21. Meeting

608 139 48
                                    

Rio mulai sibuk dengan dunia nya, menggambar sketsa rumah untuk ia presentasikan minggu depan, ia menggelar peralatan di halaman rumah karena di dalam sempit, jadi agar lebih leluasa ia melakukan nya di luar.

"Aaarrrgghhh. . ." Rio menggaruk kepalanya yang tak gatal setiap kali ia melakukan kesalahan dalam membuat gambar atau menarik garis lurus.

Ini sudah hari kelima, dan sketsa nya belum jadi, Rio mengambil sebotol soju, lalu meneguk nya, tanpa sengaja, ia melihat sepatu Rose berada di rak dekat kulkas, barang itu tertinggal dan tak sempat Rose bawa pulang, Rio pun berinisiatif untuk men...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini sudah hari kelima, dan sketsa nya belum jadi, Rio mengambil sebotol soju, lalu meneguk nya, tanpa sengaja, ia melihat sepatu Rose berada di rak dekat kulkas, barang itu tertinggal dan tak sempat Rose bawa pulang, Rio pun berinisiatif untuk mengambil ponsel nya, dan mencari gambar Rose, untuk ia jadikan penyemangat, dan terbukti.

Ini sudah hari kelima, dan sketsa nya belum jadi, Rio mengambil sebotol soju, lalu meneguk nya, tanpa sengaja, ia melihat sepatu Rose berada di rak dekat kulkas, barang itu tertinggal dan tak sempat Rose bawa pulang, Rio pun berinisiatif untuk men...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di hari keenam, sketsa Rio telah beres, ia menghela nafas lega sambil berbaring diatas lantai halaman rumah nya, lalu menghisap rokok nya dalam-dalam.

Sementara di rumah Yuri, Rose kembali sibuk dengan kuliah nya, ia tak menaruh harapan tinggi pada Rio yang sudah seminggu ini tak menghubungi atau pun menemui nya.

"Rose" Yuri membangunkan sang putri yang akhir-akhir ini lebih banyak tidur, dan sering melewatkan makan malam nya.

"Ne appa" sahut Rose dari dalam dengan suara serak nya.

"Kamu belum makan malam bukan?"

"Rose tidak lapar appa, Rose mau tidur saja"

"Tidak tidak, sudah beberapa hari ini appa makan sendirian, keluar atau appa dobrak pintu nya dari luar!" Ancam Yuri, tak ada sahutan.

Ceklek

Rose pun membuka pintu kamar nya, Yuri terkejut melihat wajah sang putri yang pucat pasi.

"Apa yang terjadi? Kamu sakit Rose?" Cemas Yuri.

"Tidak pa" jawab Rose yang merasa baik-baik saja.

"Tapi kamu pucat"

"Mungkin karena Rose bangun tidur" Yuri lalu memeriksa suhu tubuh sang putri dengan punggung tangan nya, dan benar, Rose tidak demam, mereka pun berjalan menuju ke ruang makan, Yuri menatap curiga sang putri dari belakang.

"Semoga dugaan ku salah" batin Yuri sambil mendongak menahan air mata nya agar tidak terjatuh.

Belum sempat Rose terduduk, Yuri sudah lebih dahulu membuka tutup panci sayur masakan nya, sang putri langsung berlari ke kamar mandi.

Hoek. . .

Lemas sudah lutut Yuri, ia tahu apa yang terjadi dengan Rose, tanpa gadis itu mengatakan nya pada sang ayah, ia pun menghampiri Rose dan membantu memijat tengkuk nya, sang putri diliputi perasaan bersalah, karena sebagai gadis dewasa, Rose pasti tahu ada sesuatu dalam diri nya, Yuri lebih dulu ke dapur, mengambilkan air putih hangat untuk Rose, yang sudah duduk di bangku meja makan sambil nenunduk ketakutan, juga gelisah, jari-jari tangan nya tak bisa diam, menunjukan bahwa ia sangat gugup sekarang, Yuri memberikan air minum tadi, dan Rose meneguk nya dengan hati-hati.

"Siapa ayah nya?" Tanya Yuri lirih sambil duduk tepat di seberang Rose, sang putri mulai terisak.

"Appa ulangi, siapa ayah nya?" Rose masih enggan menjawab, ia tentu takut jika sampai Yuri kembali menghajar Rio dan bahkan bisa lebih parah lagi.

"Baik, appa tahu siapa orang nya, tidak salah lagi, akan appa habisi dia" geram Yuri marah, ia lalu berdiri dan Rose langsung berlutut di kaki sang ayah.

"Rose mohon appa, jangan" mohon nya sambil menangis dan menggenggam tangan kanan sang ayah.

"Dia harus tahu, dia harus bertanggung jawab!" Bentak Yuri tegas, Rose menggeleng.

"Ini kesalahan Rose, appa, biarkan dia menjadi tanggung jawab ku sendiri, Rose mohon, jangan beritahu Rio, jangan lukai dia, Rose mohon appa" gadis itu meraung dibawah kaki ayah nya, yang membuat Yuri jadi tak tega.

Dan pagi nya, Rio masih terlelap, ia kelelahan setelah hampir seminggu tak bisa tidur dengan pulas, sibuk menggambar sketsa yang akan ia presentasikan hari ini.

Kriiinggg. . .

Ponsel nya berdering

Papa is Calling

"Hallo pa"

"Rio, papa sudah menghubungi uncle Yoong, dia menunggu mu jam delapan nanti, di gedung Im Building"

Rio langsung menatap ponsel nya, ia terbelalak, karena sudah jam delapan kurang tiga puluh menit, ia langsung melompat dari kasur nya, Taeyeon mengerutkan kening nya mendengar suara berisik yang ditimbulkan oleh Rio, ia pun menggedikan kedua bahu nya, lalu menutup telpon nya.

Rio mandi dengan terburu-buru, tak sempat sarapan, dan hanya meneguk sisa air putih semalam yang berada di meja samping tempat tidur nya, ia meraih tas gambar berisi sketsa nya, lalu keluar tak lupa mengunci pintu nya sebelum mengayuh sepeda nya ke tempat tujuan, Rio tak ingin terlambat, ia mengayuh sekuat mungkin.

Di kampus

"Rose, Rio dimana?" Tanya Jisoo menghampiri Rose ke kantin, gadis itu menggeleng

"Kamu tidak menemani nya?"

"Menemani kemana?" Bingung Rose, seperti nya Jisoo belum tahu tentang hubungan Rose dan Rio yang telah berakhir.

"Dia tidak memberitahu mu?" Rose kembali menggeleng.

"Astaga, hari ini Rio akan melakukan presentasi pertama nya di perushaan Im Building" jelas Jisoo, Rose awal nya tak percaya, tapi wajah nya berubah sendu.

"Hubungan kami sudah berakhir oppa" lirih nya.

"What?! Tidak mungkin" Jisoo tak percaya

"Aku meminta nya menemui appa, tapi dia menolak" balas Rose.

"Apalagi sekarang dia sudah mulai merintis karir nya, andai tak di terima pun Rio masih bisa mendapatkan gadis yang ia mau, termasuk seorang artis selalipun" ujar Rose pada Jisoo, mengingat Rio bukan lah anak orang sembarangan.

"Kamu tidak percaya Rio mencintai mu?"

"Sudah seminggu ini dia tak menghubungi ku sama sekali oppa, sampai kapan aku harus menunggu nya?" Rose mulai mengemasi tas nya, dan pergi meninggalkan kantin begitu saja.


#TBC

OdioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang