18. Odio

728 132 28
                                    

Rose menghela nafas mengetahui arti kata odio.

"Pantas saja, harusnya aku sadar dari awal" batin Rose ketika ia mengetahui arti kata dari mainan kalung nya adalah benci.

"Rose" panggil sang ayah

"Ayo kita makan siang dulu" ajak Yuri.

"Ne appa" jawab Rose dari dalam kamar nya, hubungan mereka kembali membaik, meski masih sedikit canggung seperti biasanya, sedangkan Rio, ia di tahan di kantor polisi karena menyebabkan kepanikan dan ketakutan di sekolah Yuna, Rio akan menjadi sangat emosional ketika itu menyangkut tentang dongsaeng nya, sebab ia harus bisa berperan ganda untuk Yuna, sebagai oppa, juga ayah, sedangkan Taeyeon, ia masih belum di hubungi oleh siapa pun, kecuali polisi, jadi malam nya ia baru bisa datang untuk menebus sang putra dari penjara.

"Siapa hyung?" Tanya Rio pada Jisoo yang mengantar uang jaminan untuk Rio.

"Siapa lagi, tak perlu kamu bertanya, tentu kamu sudah tahu orang nya bukan?" Balas Jisoo kesal, Rio terkekeh lucu.

"Aku pulang sendiri saja hyung"

"Kamu mau kemana Rio?" Teriak Jisoo mengejar sahabatnya itu.

"Rahasia" seru Rio membalas pertanyaan Jisoo sambil berlari.

"Papa menyuruhku menarik telinga mu dan menghadap nya!" Teriak Jisoo lagi, Rio terbahak.

"Tenang hyung, aku akan datang sendiri ke tempat papa nanti" balas nya dengan suara kian menjauh, Jisoo menggeleng tak habis pikir dengan tingkah Rio, ia lalu mengemudikan mobil nya menuju ke rumah Rose.

Tink tonk

Ceklek

"Hi Rose" sapa Jisoo, ia melirik dibalik punggung gadis itu, Yuri tengah menatapnya tajam.

"Hi Rose" sapa Jisoo, ia melirik dibalik punggung gadis itu, Yuri tengah menatapnya tajam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat malam tuan Kwon" sapa Jisoo kikuk.

"Ada apa oppa?"

"Dia mencintai mu" kata Jisoo to the point, Rose tersenyum tak percaya.

"Aku bukan anak kecil yang bisa kamu bohongi oppa, dia sudah mengatakan nya padaku, juga pada appa, jika apa yang dia lakukan selama ini hanya lah untuk membalas dendam pada appa"

"Iya itu ide ku" Rose terbelalak tak percaya.

"Bagaimana. . . ?" Rose tak bisa melanjutkan kata-katanya saking shock nya, karena ia pikir perkenalan dan kedekatan nya dengan Rio terjadi sangat natural dan terlihat sangat rapi jika itu sudah direncanakan.

"Aku juga korban dari appa mu, meski Rio yang paling parah, awalnya, dia adalah pria yang canggung, tidak memiliki teman yeoja, belum pernah berkencan, selera humor yang rendah, dan perokok berat pasca kematian V hyung" cerita Jisoo.

"Dia juga menolak saat aku menyampaikan ide untuk mengencani mu, sebagai misi balas dendam, karena ia tak tahu cara mendekati lawan jenis, tapi entah kenapa, saat aku menunjuk mu, dia langsung setuju tanpa mengatakan apa-apa pada ku"

"Dia berusaha mengurangi rokok nya, apa kamu sadar, setiap berada di dekat mu, Rio tak pernah merokok, dia kacau tanpa mu Rose, dan sekarang, aku baru saja membebaskan nya dari penjara, karena mengamuk di sekolah Yuna"

"Apa yang terjadi oppa?" Tanya Rose penasaran.

"Yuna, dia mengalami perundungan, tapi pelaku tidak mendapatkan hukuman, dan Rio membalas nya di sekolah" Rose menyentuh dadanya, tak bisa membayangkan apa yang dilakukan Rio jika ia sampai berurusan dengan polisi, arti nya perbuatan Rio sangat berbahaya.

"Sebelum kami ke pameran lukisan Yuna, dia memberikan ku ini, tolong kembalikan pada nya oppa" Rose melepas kalung nya, dan mengulurkan nya pada Jisoo, tapi ia menolak nya.

"Odio?"

"Ya, mungkin ini semacam kode, untuk memberitahuku bahwa dia membenci ku, tapi aku terlambat menyadari nya" kata Rose sambil menggedikan kedua bahu nya.

"Tidak, kamu salah Rose, ini adalah bukti bahwa Rio mencintai mu" kata Jisoo, Rose pun bingung tak mengerti

"Antara benci dan cinta, itu terpisah jarak setipis kertas, dalam filosofi romantis yang aku tahu, jika seseorang mengatakan dia membenci mu, itu arti nya dia sangat mencintai mu" jelas Jisoo, lutut Rose pun terasa lemas, benar yang dikatakan Jisoo, sebelum dia pergi dari rumah Rio, Rose memang sempat berteriak jika ia membenci Rio, tapi itu hanya keluar dari mulutnya saja, karena pada kenyataan nya, meski ia tersakiti, tapi di hati nya tetap hanya ada Rio.

Dan Rio, ia mendatangi kantor sang ayah, kali ini Victoria tak menahan nya.

"Apa papa ada di dalam noona?" Tanya Rio.

"Ya, sajangnim di dalam" jawab Victoria, Rio pun langsung membuka pintu ruangan sang ayah tanpa mengetuk, padahal Taeyeon sedang menelpon seseorang.

"Bisakah kita lanjutkan pembicaraan ini nanti?" Pinta Taeyeon pada seseorang di seberang sana.

"Putra ku datang, seperti nya ada hal yang lebih penting yang akan ia sampaikan pada ku" lanjut Taeyeon.

"Baiklah, terima kasih" Taeyeon menutup telpon nya, dan menatap Rio yang tak mau duduk.

"Aku tidak menelpon mu" katanya pada sang ayah.

"Aku tahu, itulah guna nya seorang ayah, kamu harus nya bangga memiliki papa yang selalu ada untuk mu"

"Ya ya ya, papa ingin menarik telinga ku kan, ayo lakukan" tantang Rio menyerahkan telinga kanan nya pada sang ayah, Taeyeon pun menarik nya ringan.

"Aku pulang" pamit nya setelah membiarkan Taeyeon menjewer telinga nya, sang ayah hanya menggeleng dengan tingkah Rio

"Setidaknya katakan terima kasih pada papa mu" seru Taeyeon pada Rio yang sudah keluar

"Terima kasih papa!" Balas Rio dari luar, sang ayah terkekeh lucu mendengar nya, karena Rio tak pernah mengatakan nya setiap sang ayah habis menyelesaikan kekacauan yang di ciptakan oleh Rio.

#TBC

OdioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang