Chapter 5: Asumsi (versi lama)

3.3K 274 79
                                    

Warning: bahasa kasar, terus ada dialog pake logat Batak dan karena gue bukan orang Batak tapi punya temen-temen Batak yaaa gue familiar sama logat-logatnya. Jadi, maaf ya kalo ada yang salah.

.
.
.
Kedatangan Raka di restoran all you can eat itu disambut ramah oleh seorang pelayan yang langsung menanyakan 'untuk berapa orang?' kepadanya. Akan tetapi, Raka yang datang sendirian sekarang bukan berarti ia belum memesan tempat. Yah, setidaknya sudah ada yang lebih dulu datang sebelum dirinya sehingga ia hanya perlu datang saja dan kalau bisa langsung mengambil makanan mengingat pria itu sudah sangat lapar sekarang. Itu adalah hal yang sangat wajar dikarenakan Raka sendiri baru saja menyelesaikan pekerjaannya di rumah. Benar sekali, bahkan di Malam Minggu seperti ini pun ia tetap bekerja.

Pelayan itu mengikutinya saat Raka berjalan memasuki restoran dengan mata yang berusaha mencari-cari sebuah meja yang sudah dihuni oleh sekitar 4 orang yang sudah lebih dulu datang sebelum dirinya. Akhirnya pria itu menemukan keempat orang tersebut sedang bercengkrama mengenai sesuatu. Sepertinya obrolan yang cukup seru karena 3 orang di antara mereka terlihat cukup bersemangat sementara seorang lainnya tampak sibuk menaruh beberapa helai daging sapi berukuran tipis di atas pemanggang yang panas.

Sesuai rencana, mereka sudah sejak lama mengatur pertemuan ini untuk sekadar reuni kecil-kecilan. Semua berawal dari usulan salah satu kawannya yang paling bersemangat untuk kembali merasakan masa muda selama beberapa jam dalam arti berkumpul sambil bercerita. Apalagi kebanyakan dari mereka memang sudah berkeluarga, kecuali 2 orang di antara mereka yang memang masih saja melajang sampai sekarang.

Di sana ada Martino Daud Nainggolan, S.H., M.H. yang menjadi satu-satunya pembicara di meja itu sekarang. Martin adalah salah satu sahabat Raka sejak kuliah S1 dulu yang kini juga bekerja di law firm miliknya. Pria itu sudah berkeluarga dengan seorang anak perempuan berusia 5 tahun. Walaupun sudah berkeluarga, terkadang tingkah Martin masih saja sama seperti masa kuliah mereka dulu. Pembawaannya masih santai ditambah dengan guyonannya yang mampu mengocok perut.

Satu hal yang tak disukai Raka darinya adalah mulut Martin yang bukan lagi di level ember, melainkan sudah melewati batas ke level samudera. Sejak dulu Raka selalu berhati-hati jika menceritakan rahasia pribadinya kepada Martin mengingat ada saja momen di mana sahabatnya itu tidak sengaja keceplosan menceritakan hal yang seharusnya tidak diceritakan saat bicara dengan orang lain. Belum lagi sifat teledornya yang bisa menyusahkan berbagai pihak.

Di depan Martin ada Nathanael Enrico Siahaan, S.H., M.H. yang dulunya adalah mahasiswa perantauan dari Toba, Sumatera Utara. Tentunya sama seperti Martin yang mana keduanya sama-sama berdarah Batak, hanya saja tinggal lama di kampung halaman membuat cara bicara Nathan masih khas dengan logat Batak yang begitu kental. Jangan samakan dengan Martin yang berdarah Batak tetapi lahir di Jakarta, tak perlu heran kenapa cara bicara Martin lebih terdengar seperti orang Jakarta pada umumnya. Meskipun begitu, suara Martin saat bicara sama lantangnya dengan Nathan dan tentu saja keduanya sangat pandai bernyanyi.

Seperti Martin, Nathan pun juga sudah beristri dan memiliki anak lelaki berusia 8 tahun. Setiap kali mereka bertiga makan siang bersama di luar law firm, sesekali Nathan selalu mengatakan kalau pria itu berharap jika nanti anak lelakinya jangan sampai berjodoh dengan anak perempuannya Martin. Alasannya mampu membuat Martin menjadi sewot, yaitu karena Nathan merasa ngeri lebih dulu jika anak lelakinya itu memiliki mertua semacam Martin apalagi Nathan pun tahu keburukan sahabatnya itu seperti apa.

Lalu, di samping Nathan ada Dr. Rahardiansyah Putra Nasution, S.H., LL.M. atau yang kerap disapa Ardi. Berbeda dengan mereka bertiga, Ardi adalah seorang lawyer yang bekerja di sebuah law office milik Dr. Laksamana Pambudi, S.H., S.E., M.H. atau Aksa. Selain perbedaan tempat pekerjaan, sifat mereka pun juga turut berbeda di mana Ardi tipe orang yang lebih banyak diam dan baru bicara jika memang diperlukan.

ASDOS✅️ [Ebook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang