14. Pameran

669 130 33
                                    

Kehidupan Rio dan Rose sudah seperti pasangan suami istri saja, tinggal serumah, melakukan apa-apa berdua, dan bahkan bercinta.

Rose tersenyum menatap Rio yang sedang bersiap untuk menghadiri pameran lukisan sang dongsaeng, Rio nampak gagah dan tampan dengan balutan jas formal nya, sore itu, pameram lukisan milik Yuna di gelar, Rio dan Rose baru bisa menghadiri nya sore hari, setelah mereka pulang dari kampus.

Rose tersenyum menatap Rio yang sedang bersiap untuk menghadiri pameran lukisan sang dongsaeng, Rio nampak gagah dan tampan dengan balutan jas formal nya, sore itu, pameram lukisan milik Yuna di gelar, Rio dan Rose baru bisa menghadiri nya sore ha...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cocok dengan Rose yang juga memakai dress hitam senada dengan Rio.

Tempat pameran tidak terlalu jauh dari rumah Rio, jadi mereka berdua pun berjalan kaki sambil bergandengan tangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tempat pameran tidak terlalu jauh dari rumah Rio, jadi mereka berdua pun berjalan kaki sambil bergandengan tangan.

"Rasanya seperti kita akan pergi berkencan" kekeh Rose, tawa nya menular pada Rio.

Mereka melewati sebuah toko perhiasan, Rose pun melirik nya, dan Rio paham akan hal itu.

"Pameran Yuna masih lama, kita masih punya waktu" ujar Rio yang langsung berbelok dan menarik tangan Rose memasuki toko perhiasan, ia masih santai karena pikir nya, Rio mungkin ingin membelikan hadiah untuk Yuna, mereka ke bagian kalung, dan Rio l...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pameran Yuna masih lama, kita masih punya waktu" ujar Rio yang langsung berbelok dan menarik tangan Rose memasuki toko perhiasan, ia masih santai karena pikir nya, Rio mungkin ingin membelikan hadiah untuk Yuna, mereka ke bagian kalung, dan Rio langsung memilih nya sendiri tanpa meminta pendapat Rose.

"Saya mau yang ini nona" tunjuk Rio.

"Baiklah, mau di coba dulu?" Tanya sang pegawai.

"Tidak, mau langsung dipakai saja" jawab Rio, Rose pun terkekeh menatap Rio, karena ia pikir Rio membeli untuk nya sendiri.

"Baik, tunggu sebentar" pegawai tadi mengambilkan kalung yang Rio tunjuk, lalu membuatkan nota penjualan sebelum menyerahkan kalung nya pada sang pembeli.

"Berbalik lah, biar aku pakai kan" kata Rio pada Rose, gadis itu terbelalak

"A-aku?" Rose tak yakin

"Ya, aku membeli ini untuk mu" jawab Rio tanpa dosa, ia lalu memutar tubuh Rose yang masih mematung tak percaya.

"Cocok bukan?" Tanya Rio pada pegawai yang melayani nya tadi.

"Sangat cocok" balas nya menahan senyum, Rose menunduk memegangi mainan kalung yang bertuliskan Odio itu, mendengar percakapan Rio dengan gadis pegawai, membuat Rose menatap curiga pada nya.

Selesai melakukan pembayaran, Rio pun kembali menggandeng tangan Rose keluar dari toko perhiasan dan melanjutkan perjalanan mereka menuju ke gedung pameran lukisan, Rose terus melirik wajah samping Rio sambil tersenyum tak jelas saking bahagia nya di belikan kalung oleh nya.

"Itu mereka" tunjuk Rose ke arah Yuna yang sedang berbincang dengan Tiffany dan Nickhun

"Oppa!" Seru Yuna begitu melihat Rio datang bersama Rose.

Yang disapa tersenyum lebar, Yuna langsung berjalan cepat menyambut sang oppa, dan Rio pun memeluk nya.

"Selamat Yuna-yaa" ucap nya sambil mencium kepala sang dongsaeng.

"Aku senang oppa datang"

"Tentu, oppa pasti datang"

"Selamat Yuna-yaa" ucap Rose.

"Gumawo unnie"

"Kamu tak perlu berterima kasih"

"Harus, karena unnie kekasih oppa"

Blush

Wajah Rose langsung merona, mendengar ucapan Yuna yang mengatakan bahwa ia adalah kekasih oppa nya.

"Ayo oppa, unnie, lihat lukisan Yuna" ajak sang dongsaeng sambil menggandeng tangan Rio dan Rose.

"Rose, Rio" sapa Tiffany.

"Ma, uncle" mereka pun berpelukan dan sedikit berbasa-basi sejenak.

"Kamu cantik sekali malam ini" puji Tiffany.

"Terima kasih ma"

"Wah, ini lukisan Yuna" kagum Rio.

"Ya oppa, bagus tidak?"

"Sangat bagus"

"Kamu memiliki bakat yang luar biasa Yuna-ya" imbuh Rose ikut terkagum dengan lukisan Yuna.

"Menurut oppa, apakah papa akan menyukai nya?"

"Tentu, apalagi itu adalah lukisan mu" jawab Rio, tidak semua yang dipamerkan adalah lukisan milik Yuna, tapi milik semua murid tamu di kelas melukis musim semi yang Yuna di undang untuk mengikuti nya waktu itu, mereka lalu berbincang, dan Yuna nampak gelisah menunggu kedatangan sang ayah, Rio pun menghampiri Yuna.

"Dia tidak datang kan oppa?" Tanya Yuna sendu.

"Belum, masih ada satu jam lagi" hibur Rio

"Papa sedang meeting dan oppa yakin, ia akan mengebut dijalanan agar tak ketinggalan nanti" lanjut nya, padahal Rio tahu, sang ayah tak akan datang, tapi ia tak mungkin mengatakan nya pada Yuna, dan akan membuat sang dongsaeng sedih tentu nya.

Orang-orang mulai pergi meninggalkan gedung, karena pameran akan segera berakhir, Yuna mulai menangis.

"Dia tidak datang" isak nya kecewa, Tiffany, Nickhun dan Rose pun mulai menghibur nya, tapi tidak dengan Rio, ia mengambil lukisan Yuna dengan kasar, lalu membawa nya berjalan cepat keluar dari gedung, Rose menatap wajah marah Rio, ia pun mengejar nya, mengikuti pemuda itu pulang ke rumah.

Rupanya Rio hendak mengambil sepeda nya, dan Rose pun berusaha untuk menahan nya, karena tak ingin ayah dan anak itu terlibat pertengkaran.

"Rio, tolong kendalikan emosi mu, kita tidak tahu apa penyebab papa Kim tidak bisa menghadiri pameran lukisan Yuna" ucap Rose panik, dan berusaha untuk menahan Rio agar tak mendatangi sang ayah dengan emosi yang membara.

"Dia bukan baru kemarin di beritahu tentang acara ini Rose, dia sudah tahu sejak seminggu yang lalu, ini bukan hal yang mendadak, tak ada alasan untuk tidak datang" kesal Rio hendak mengeluarkan sepeda nya, dan Rose berusaha untuk menghadang nya di depan pinty.

"Iya, tapi bisakah kamu mendatangi nya besok saja, jangan sekarang, papa mungkin. . ."

Brak

Rio meninju pintu di belakang Rose, gadis itu terjengkit kaget, sampai memejamkan kedua matanya.

"Kamu tidak tahu rasanya berada di posisi ku dan Yuna Rose, kami dari keluarga broken home yang hanya menginginkan sedikit perhatian, hati ku sakit setiap mendengar ucapan Yuna yang ragu apakah papa menyayangi nya atau tidak?!" Teriak Rio semakin emosi, ia tak peduli melihat Rose menangis ketakutan, dengan kasar, Rio mengeluarkan sepedanya, dan mengabaikan Rose begitu saja, ia pergi ke kantor sang ayah sambil menggenggam lukisan Yuna di tangan kanan nya, sementara Rose, ia menjatuhkan pantat nya diatas lantai, menangis sambil menyandarkan tubuh nya pada pintu masuk rumah Rio, sakit hati karena di bentak, juga khawatir akan Rio yang emosi nya tengah meledak-ledak.

#TBC

OdioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang