BAB IV: Sebuah Asumsi Part 2 (versi baru)

417 25 0
                                    

Untuk pertama kalinya, Rana merasa persiapannya untuk UAS hari ini tidak begitu mulus. Ya, tentu saja ia tetap belajar seperti biasanya, seperti hari-hari sebelumnya untuk mata kuliah yang lain. Tetapi, hari ini sedikit berbeda karena hari ini merupakan hari terakhir UAS sebelum libur panjang dan kemudian masuk ke semester baru di pertengahan September. Selain itu, yang membuat hari ini sedikit berbeda adalah karena satu-satunya mata kuliah yang akan diujikan hari ini merupakan mata kuliah Hukum Acara Pidana.

Semalaman suntuk Rana belajar, fokusnya bukanlah pada materi yang harus ia pelajari, melainkan pada sosok dosen yang mengajar mata kuliah tersebut. Oh, bukan karena ia jatuh cinta tiba-tiba pada dosennya itu, lagipula itu terlalu mengerikan. Yang membuat Rana terus memikirkan Pak Raka adalah karena insiden terakhir yang sangat membuat hari-harinya kacau. Apalagi kalau bukan insiden salah kirim chat yang membuat Rana yakin jika Pak Raka sudah mencapnya sebagai mahasiswi kurang ajar?

Singkatnya, sejak momen itu, Rana merasa semakin stres. Bukan karena UAS, tetapi karena insiden yang sudah merusak reputasinya. Apalagi saat Sharon tiba di hotel malamnya, Rana sama sekali tidak bisa menceritakan masalah ini pada cewek itu. Ini bukan soal Rana lebih suka memendam masalah sendirian, hanya saja ia tahu bagaimana bar-barnya mulut Sharon dan di samping itu Rana sendiri merasa malu terhadap kebodohannya. Bisa-bisa Sharon menjadikan topik salah kirim chat ini menjadi jokes mereka berdua selama berbulan-bulan.

Alhasil, Rana memilih diam saja. Meskipun Sharon bisa melihat ada yang aneh dari gelagatnya selama di Bandung hingga mereka berdua telah kembali ke Jakarta. Rana tetap tidak akan membiarkan siapapun mengetahui kebodohan yang ia lakukan waktu itu. Termasuk Sharon sekalipun. Semakin banyak yang tahu, menurutnya akan semakin berbahaya. Entah pada siapa Rana harus bercerita karena sampai saat inipun rasa bersalah dan malunya juga belum hilang.

Rana mengecek ponselnya saat ia di kantin bersama Oliv yang tampak sibuk mempelajari materi ujian hari ini. Tumben sekali, mungkin karena Oliv memang ingin mengambil jurusan Hukum Pidana di semester 7 nanti. Akhirnya Rana membiarkan saja Oliv fokus belajar sementara Rana kembali dengan dunianya sendiri. Ia membuka aplikasi WhatsApp dan sama sekali tidak ada balasan apapun dari Pak Raka sejak chat terakhirnya yang berisi permintaan maaf. Pria itu hanya membaca pesannya saja dan itu malah membuat Rana semakin yakin jika Pak Raka sudah begitu marah padanya.

Sejak insiden salah kirim chat itu, Rana tidak pernah bicara lagi dengan Pak Raka. Boro-boro mau bicara, bertemu saja tidak. Saat Rana datang ke law firm pria itu pada Jumat 3 minggu yang lalu, ia hanya bertemu dengan orang yang bekerja di bidang resepsionis. Orang itu bilang kalau Pak Raka belum kembali dari luar kota hari itu dan tidak punya banyak informasi mengenai kapan kembalinya sehingga Rana pikir mungkin ia bisa menjelaskan kesalahpahaman ini di hari Senin. Tapi, nyatanya ia salah.

Hari di mana seharusnya Pak Raka masuk justru pria itu malah tidak hadir selama 3 minggu berturut-turut. Rana sempat berasumsi jika Pak Raka sengaja menghindarinya dan malah membuat dosen lain yang menggantikan pria itu untuk mengajar selama 3 minggu tersebut. Presentasi kelompok tetap berjalan seperti yang seharusnya karena dosen pengganti sudah diberi instruksi yang jelas oleh Pak Raka, tetapi ketidakhadiran pria itu malah membuat Rana semakin gelisah dari hari ke hari. Yang paling ditakuti Rana hanya satu saja. Bagaimana jika semua itu mempengaruhi nilainya?

Oh tidak, jangan sampai itu terjadi. Rana bisa habis dimaki-maki dr. Runi jika sampai beliau tahu kalau anak perempuannya ini mengirim pesan tak senonoh ke seorang dosen meskipun itu salah paham. Tapi, ia pikir lagi, wajar juga Pak Raka curiga karena omongan Rana di chat memang terkesan kurang ajar. Itu terlihat seolah-olah Rana memang sedang berusaha untuk menggoda dosennya sendiri dan tentu saja itu bukanlah karakter Rana sama sekali.

10 menit sebelum ujian dimulai, Rana bersama Oliv dan yang lainnya langsung meninggalkan kantin itu. Mereka berjalan bersama sembari sesekali diselingi bercandaan ringan yang dimulai dari hinaan Moses kepada Nando. Itu berawal saat Nando bilang ia tak mengerti apapun untuk dipelajari hari ini karena ia selalu berpikir apapun pertanyaan yang dibuat Pak Raka sudah pasti ia tidak akan bisa menjawabnya.

ASDOS✅️ [Ebook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang