13. Mabuk

734 133 44
                                    

"Rio, Rose, kenalkan, ini Jennie, dia yang mengadakan pesta malam ini" ujar Jisoo memperkenkan Rio dan Rose pada gadis incaran nya

"Hallo unnie, pesta mu sangat meriah" puji Rose yang terkagum dengan suasana ramai hingar bingar musik EDM yang memekakan telinga, tamu yang hadir pun mulai melompat dan menari sesuai dengan irama musik, bir, soju dan aneka minuman keras pun telah...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hallo unnie, pesta mu sangat meriah" puji Rose yang terkagum dengan suasana ramai hingar bingar musik EDM yang memekakan telinga, tamu yang hadir pun mulai melompat dan menari sesuai dengan irama musik, bir, soju dan aneka minuman keras pun telah disiapkan, semua bebas dan boleh meminum sepuas nya.

Dan ekspektasi tak sesuai dengan realita, karena kenyataan nya, Rose dan Rio malah asyik sampai lupa waktu dan baru kembali ke rumah jam dua belas malam, dalam kondisi mabuk berat, mereka pun bercinta, sampai kelelahan dan tertidur.

Paginya Rio terbangun lebih dahulu, ia membuatkan Rose roti panggang, segelas teh dan satu butir aspirin penghilang sakit kepala karena mabuk semalam, gadis itu terjengkit kaget, ia terbangun, dan langsung mencari ponsel nya

"Sial, ponsel ku mati" gumam nya panik, ia lalu memakai baju nya dengan buru-buru.

"Hey, aku sedang menyiapkan sarapan untuk mu" tegur Rio karena melihat Rose yang mengabaikan nya dan memakai asal baju nya semalam.

"Aku harus cepat pulang, appa bisa membunuhku nanti karena tidak pulang semalam" jawab Rose sambil memasukan dress nya ke dalam tas.

"Setidak nya bawa dan makan ini di dalam bus nanti" paksa Rio, Rose pun menurut.

Ia melamun sambil memakan roti panggang buatan Rio, Rose tentu takut menghadapi sang ayah jika dia marah nanti, ia lalu turun dan melangkahkan  kaki nya memasuki perumahan, ia berhenti sejenak melihat mobil sang ayah masih terparkir di halaman rumah mereka, Rose berjalan mengendap, memasuki rumah nya, dan menemukan sang ayah tengah membuat sarapan, Yuri tak menoleh, tapi ia tahu itu adalah sang putri.

"Masih ingat pulang hm?" Sindir nya, Rose menghela nafas dan mengusap wajah nya dengan telapak tangan kanan nya

"Appa, Rose minta maaf, semalam. . ."

"Kamu berubah Rose? Siapa laki-laki yang telah membuat putri ku berani melawan ayah nya?!" Teriak Yuri marah

"Kamu dulu tak seperti ini, appa suka kamu yang lebih betah di rumah, bukan yang sering keluar bahkan tidak pulang, apa kata orang nanti jika tahu putri seorang Kwon Yuri kerap keluar malam bersama namja?!" Amuk sang ayah.

"Eomma mu. . ."

"Eomma pasti akan menangis melihat putri nya di abaikan oleh appa" potong Rose kurang ajar.

"Appa lebih suka Rose di rumah, tapi apakah appa tahu perasaan ku selama ini? Aku kesepian, dan appa sibuk meratapi kepergian eomma, aku juga butuh perhatian appa, aku juga butuh di dengarkan, aku juga kehilangan eomma, bukan hanya appa yang berduka atas kepergian eomma disini!" Teriak Rose yang mulai berani melawan sang ayah.

Plak

Yuri menampar pipi kanan sang putri, Rose langsung terdiam, tangis nya pun pecah, ia mulai terisak, dan menatap tajam sang ayah, lalu berlari ke kamar nya dilantai atas, Rose mengemasi koper nya, dan pergi meninggalkan rumah sang ayah, tanpa sepengetahuan Yuri, yang mengira Rose hanya keluar sebentar untuk menenangkan diri.

Sore nya, Rio menjemput Yuna ke sekolah, mereka berjalan beriringan, sang oppa sambil menuntun sepeda nya.

"Aku sudah bertemu papa"

"Lalu?"

"Ya oppa memberitahu papa, bahwa lukisan mu akan dipamerkan hari rabu jam delapan pagi"

"Apakah papa akan datang?"

"Semoga saja"

"Ku harap papa datang dan menyukai lukisan ku nanti" harap Yuna.

"Dia pasti menyukai nya, dan bangga pada mu" balas Rio, meski ia sendiri tak yakin jika sang ayah akan datang.

Setelah mengantar Yuna, Rio pun pulang, dan terkejut menemukan Rose duduk di depan rumah nya dengan membawa satu koper besar, gadis itu menatap Rio gelisah, karena tak tahu lagi, harus pergi kemana, ia tak memiliki teman dekat atau keluarga selain sang ayah.

"A-aku pergi dari rumah" ujar gadis itu, Rio masih terdiam, menunggu Rose melanjutkan ucapan nya.

"A-aku boleh tinggal disini kan?" Ijin nya tanpa berani menatap Rio.

"Tentu, kamu boleh tinggal disini sesuka mu" jawab nya teesenyum lebar pada Rose.

"Ayo masuk" ajak Rio, ia kemudian membuka kunci pintu rumah nya, membantu Rose memasukan koper Rose ke dalam.

"Kamu sudah makan?" Tanya Rio, Rose menggeleng, pemuda itu lalu menyeduh ramen instan, dan menyuguhkan nya pada Rose, mereka berdua hanya makan siang dengan itu.

"Kunci nya biasa aku taruh di bawah keset, jika aku tak di rumah, carilah disana untuk masuk" beritahu Rio pada Rose yang mulai malam ini akan tinggal bersama nya.

Mereka tidur di kamar Rio, karena memang rumah itu hanya memiliki satu kamar saja, Rose memeluk Rio dengan posesif sebelum mereka terlelap.

"Aku bertengkar dengan appa" tanpa ditanya, gadis itu bercerita sendiri tentang kepergian nya dari rumah.

"Its ok, kamu aman di rumah ini" Rio mengecupi kepala Rose.

"Yaa, aku tak tahu kemana harus pergi selain ke tempat oppa" adu Rose sambil mendongak menatap pria yang tengah memeluknya itu, Rose telah jatuh cinta pada Rio, sejatuh-jatuhnya bahkan ia sampai berani melawan Yuri sang ayah, karena merasa punya tempat untuk mengadu sekarang, padahal dengan begitu, Rose telah masuk ke dalam jebakan Rio yang ingin membalas dendam pada Yuri.

Akan seperti apa jika Rose nanti mengetahui niat buruk Rio yang menjadikan nya alat untuk membalas dendam padahal ia telah memberikan semua nya pada Rio.

#TBC

OdioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang