BAB XI: Fakta Baru Part 2 (versi baru)

597 39 5
                                    

Hari ini akhirnya tiba dan Raka bersyukur bahwa ini adalah hari terakhirnya dirawat di rumah sakit. Momen hari ini mungkin juga akan menjadi pengingatnya seumur hidup untuk tidak mengabaikan kesehatan dalam bentuk apapun, rasanya menyebalkan sekali saat ia terbaring sendirian di kamar rawatnya selama beberapa hari. Untungnya sejak kemarin ia sudah diperbolehkan untuk pulang dan beberapa menit yang lalu pun keadaannya sudah kembali diperiksa oleh dr. Hafidz sehingga ia bisa segera bersiap-siap untuk pulang sore ini.

Maka dari itulah Raka memutuskan untuk menghubungi Martin dan Nathan agar bisa mengantarnya pulang ke rumah. Tentu siapa lagi kalau bukan mereka berdua? Mengingat sekarang hari Minggu sudah pasti Kak Naya sibuk dengan keluarga kecilnya dan Raka tidak ingin mengganggu momen hangat milik keluarga kakaknya itu. Mira pun juga akan kembali ke Australia siang ini sehingga Raka tidak mungkin meminta adiknya untuk mengurus semuanya di rumah sakit. Tentu saja Martin dan Nathan sudah menjadi opsi paling tepat.

Raka sudah berganti pakaian dan semua barang-barangnya yang semula dibawa oleh Martin di hari ke-2 ia dirawat pun juga sudah dikemas ke dalam sebuah ransel. Bukan hanya itu saja, selang infus juga tidak tertancap lagi di tangannya meskipun Raka masih bisa merasakan rasa sedikit nyeri di bagian punggung tangan kirinya. Kini mereka hanya perlu menunggu panggilan dari suster untuk menebus obat yang perlu Raka bawa pulang ke rumah, tentunya sembari menunggu mereka membahas banyak hal dimulai dari pekerjaan hingga soal teman-teman mereka.

"Btw, itu seriusan Rana anter lu sendirian ke sini?" tanya Martin setelah mereka bertiga selesai membahas urusan pekerjaan dan juga teman-teman mereka yang lainnya. Raka hanya mengangguk dan Martin kembali bicara. "Tapi, salut ya dia nggak panik pas kondisinya begitu. Biasanya kan ada aja orang yang panik, apalagi lu cuma berdua di rumah. Nggak ada Pak Ujang ataupun Bi Sri. Rana sebenernya bisa aja minta tolong pihak rumah sakit buat dijemput pake ambulans atau minta bantuan tetanga, tapi dia tetep usahain semuanya sendirian. Cewek mandiri tuh."

"Hanya saja satu pertanyaanku, Lae," Nathan tampak penasaran sekarang. "Kau bilang Rana temukan kau sekarat di kamar sementara kamar kau kan ada di lantai atas. Macam mana pula Rana bawa kau ke bawah? Apa Rana minta bantuan tetangga kau?"

"Nggak. Dia bener-bener lakuin semuanya sendiri. Lo berdua percaya nggak dia berhasil gendong gua dari kamar ke mobil yang ada di garasi sendirian?" ucapan Raka lantas membuat Martin maupun Nathan langsung membulatkan mata. Raka terkekeh karena mengingat momen itu lagi. "Gila, kan? Gua kira nyokap gua udah keren banget bisa bawa galon air yang baru dari teras ke lantai 2 sendirian. Ternyata Rana bisa lebih dari itu. Lo bayangin aja, berat gua kan 70 kg. Kalo dibandingin dia mah udah pasti jauh perbedaannya, tapi dia masih sanggup angkat gua. Yah, walaupun emang jatoh-jatohan dulu. Memarnya aja masih ada di badan gua."

"Selain memar yang masih ada di badan kalo nggak salah momen kebersamaan lu berdua juga masih terekam jelas di kepala kan, ya?" ledek Martin sementara Nathan hanya tertawa mendengar ledekan pria itu. Mendadak senyuman di bibir Raka seketika saja hilang.

"Apaan, sih? Gua lagi cerita soal apa malah nyambung ke sana. Mau sampe kapan lo berdua mikir kalo gua sama Rana ada apa-apa? Ngaco banget," Raka menanggapi dengan ketus.

"Yaelaaaah, masih aja denial," kata Martin seraya menggeleng-gelengkan kepala. "Paling nggak berapa lama lagi bakal ngaku. Liat aja ntar."

"Ngaku apaan? Nggak jelas banget."

Nathan menimpali setelah berhenti terkekeh. "Lae, aku masih berpegang pada ucapanku waktu itu. Rana itu sudah cantik terus masih muda pula, sepertinya karakter dia juga cukup menarik di mata lawan jenis. Aku tidak heran kalau ternyata ada banyak lelaki di luar sana yang berusaha mendekatinya, tapi entah Rana masih ingin sendiri atau justru dia sedang menunggu seseorang untuk membuat langkah lebih dulu. Nah, pertanyaannya, siapa lelaki yang sedang Rana tunggu? Kalau itu kau, maka kau perlu lebih inisiatif. Yang jadi masalah kalau itu lelaki lain. Bah, hilang sudah kesempatan kau itu."

ASDOS✅️ [Ebook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang