07

155 11 0
                                    

Yakin pak? Cuma berdua? Nanti kalo bapak khilaf gimnaa? Nanti kalo bapak-"

"Banyak omong kamu. Ayo masuk" sahut azaan seraya membuka pintu rumah nya.

Mona dan azaan pun berjalan beriringan masuk kedalam rumah azaan, namun karena luka nya masih sangat basah, Mona terpaksa harus berjalan dengan pincang. Dan sungguh tega nya, azaan tidak membantu Mona sedikit pun. Saat masuk, Mona langsung di suguhkan dengan ruang tamu yang cukup besar namun tetap sederhana. Dan di tembok, terpasang bingkai foto berukuran sedang. Di bingkai itu terlihat azaan dengan bahagianya tersenyum seraya memeluk mama Hana. Mereka sama bahagianya.

Pak azaan gak punya bapak?

"Heh! Kok malah ngelamun, ayo" ucapan azaan membuyarkan lamunan Mona. Mona pun menoleh, dan ternyata atasan nya itu sudah berada di tangga dan siap untuk naik ke lantai atas.

"Saya tidur di ruang tamu aja ga apa apa pak" jawab Mona.

"Ayo buruan ikut. Gausah bertele-tele" ujar azaan lalu mulai menaiki tangga nya.

Akhirnya mau tidak mau Mona pun membuntuti azaan. Anak tangga demi anak tangga mona naiki dengan susah payah, akhirnya mereka sampai di salah satu kamar dengan pintu berwarna merah muda.

Kamar pak azaan? Ya kali warna nya pink gitu. Jatuh sudah reputasi azaan deka ramanda.

"Ranya" ucap azaan seraya mengetuk pintu berwarna merah muda itu.

"Ranya.." ucap azaan lagi. Tak lama, pintu merah muda itu pun terbuka.

Eh buset. Sapa ni cewek?! Batin Mona.

"Iya bang?" Jawab Ranya lalu beralih memandang Mona.

Waduh! Kok manggil nya pake Abang Abang segala sih neng?

"Ini, Abang bawa temen. Rumah nya jauh, jadi nginep sini dulu. Namanya Mona"

"Mona, ini Ranya. Adik saya. Malam ini kamu tidur sama dia" lanjut azaan.

Itu adek nya kali woy. Elah Mona su'uzon aja.

"Bang. Malik tidur sama Abang ya? Masa iya, Ranya sama kak Mona seranjang bertiga" ucap Ranya.

Jantung azaan berdesir. Sungguh baru kali ini ia akan tidur bersama adik nya. Dulu, mereka bahkan tidak pernah duduk berdua, apalagi untuk tidur seranjang? Ini semua berkat Mona.

"Bang?" Panggil Ranya

"Oh iya." Jawab azaan lalu masuk kedalam kamar Ranya.

Lihatlah bocah tampan itu. Sangat damai di dalam tidur nya. Wajah nya yang polos, dan tidak berdosa. Tubuh mungilnya yang seringkali azaan abaikan. Mau bagaimana pun, Ranya dan Malik tetaplah adik kandungnya.

Akhirnya azaan pun membopong tubuh Malik perlahan lalu meninggalkan kamar tidur Ranya.

"Ayo kak Mona, masuk. Jangan sungkan" ucap Ranya. Kemudian Mona pun masuk dan duduk di ranjang milik Ranya.

"Kakak temen kerja nya Abang ya?" Tanya Ranya seraya membuka lemari pakaian nya.

"Enggak. Saya OB di kantor pak azaan"

"Ohh begitu. Ini kak, baju Ranya. Siapa tau pas buat kakak." Jawab Ranya seraya menyodorkan se-stel piyama berwarna merah maroon.

"Ga usah gak apa apa. Saya pake baju ini aja" jawab Mona. Sebenarnya saya ogah pake baju waiters kaya begini dek. Cuma karena gengsi aja.

"Ga apa apa kak. Pake baju Ranya aja. Ga perlu malu malu. Yuk, kakak bisa ganti baju di kamar mandi" ujar Ranya. Akhirnya Mona pun menerima piyama nya tadi lalu berjalan menuju kamar mandi.

MAID AND THE COLD BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang