16. Penyusup

633 130 56
                                    

Rose mulai terjaga, ia harus ke kampus pagi ini, tapi Rio belum juga bangun, lengan nya masih melingkar di pinggang Rose, mereka masih telanjang bulat dan hanya memakai selimut untuk menutupi nya, dengan hati-hati, Rose memindahkan lengan Rio, tapi rupanya ia merasa, jadi malah semakin mengeratkan pelukan nya, enggan melepas tubuh Rose.

"Yak! Oppa, kita harus ke kampus sekarang" teriak Rose sambil tertawa lepas.

"Bagaimana kalau kita di rumah saja dan bercinta sepanjang hari" goda Rio sambil tersenyum lebar meski dengan mata yang masih terpejam.

"Astaga, apa semalam masih kurang? Kita sudah mencoba lima gaya oppa"

"Yang standing missionarys kita belum mencoba nya Rose"

"Oppa mesum"

Bugh

Rose memukul wajah Rio dengan bantal, yang di pukul malah terbahak, Rose menyahut kemeja milik Rio yang berserakan di lantai, lalu memakai nya turun ke bawah untuk menyiapkan sarapan dan membersihkan diri, sebelum ke kampus.

Jisoo menyambut Rio dan Rose di kampus, ia tentu sudah mendengar tentang pertengkaran sahabat nya itu dengan sang ayah, dan ia ingin memastikan jika Rio baik-baik saja, mereka duduk di taman kampus, Rose berbaring dipangkuan Rio, dan Jisoo duduk di depan mereka.

"Kamu tidak menyesal hampir berkelahi dengan papa mu?" Selidik Jisoo.

"Tidak hyung, aku sangat ingin memukul nya semalam" jawab Rio terkekeh lucu

"Bagaimana jika sampai papa berhenti mengirimi mu uang?"

"Aku akan menjual denah rumah rancangan ku sendiri"

"Kenapa tidak kamu lakukan sekarang?"

"Denah itu masih di tangan mr Lee, akan di kembalikan setelah aku wisuda nanti hyung" Rose hanya mendengar obrolan dua pria itu sambil mengecupi tangan Rio yang berada di genggaman nya, Jisoo pun memperhatikan hal itu.

"Aku iri dengan kalian" gumam nya sedikit kesal, Rio mengerutkan kening nya heran.

"Bagaimana tidak, aku masih single, ingin juga seperti kalian yang berkencan, bisa tinggal serumah dan bercinta kapan pun kalian mau" keluh Jisoo, Rio dan Rose pun terbahak.

"Lalu bagaimana dengan Jennie?" Tanya Rio.

"Dia belum menjawab pernyataan ku, dan sekarang malah teman pria nya datang dari New Zealand, mungkin Jennie sudah lupa dengan ku sekarang" cerita Jisoo.

"Sabar oppa, mungkin Jennie sedang berpikir untuk mengambil keputusan" hibur Rose, gadis itu pun terduduk.

"Oppa, aku masih ada kelas, oppa pulang duluan saja ya" pamit Rose, Rio mengangguk, setelah sang gadis pergi, ia pun mengeluarkan rokok nya.

"Ku pikir kamu sudah tidak merokok?" Heran Jisoo

"Masih hyung" jawab Rio sambil menyalakan batang rokoknya.

"Mau langsung pulang?" Tanya Jisoo menatap Rio yang mulai berdiri.

"Ya hyung, aku harus menyiapkan makan malam untuk Rose nanti" balas Rio, ia pun berpisah dengan Jisoo yang memilih untuk bertahan di kampus.

Rio membuka pintu rumah nya, tapi ia terkejut mendapati handle nya sudah terbuka dan tak terkunci lagi, dengan hati-hati dan berusaha tanpa menimbulkan suara, Rio pun masuk, mengendap lalu meraih stick baseball di samping kulkas yang ada di dapur, Rio curiga ada seseorang dikamar nya, ia pun naik dengan pelan.

Deg

Nampak lah Yuri tengah duduk diatas ranjang Rio sambil memegang kertas penting di tangan nya, ia menyadari kedatangan Rio.

"Ada penyusup rupanya" sindir Rio

"Kim Limario, putra kedua dari pengacara Kim Taeyeon dan Tiffany Kim, pemilik agensi Taeny Entertainment" ucap Yuri membaca kertas tadi.

"Lahir 27 maret"

"Orang tua mu sangat kaya raya, lalu kenapa kamu memilih tinggal di tempat sempit seperti ini? Bayangan kematian hyung mu masih menghantui, hm?" Sindir Yuri kejam, sebagai polisi tentu ia bisa dengan mudah menemukan fakta tentang Rio, termasuk jika ia lah yang pertama kali menemukan Taehyung tewas bunuh diri di kamar mandi.

"Jangan bawa-bawa hyung ku, cukup kita berdua yang menyelesaikan masalah ini" balas Rio

"Lihat, siapa yang berbicara? Ia bahkan sampai membawa teman untuk berbicara dengan ku" Yuri melirik stick baseball ditangan Rio.

"Karena sesorang harus di beri pelajaran, sebab ia memasuki properti tanpa seijin pemilik nya"

"Aku polisi"

"Lalu jika anda polisi, anda bebas keluar masuk seperti pencuri, begitu?"

"Jaga mulut mu anak muda, kamu tidak sopan!" Hardik Yuri

"Anda yang tidak sopan"

"Aku kemari karena ingin menjemput putri ku"

"Oh, gadis itu, Rose? Dia putri anda?" Remeh Rio, pura-pura tak tahu.

"Ambil saja, toh misi ku juga sudah berhasil" lanjut nya, Yuri menatap nyalang pada Rio

"Apa maksud mu?" Marah nya.

"Aku hanya menggunakan nya untuk membalas dendam pada anda, aku hanya ingin meniduri nya saja"

"Brengsek" Yuri langsung menubruk tubuh Rio, mereka terguling ke bawah dari atas tangga, stick baseball ditangan nya Rio pun terlepas.

"Aarrgghh" Rio mengerang kesakitan, Yuri sudah lebih dahulu bangkit.

Bugh

Belum sempat Rio berdiri, Yuri sudah menghajar nya lebih dahulu, sampai terluka dan berdarah

"Jika aku tidak mengingat akan masa depan mu, saat ini juga aku bisa membunuh mu" ucap Yuri setelah menghajar Rio.

"Lain kali jangan taruh kunci mu di bawah keset" ketus nya sebelum meninggalkan rumah Rio.

Prank

Rio memukulkan stick baseball nya ke meja makan, sampai hancur, untuk melampiaskan kekesalan nya, entah apa yang akan Rio katakan pada Rose jika gadis itu pulang dari kampus nanti.

#TBC

OdioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang