16

162 6 0
                                    

Suasana di atas sini masih sangat panik. Sebenarnya Mona masih membuka matanya karena injakan manja yang mendarat di telapak tangannya tadi. Sayup-sayup terdengar isakan yang membuat Mona berusaha melebarkan pandangannya lagi. Siapa nih yang nangis? Jangan bilang ada hantu di saat genting seperti ini.

"Pak" panggil Mona dengan lirih. Mona tak mendengar sepatah katapun dari mulut azaan. Namun, pelukannya makin erat dan isakan itu makin jelas terdengar.

Jangan jangan pak azaan nih yang mewek.

"Pak azaan" dengan tenaga yang tersisa, Mona terus memanggil atasannya itu.

"Pak, saya kedinginan" ucap Mona lagi. Azaan pun tersadar, dan mengusap wajahnya. Dan benar, ternyata isakan tangis itu berasal dari azaan.

Dengan lembut, azaan menidurkan tubuh Mona di pangkuannya. Kemudian melepaskan jas nya dan ia gunakan untuk menyelimuti Mona. Detik berikutnya, azaan membopong tubuh Mona dan pergi meninggalkan roftoop sialan itu.

"Tahan sebentar ya" gumam azaan.

Mona masih sadar. Mata sayunya terus memandangi wajah azaan dari bawah sana. Wajah azaan yang tampan itu di hiasi beberapa tetes air mata. Entah apa yang pak azaan tangisi. Ingatan Mona kembali ke saat ia di gendong dirumah azaan, kemudian di cafe tempat kerjanya dulu. Padahal pak azaan begitu menjengkelkan, tapi kenapa ia sepeduli itu kepadaku? Apa dia serius ingin menikahi ku? Batin Mona.

Lama termenung, kini mereka berdua sudah sampai di mobil. Azaan letakkan Mona di kursi kemudi, memasangkan sabuk pengaman, lalu menatap Mona sebentar.

"Maafkan saya" ucap azaan lalu mengecup kening Mona dalam

Eitss apaan nih.

Kemudian azaan berlari memutari mobilnya untuk masuk. Dan langsung saja menancapkan pedal gasnya menuju rumah sakit terdekat.

***
Sepulang dari kantor, pak man langsung saja menuju rumah Mona tanpa pulang kerumahnya dahulu. Ia ketuk pintu berwarna putih itu beberapa kali, tak lama pria tampan dengan bayi di gendongan nya muncul.

"Iya? Cari siapa pak?" Ucap pria itu.

"Oh maaf, saya rekan kerjanya Mona. Apa benar ini rumahnya Mona zeline?" Jawab pak man.

"Oh iya benar. Ada perlu dengan Mona ya? Tapi maaf pak, Mona nya belum pulang"

Pak man sedikit terkejut. "Waduh, kemana tuh anak" gumam pak man. "Emm kalau boleh tau, anda siapanya Mona ya? Soalnya dari siang tadi Mona tidak ada di kantor. Dan bos kami sedang mencarinya" lanjut pak man.

"Oh ya? Astaga kemana sih anak itu. Sudah coba di telpon pak?" Jawab pria itu.

"Sudah. Tapi tidak diangkat. Coba mas yang hubungi, siapa tau di angkat oleh Mona. Sekalian saya mau pamit mas. Maaf sudah mengganggu waktunya"

"Oh iya pak. Tidak apa apa. Makasih banyak sudah dikabari"

Kemudian pak man pun meninggalkan rumah Mona. Di jalan, ia termenung. Siapakah pria tadi? Apakah Mona sudah berkeluarga? Tapi waktu itu,Mona bilang ia seorang lajang. Pak man menggelengkan kepalanya agar tidak berfikir macam-macam. Pria dengan usia matang itupun langsung mengambil ponselnya dan menelpon azaan. Mengabari, bahwa Mona tidak ada di rumah.

"Iya pak, Mona sudah bersama saya"

Pak man bernafas lega, dan langsung saja pulang ke rumahnya.

***
"Saya gak mau dibawa ke rumah sakit pak" ujar Mona seraya menoleh sedikit kearah azaan. Mona sudah sedikit membaik, hanya sedikit lemas.

"Gak. Gak bisa. Kamu harus ke rumah sakit" jawab azaan tegas. Matanya fokus melihat jalanan tanpa melirik Mona sedikit pun.

MAID AND THE COLD BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang