DUA PULUH ENAM

41 7 6
                                    

Hi guys👋👋

Bismillah semoga kalian suka🥰

Jangan lupa vote dan komen guys, kalo bisa spam komen. Vomen itu berharga banget buat Mpi🕊🕊

Happy Reading📖📖




***


Selesai melaksanakan shalat shubuh, Alana berjalan menuju ruangan pasien yang khusus anak-anak. Merawat pasien yang usianya kebanyakan balita tidak lah susah bagi Alana. Mertua nya menyuruh merawat anak kecil supaya bisa hamil, katanya biar terpancing. Padahal sudah tiap hari Alana merawat bahkan mengasuh anak kecil mulai dari bayi hingga balita.

Namanya juga belum rezeki, sudah 1 tahun menikah belum dikaruniai anak. Ah, bahkan Alana hampir lupa kalau sekarang adalah hari anniversary mereka yang pertama.

Andika kemaren sudah bilang bahwa ia akan menjemput Alana jam 6 pagi. Alana menginap dirumah sakit karena ia mendapat sif malam atau jaga malam.

"Hai," sapa Alana ramah kepada seorang balita yang berusia 4 tahun, yang baru sadar dari operasi yang dilaksanakan beberapa jam lalu.

Dia jadi kangen Aura, Zayyan, Yana dan para bocil peliharaan. Sampai sekarang Aura belum juga mempunyai ibu sambung, seperti Aksa memang mempunyai prinsip menikah seumur hidup. Sudahlah, Alana tidak ambil pusing.

"Nama kamu siapa?" tanya Alana seraya memeriksa luka jahitan pasca operasi yang dialami balita tersebut.

"Tasya, bu dokter," balasnya dengan lugu.

Alana mengangguk, ia kasihan melihat Tasya yang baru kemaren selesai menjalani operasi. Sejak lahir Tasya sudah mengidap penyakit diseksi aorta.

Alana mengelus rambut kepala Tasya, "anak pintar. Gimana rasanya setelah operasi?"

"Sakit. Tapi sekarang Tasya nggak kesulitan napas."

"Alhamdulillah."

Alana melirik ibu dari Tasya yang sedang menangis terharu melihat sangat buah hati sudah sadar.

"Bu dokter, dimana dokter yang operasi, Tasya?"

Tasya memang pasien Alana, tapi yang mengoperasikan nya bukan Alana, melainkan Naufal. "Bentar ya, ibuk dokter telfon dulu."

Alana menjauhi ranjang tempat tidur Tasya kemudian menelfon Naufal.

"Pasien yang kemaren lo operasi udah sadar. Dia mau ketemu lo. "

"Ok gue kesana sekarang."

Tidak butuh waktu lama, cuma 2 menit Naufal sudah berada disamping Alana, tepatnya disamping ranjang Tasya.

Naufal memeriksa keadaan Tasya. "Apa yang Tasya rasakan?" Tanya Naufal.

"Sakit, perih."

"Selain itu? Napas kamu bagaimana? Lancar?"

Tasya hanya mengangguk untuk jawaban, ia merasa lelah berbicara terlalu banyak.

"Sekarang kamu tidur lagi ya," suruh Naufal.

Tasya menggeleng, "ayah mana?"

Naufal dan Alana serempak melihat ibu Tasya.

"Ayah nanti kesini, sekarang anak ibu tidur dulu ya," bujuk Ibunya. "Tasya sayang ibu kan?" Tasya mengangguk sebagai balasan. "Kalo gitu sekarang tidur."

Mau tak mau Tasya memejamkan matanya dan tertidur.

"Urus, Ra." Naufal langsung pergi dari ruangan khusus anak-anak tersebut.

ANDIKA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang