BAB III: Salah Kirim Part 1 (versi baru)

412 23 1
                                    

Rana menghela napas lega setelah selesai mencatat pembagian kelompok yang telah disepakati dengan teman-teman sekelasnya melalui ruang obrolan grup. Setelah meninggalkan ruangan Pak Raka, Rana segera membahas perihal tugas kelompok di grup dan berembuk demi menentukan cara pembagian kelompok yang menurut mereka sama-sama adil sehingga tidak akan ada yang merasa keberatan. Tentunya itu menghilangkan kemungkinan perombakan kelompok lagi ke depannya apalagi mereka hanya punya waktu sedikit dikarenakan Pak Raka meminta makalah presentasi dikumpulkan lebih dulu.

Setelah berunding, mereka semua sepakat untuk membentuk kelompok Hukum Acara Pidana kali ini berdasarkan kemauan masing-masing daripada berdasarkan urutan absen. Rana sendiri berada di kelompok yang sama dengan Sharon, Nando, Moses, dan juga Oliv. Awalnya Sharon mengajukan Della saat mereka sedang mempertimbangkan untuk mengajak salah satu di antara kedua cewek itu. Tetapi, Rana pikir akan lebih baik jika Oliv saja mengingat Della dan Moses punya hubungan yang rumit sebelumnya. Ia hanya khawatir jika keduanya malah membuat fokus ke tugas kelompok jadi kacau.

Ia langsung memasukkan peralatan tulis serta kertas yang berisi daftar kelompok ke dalam tasnya. Tak lama kemudian, Sharon datang menghampiri bersamaan dengan pesananan makan siang Rana yang diantar oleh Bu Lita. Untuk menu makan siang hari ini, Rana memesan bakso isi telur dengan minuman berupa es teh manis. Sharon pun tak mau ketinggalan untuk memesan, cewek itu langsung meminta Bu Lita untuk membuatkan es doger yang terkenal enak di kantin Fakultas Hukum tersebut. Lalu, Sharon pun duduk di depan Rana bertepatan dengan Bu Lita yang pergi untuk membuatkan pesanan Sharon.

"Na," tiba-tiba Sharon memanggilnya di saat Rana baru memasukkan sesuap potongan bakso ke dalam mulutnya. "Gimana UTS susulan lu sama Pak Raka? Gua baru inget mau nanya abis lu chat gua tadi kalo susulan lu hari ini. Lancar nggak? Banyak soal-soal yang sama persis kayak yang gua kasih tau ke lu?"

"Sama apaan? Boro-boro!" Rana mendengkus kencang. "Lo tau? Dia ubah jadwal dadakan hari ini. Awalnya bilang Selasa, terus minta ganti Jumat aja. Ehhh, pagi ini baru si Bambang bilang dia ada urusan dan langsung minta hari ini juga buat UTS susulan. Aturan ngabarin dulu kek dari semalem, ini nggak. Gue telat, terus dia ngomel-ngomel mulu. Yang parahnya lo tau? UTS susulan gue masa lisan. Gue berasa ikutan Who Wants To Be A Millionaire tau nggak? Bedanya kalo gue bener jawabnya pun nggak bakal dapet duit aja."

"Hah?!" Sharon yang mendengarkan penuturan Rana hanya bisa ternganga sekarang. "Seriusan? Lu ujian susulannya lisan? Gila, tertulis aja udah awut-awutan apalagi lisan dah. Lu bisa jawab semua?"

"Yaa, gue bisa-bisain aja. Tau deh hasilnya gimana," Rana bersedekap. Wajahnya masih merengut kesal. "Lo bayangin aja, cuma karena telat dia malah ngasih gue ujian lisan. Ya emang pertanyaannya nggak banyak, tapi kenapa dia yang bikin salah malah gue yang kena apesnya? Dia yang gonta-ganti jadwal, udah gitu gue sering banget diomel-omelin sama dia. Pokoknya gue harus lulus di matkulnya Pak Raka. Ogah banget gue SP-in nih matkul kalo yang ngajar dia lagi."

"Nggak bakal sih gua rasa," kata Sharon dan bertepatan dengan itu es doger pesanannya datang. Sharon menyesap minumannya dulu sebelum kembali bicara. "Gua pernah nanya ke senior-senior dulu kalo Pak Raka tuh nggak bakal mau ngurusin anak-anak SP. Paling kalo ada yang SP di matkulnya dia ya dosen lain yang ngajar. Lu tau sendiri Pak Raka sibuk banget, ya kali orang kayak dia mau nyempetin waktu buat ngajar di SP. Eh, tapi, yang gua tau tuh matkul Hukum Acara Pidana nggak ada SP juga. Jadi, kalo nggak lulus ya bener-bener ngulang matkul selama satu semester."

"Udahlah. Males gue ngomonginnya," Rana memakan baksonya dengan setengah hati. "Hari ini keapesan gue double. Udah ujian lisan, eh gue dikasih job buat jadi komti kelas."

"Hah? Maksudnya?" Sharon menaikkan sebelah alisnya.

"Tau tuh, tanya aja sama Pak Raka. Mendadak dia nyuruh gue jadi komti khusus matkulnya dia aja. Padahal gue udah bilang kalo lo komtinya. Tetep aja tugas komti malah diserahin ke gue," Rana menyesap es teh manisnya kali ini dan kemudian lanjut bicara. "Beban lo sebagai ketua kelas kenapa jadi pindah ke gue, sih?"

ASDOS✅️ [Ebook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang