Hari berganti. Dan malam ini, azaan masih menetap di kantor nya karena terlalu banyak pekerjaan yang menumpuk. Wajar saja. Pria berusia 30 tahun itu adalah seorang direktur utama perusahaan ternama di Jakarta. Walau perusahaan itu milik ayah nya, tetap saja pekerjaan azaan terus saja datang tanpa pernah berhenti.
"Permisi pak" pintu ruangan azaan di ketuk. Lalu masuk lah karyawan terakhir yang berada di kantor nya itu.
"Iya kenapa?" Jawab azaan.
"Bapak di tunggu sama mba mba di lobi" ucap karyawan itu lalu melenggang pergi.
Azaan melongo namun akhirnya ia memutuskan untuk turun ke lantai satu. Setelah menaiki lift, dan sampai di lobi, azaan langsung melihat seorang wanita dengan tubuh yang lumayan mungil, rambut hitam panjang, dan dress yang memperlihatkan paha mulusnya. Wanita itu sedang asik memainkan ponselnya tanpa menyadari bahwa azaan sudah berdiri di sebelahnya.
"Ehmm" azaan berdehem. Wanita itu pun menoleh lalu menatap azaan tanpa ekspresi. Wajah nya sangat cantik, bibir nya berwarna pink serta kulitnya yang berwarna kuning Langsat.
"Azaan deka ramanda?" Tanya wanita itu.
"Iya. Mba ini siapa ya?" Azaan bertanya balik.
"Oh yaudah" jawab wanita cantik itu lalu melenggang pergi meninggalkan azaan yang masih bingung.
"Orang gila kali ya" gumam azaan lalu kembali ke ruangannya untuk berkemas dan bersiap pulang.
Lalu karyawan terakhir nya itu kembali masuk ke ruangan nya. "Maaf pak, saya pulang duluan. Mau hujan soalnya" pamit nya, lalu di angguki oleh azaan.
Cuaca di luar memang agak mendung. Bahkan sesekali azaan melihat petir menyambar, dan suara gemuruh terdengar. Setelah selesai berkemas, azaan pun langsung keluar dari kantor nya dan menuju mobilnya terparkir. Dan sangat beruntung sekali, karena tepat saat azaan keluar dari kantor nya, hujan pun turun dengan derasnya. Akhirnya azaan pun berteduh di teras gedung.
Saat sibuk memandang sekeliling, tak sengaja azaan menangkap sesosok wanita dengan baju berwarna putih sedang berjalan ke arah nya. Bulu kuduk azaan berdiri. Bagaimana tidak, ia seorang diri di kantor nya yang besar itu. Dan waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Azaan bahkan lebih rela jika sosok itu adalah makhluk halus, di bandingkan wanita wanita sok kecantikan yang mama nya jodohkan. Padahal, sudah banyak wanita yang mengakui pesona dari seorang azaan deka ramanda. Tampan, pintar, soal uang tak kalah menang. Namun pria tiga puluh tahun itu belum bisa membuka hati nya.
"Astaghfirullah astaghfirullah astaghfirullah" azaan beristighfar seraya mengeluarkan ponselnya dari saku celana.
Sosok itu semakin dekat. Terus mendekat, sampai akhirnya sosok itu berdiri diam dengan jarak sekitar sepuluh meter di depan azaan.
"Astaghfirullah, ini kantor kenapa gelap banget gini" gumam azaan seraya menghidupkan senter dari ponselnya. Matanya terus saja mengawasi sosok di depan nya itu.
"Mba?? Siapa sih itu?? Jangan macem-macem sama saya deh!" Ujar azaan seraya menyenter sosok itu.
Saat tubuh sosok itu tersenter, azaan mengernyit. Sepertinya ia pernah melihat baju yang sangat pendek itu. Untuk berjaga-jaga, azaan pun mengarahkan senter ponsel nya ke kaki sosok di depan nya itu. Azaan fikir, kuntilanak pasti kaki nya tidak menapak di tanah. Namun sosok itu beda. Kaki mulusnya menapak dengan kokoh nya di tanah, tapi tanpa alas kaki di bawah nya. Sosok itu kembali maju, dan azaan pun mundur beberapa langkah.
"Gue gak takut sama Lo! Lo setan apaan sih, masa gentayangan jam segini."Ujar azaan seraya terus mundur. Sampai akhirnya ia menabrak pintu kaca kantornya, dan sudah tidak ada ruang lagi untuk azaan mundur.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAID AND THE COLD BOSS
RomanceAzaan deka ramanda. Direktur utama di perusahaan terbesar kedua di Jakarta. Bujangan terhot gelarnya. Paling anti banget sama cewe cewe alay yang kalo pake bedak setebal kamus bahasa Inggris. Soal ngomong pedes? Azaan juara nya. "Makanan kesukaan...