05

209 10 0
                                    

Pukul 17.00, para karyawan ramanda Group satu persatu mulai meninggalkan kantor. Begitu juga dengan azaan. direktur utama itu kini sedang merapikan jas, dan rambutnya. Rencananya, ia akan pergi ke cafe milik temannya untuk sekedar bersilaturahmi. Bukannya apa apa, di antara azaan, Gilang, dan Irwan, hanya Irwan lah yang sangat sulit untuk di temui. Karena Irwan adalah salah satu pengusaha sukses yang selalu tour keliling dunia untuk mengurus cabang cabang nya. Dan berhubung hari ini Irwan sedang bersantai sekaligus memantau perkembangan cafe nya, azaan pun memutuskan untuk menemui sahabatnya yang kata mama nya, istri sahabatnya itu sedang mengandung.

Setelah penampilan nya lebih rapi, azaan pun keluar dari ruangan nya dengan sesekali bersiul. Saat ia sedang menuju lift, matanya tak sengaja menangkap seorang wanita sedang mengepel lantai di dekat jendela.

Kaya kenal. Batin azaan.

Azaan pun memutuskan untuk berdiri di dekat lift itu seraya memperhatikan wanita yang ia temui tiga kali. Terlihat, wanita itu tampak bernyanyi dan berjoget seraya mengepel lantai.

Modeun bicci chimmukhaneun bada yeah yeah yeah
Gil ilheun nae balmogeul tto jaba yeah yeah yeah
Eotteon sorido deulliji Anha yeah yeah yeah
Kilin' me now
Kilin' me now
Do you hear me yeah

Dengan Pasih nya, wanita itu menyanyikan lagu milik salah satu boyband asal Korea Selatan dengan koreografi nya sekaligus. Azaan masih tetap diam disana seraya terus memandang office girl nya itu. Sampai akhirnya lagu yang ia dengarkan selesai. Mona pun berjalan ke arah barat. namun tanpa sengaja, kaki jenjang Mona menendang ember berisi air pel yang sudah sangat keruh. Alhasil, lantai yang sudah ia pel sampai bersih itu menjadi kotor lagi dan membuat Mona harus mengepel ulang lantai yang cukup luas itu.

"Sialan!" Umpat Mona. Di kejauhan, azaan terkikik geli.

"Pinggang saya udah encok ini! Ahh! Ada ada aja!" Mona uring-uringan seraya menendangi ember plastik itu.

"Makanya, jangan terlalu bersemangat joget nya. Jogetan macam cacing kepanasan gitu" azaan buka suara seraya mendekati Mona. Tak lupa tawa geli nya.

"Enak aja bapak kalo ngomong! Itu bukan joget pak namanya, tapi dance. Begitu aja kaga tau" sungut Mona.

"Terserah" jawab azaan singkat, lalu berdiri mematung di jendela kaca yang besar.

"Bapak mau ngapain? Kenapa gak pulang?" Tanya Mona seraya membereskan lantai yang penuh dengan air pel berwarna coklat.

Azaan tak menjawab. Ia masih setia memandang ke bawah.

Hampir lima menit berlalu, namun azaan masih Tetap berdiri mematung di dekat jendela. Mona pun tak menghiraukan nya, ia terus mengepel lantai. Sampai akhirnya, lagu milik Xxxtentacion yang berjudul everybody dies in their nightmares membuyarkan lamunan azaan.

Azaan pun langsung mengambil ponselnya di saku celana dan melihat siapakah yang menelpon nya. Sontak, wajah azaan menjadi cemberut bahkan Mona pun mengernyit heran dengan perubahan mimik wajah atasan nya itu.

"Assalamualaikum. Kenapa?"

"-----"

"Gue masih di kantor"

"------"

"Aih! Ganggu aja sih Lo!" Sentak azaan lalu memutuskan sambungan telepon nya dan melenggang pergi tanpa menyapa bahkan melirik Mona.

"Orang begitu bisa ya jadi direktur utama?" Gumam Mona sendirian.

***
Setelah keluar dari kantor nya, azaan langsung masuk kedalam mobil dan memacunya membelah kota Jakarta. Azaan sedikit kesal karena penelpon nya itu adalah adiknya. Ia tau, pasti orang tua nya itu sudah berangkat menuju Surabaya. Ini sudah kesekian kalinya azaan di suruh untuk menjaga adik adiknya. Mungkin jika Ranya yang saja ia jaga, itu tidak terlalu merepotkan. Tapi Malik? Oh, bocah tampan itu sangat manja. Terlebih lagi, Malik sangat dekat dengan deolinda, ibu tiri azaan. Dan satu hal yang membuat azaan bingung, kenapa Malik tidak di ajak saja?? Toh, dia masih terlalu kecil?. Agh! Entah bagaimana wanita penyihir itu berpikir.

MAID AND THE COLD BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang