulut mu jika tak ingin mendapatkan masalah!" Teriak Yuri pada Rio yang sudah terkapar diatas aspal dengan luka yang parah.

"Bawa mereka berdua ke kantor polisi" perintah Yuri pada bawahan nya.

Rio dan Jisoo di tahan

#TBC

OdioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang