11. Ulang Tahun

886 135 23
                                    

Rio mengajak Rose ke sebuah restauran untuk makan malam sebelum mengantar gadis itu pulang.

"Wow, aku suka interior klasik restauran ini oppa" kagum Rose, Rio tersenyum menatap Rose yang tengah mengamati seluruh sudut ruangan restauran yang mereka datangi.

"Restauran langganan ku dengan V hyung dulu, susu coklat dengan float disini sangat enak" beritahu Rio, Rose pun menatap iba pada pria disamping nya itu.

Dan mereka pun memesan itu, dan burger serta kentang goreng.

"Perutku kenyang oppa" Rose mengusap-usap perutnya, Rio terkekeh melihat tingkah gadis itu.

"Mau tambah sesuatu?" Tanya nya.

"Tidak, aku tak sanggup pulang nanti" tolak Rose, mereka pun keluar dari restauran.

"Kita naik kereta ya?"

"Tidak oppa, naik buss saja"

"Kita coba, ada aku" Rio memaksa, wajah Rose gelisah dan tak tenang, tangan nya berada di genggaman Rio, dan pemuda itu bisa merasakan perubahan nya yang menjadi dingin dan berkeringat.

Mereka memasuki gerbong yang mulai penuh, semua tempat duduk terisi, jadi Rio dan Rose pun terpaksa berdiri.

"Oppa" lirih Rose dengan suara gemetar nyaris menangis, wajah nya memucat, tatapan nya tak tentu arah, seperti waspada dan ketakutan.

"Hey, tidak apa-apa" Rio lalu membuka kancing mantel yang ia pakai, lalu memasukan Rose ke dalam dekapan nya, gadis itu memeluk tubuh Rio yang menyembunyikan nya di dalam mantel, nafas Rose tak beraturan saat kereta mulai berjalan, ia memejamkan kedua mata nya, tubuhnya gemetar, dan Rio tahu akan hal itu, tangan kirinya memeluk pinggang Rose agar gadis itu merasa nyaman, tangan kanan Rio berpegangan agar mereka tidak limbung, karena Rose benar-benar bertumpu pada Rio, tangan nya meremas kuat baju belakang Rio, menunjukan sehebat apa trauma yang dialami Rose, berangsur nafas Rose pun mulai teratur.

Kereta pun berhenti di stasiun tujuan, Rio membuka mantel nya dengan berlahan, ia memperhatikan wajah Rose yang memeluknya dari depan tadi, rupanya ia menangis.

"Hey, kamu tidak apa-apa kan?" Rio mengusap air mata Rose, gadis itu mengangguk.

"Ayo kita turun" ajak Rio, ia merangkul Rose turun dari kereta, mereka duduk di luar stasiun dan Rio membelikan nya nya minuman agar Rose sedikit lebih tenang.

"Rose" cemas Rio.

"Aku baik-baik saja oppa, hanya sedikit ketakutan saja" jawab Rose.

"Selama ada aku, jangan takut, karena jika terjadi sesuatu, kamu adalah orang pertama yang akan aku selamatkan" janji Rio, dan Rose mengangguk percaya.

"Kita disini dulu ya oppa" pinta Rose

"Ya, sampai kamu merasa lebih baik" jawab Rio, Rose menyandarkan kepala nya di dada Rio yang duduk disamping nya, kedua mata Rose terpejam lagi, merasakan kenyamanan nya saat bersama Rio.

Keesokan hari nya, Rose tiba-tiba muncul di kampus dan langsung memeluk Rio dari belakang.

"Hey" Rio tersenyum sedikit menoleh ke belakang.

"Hari ini jadikan oppa?" Tanya Rose.

"Jadi, Jisoo hyung juga ikut" jawab Rio, ia lalu merangkul bahu Rose dan memasuki kelas masing-masing.

Malam nya, Jisoo menjemput Rio dan Rose yang sudah menunggu nya, untuk berkunjung ke rumah Rio, dan setiba nya di sana, keluarga sudah menyambut, minus Taeyeon yang tidak hadir.

"Hai, wah siapa gadis cantik ini?" Sambut Tiffany, Rose melirik malu-malu pada Rio

"Hallo nyonya, saya Rose"

"Oh, hai Rose, selamat datang dikeluarga kami" Tiffany memeluk Rose, lalu melirik Rio, yang hanya tersenyum canggung.

"Ini appa nya Rio" kata Tiffany.

"Hallo tuan" Rose menjabat tangan Nickhun.

"Nickhun, kamu bisa memanggil ku uncle seperti Rio"

"Terima kasih"

"Ma" giliran Jisoo menyapa Tiffany.

"Soo, selamat datang sayang, Yuna menunggu mu dari tadi" Tiffany memeluk Jisoo lalu mendorong nya masuk ke ruang keluarga.

"Aku masuk dulu uncle" Jisoo melambaikan tangan nya pada Nickhun.

"Ok Soo" balas Nickhun.

"Ayo Rose masuklah, jangan sungkan" Tiffany menarik tangan kanan Rose, Yuna mematung menatap Rose.

"Hi" Rose menyapa dengan melambaikan tangan nya, tapi Yuna hanya diam, Rose menatap Rio.

"Dia memang begitu dengan orang asing, tapi nanti jika sudah terbiasa, dia tidak akan acuh lagi" jelas Rio.

"Ayo oppa, bantu aku mengambil kue nya" bisik Yuna pada Jisoo.

"Baiklah" Jisoo menurut, Yuna langsung menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan Rio tersenyum senang dengan kejutan manis sang dongsaeng, Yuna membelikan kue ulang tahun dengan uang nya sendiri.

"Ayo oppa, buat permohonan" antusias sang dongsseng, Rio lalu memejamkan kedua matanya dan . . .

Pfffhh. . .

Rio meniup lilin diatas kue nya

"Yeay, selamat ulang tahun oppa" seru Yuna, menghambur ke pelukan oppa nya.

"Gumawo Yuna-ya" Rio menciumi pipi sang dingsaeng.

"Selamat ulang tahun sayang" Tiffany mengecup pipi sang putra.

"Doa terbaik untuk mu boy" Nickhun menepuk-nepuk kepala Rio.

"Gumawo uncle" mereka lalu memotong kue nya, Rio menyuapi Rose, dan Yuna terus menatap nya.

"Yuna-ya, kemarilah, berkenalan dengan Rose unnie" panggil Rio, gadis kecil itu pun mendekat.

"Hai, aku Rose"

"Yuna"

"Ku dengar dari Rio oppa, Yuna pandai melukis" ucap Rose.

"Ya, seperti itu, rabu depan pameran diadakan, aku takut papa tidak akan datang untuk melihat lukisan ku" cemas Yuna menatap Rio, Rose yang ikut mendengar kekhawatiran Yuna pun ikut merasa iba.

"Apa unnie boleh datang?" Tanya Rose.

"Tentu" jawab Yuna tanpa ekspresi.

"Oppa pastikan papa datang" janji Rio.

"Sayang, ayo makan" ajak Tiffany.

"Soo, berhenti makan kue nya, atau kamu tidak dapat jatah makan malam" Nickhun memperingatkan sahabat Rio itu.

"Ne uncle" sahut nya, mereka pun makan malam bersama, dan setelah selesai, Rose membantu Tiffany mencuci peralatan makan nya.

Rio nampak menghubungi seseorang.

"Hallo"

"Hallo pa, Rio ingin bicara"

"Kapan?"

"Besok"

"Dengan siapa saja?"

"Hanya bertiga"

"Baiklah, papa akan booking tempat nya" Taeyeon paham, Tiffany pasti sudah menceritakan nya, Rio pasti akan membawa sang kekasih, dan ingin memperkenalkan dengan nya.



#TBC

OdioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang