20

69 6 0
                                    

Dapur yang tadinya begitu indah nan asri, tiba tiba saja berubah menjadi sangat mencekam. Sesekali angin aneh berhembus, membuat Irwan,Mona dan Zea sedikit merinding. Dua bola mata legam kini tengah menatap dengan tajam kearah Mona dan Irwan, ditambah semburat petir yang menandakan betapa murkanya pak azaan kepada mereka berdua. Apa yang salah disini pak? Mereka hanya mengobrol ria, bahkan dihadapan mu langsung. Memang dasar tua tua kolot.

"Kamu gak perlu repot-repot zeline, duit saya banyak. Kamu hanya perlu minta tanpa harus bekerja" setelah keheningan aneh tadi, sang empu akhirnya membuka suara. Ucapannya agak sedikit sombong, tapi memang pas untuk ukuran Dirut muda sepertinya itu.

Irwan mendengus lalu terkekeh. Ia sangat hapal watak sahabatnya itu. Mungkin kali ini Irwan agak sedikit kelewatan. karena dulu, saat azaan memiliki kekasih, Irwan dan Gilang tak berani bicara banyak kepada wanita milik sahabatnya itu. Bukannya apa apa, hanya saja malas melihat tingkah aneh yang azaan keluarkan. Tapi kali ini berbeda. Karena pembawaan Mona yang ceria dan riang membuat Irwan kelabasan dan terhanyut dalam obrolan. Pantas saja pak azaan begitu jatuh cinta kepada Mona, hehe.

"Enak aja kalau ngomong. Saya tetap mau kerja pak. Jangan mentang mentang yaa" sahut Mona, hanya dialah yang berani menentang azaan deka ramanda.

"Iya sayang, kerja di tempat saya aja ya. Gak perlu ke tempat lain" ujar azaan. Tak bereaksi apapun, tiga manusia dihadapan azaan hanya diam tanpa ekspresi. Namun Mona sedikit berbeda, walau tanpa ekspresi, wajahnya sedikit merona. Sepertinya ia agak salah tingkah. Dan obrolan mereka berhenti disitu, karena Gilang dan mama Hana baru saja tiba di ruang makan. Keadaan kembali hening, yang terdengar hanya suara tarikan ingus dari Gilang beberapa kali. Semua duduk di meja makan, dan tak ada yang melakukan apapun.

"Ini pada kenapa dah?" Mama Hana akhirnya memecahkan keheningan.

"Oh iya, berhubung pernikahan Gilang sebentar lagi. Mama ada rencana bikin seragam untuk kita nanti. Kira kira yang bagus warna apa ya nak?" Lanjut mama Hana. Ibu azaan yang sangat awet muda itu berbicara seolah tidak terjadi apa apa. Padahal para anak anaknya masih segan dan takut kepada orang tua satu-satunya yang ada dirumah itu.

"Hellooooo. Mama ngomong sendiri nih???" Ucapnya lagi, karena memang tidak ada satu orangpun yang menjawab.

"Biru elektrik kaya nya bagus ma" sahut azaan.

"Hemm, orang gila" ucap Gilang ketus.

Ruang makan yang tadinya lengang itu kini mulai dihiasi dengan beberapa kekehan. Walau agak garing, tapi lumayan lah ocehan azaan membuat suasana kembali hangat.

"Gimana kalau yang laki laki pakai tuxedo, dan yang perempuan pakai mini dress?" Irwan memberi usulan.

"Sebenarnya, saya sama zea udah ada konsep buat seragam keluarga. Khususnya, buat sahabat sahabat saya ini. Dan itu, akan saya beri tahu nanti. Pas hari h" ucap Gilang dengan senyum liciknya. Entah apa yang ia telah siapkan, yang pasti dilihat dari ekspresi nya, bukan hal yang baik.

"Oh iya ma, setelah ini Gilang sama Zea mau fitting baju pengantin. Mama mau ikut?" Lanjut Gilang. Mama Hana mengangguk antusias sebagai jawaban.

Di menit berikutnya, zea, Gilang serta mama Hana pergi meninggalkan hunian nyaman nan asri milik pak azaan. Kini hanya tersisa mereka bertiga, dan sepertinya rasa kesal dan amarah masih sedikit tertinggal di dalam hatinya. Irwan yang menyadari hal itu, akhirnya lebih memilih untuk mengalah. Karena apa? Ya karena gak mungkin kalau pak azaan yang ngalah duluan.

"Iya iya, sorry. Gue minta maaf, gak gak lagi ngobrol sama bini Lo" Irwan buka suara.

Mona mendengus pelan, tingkah calon suaminya itu benar benar menjengkelkan sekaligus membuat hatinya berbunga-bunga. Karena sepertinya baru kali ini Mona merasa di perhatikan, di lindungi, serta disayangi oleh laki laki. Dan bonusnya adalah, laki laki yang memperlakukan nya seperti itu adalah laki laki yang sangat amat ia musuhi. Memang jodoh tidak ada yang tau ya.

MAID AND THE COLD BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang