"Ya ampun!!!! Apa apaan ini??!!"
Mona dan azaan menoleh. Kenapa ada kuntilanak disiang bolong begini?. Mereka benar-benar terkejut, bahkan mulut mereka menganga lebar sangking terkejutnya.
"Amara?" Gumam azaan setelah berhasil mengatasi rasa keterkejutannya.
"Astaga pak azaan!!! Sakit hati saya pak!! Kenapa bapak tega banget sih? Kuda-kudaan sama cewek lain, dijalan raya pula?! Ya ampun pak!!" Kuntilanak itu mulai mengeluarkan suaranya.
Bukannya turun atau bagaimana, Mona tetap setia menemplok dipunggung azaan yang lebar itu. Entah keenakan atau gak sadar sadar.
"Apa apaan sih kamu" sejauh ini azaan masih menanggapinya dengan santai. Namun, jika kuntilanak itu berani bertindak lebih, lihat sajaaaa.. pak azaan akan berubah menjadi iron man.
"Heh kamu OB! Turun!!" Sentak Amara seraya menarik lengan Mona.
Azaan mencekal pergelangan tangan Amara, lalu mengibaskannya kuat. Matanya sedikit melotot, serta giginya yang perlahan mulai bergemretak. Kan sudah dibilang, jangan macam-macam.
"Aww!!! Sakit bapak!!" Ucap Amara memelas.
"Pergi kamu dari sini. Ini bukan kantor, jadi kamu jangan seenaknya" ujar azaan. Entah ide darimana, Mona malah makin mengeratkan pelukannya. Kepalanya menyender di bahu azaan, lalu memasang wajah mengejek kearah Amara.
"Heh kamu!! Jangan kegatelan ya sama calon suami saya!! Jangan sok cantik!! Kamu itu cuma OB!" Bukannya pergi, Amara malah mengocehi Mona. Lihatlah, kuntilanak pun kalah seram dari Amara.
"Calon suami matamu! Udah sana pergi!" Azaan yang menjawab. Dengan rasa kesal, Amara pun berjalan kearah mobilnya, masuk lalu menancap pedal gas nya.
"Situ kali yang sok cantik! Rambut di keriting segala biar apa? Biar lebih mirip sama sarang tawon?" Ujar Mona, sepertinya ia membalas ejekan Amara tadi. Tapi saat Amara sudah pergi.
"Giliran orangnya udah ga ada baru berani bales. Tadi kenapa diem aja?" Tanya azaan seraya kembali berjalan.
"Gak enak aja pak. Dia kan atasan saya"
"Terus saya ini kamu anggep apa? Sama Amara gak berani tapi sama saya berani! Yang berhak mecat kamu itu saya, bukan Amara" ujar azaan tegas.
"Ya abis bapak ngeselin" gumam Mona pelan. Namun ternyata azaan mendengarnya. Azaan pun berhenti, lalu menoleh ke Mona.
"Siapa yang ngeselin?" Tanya azaan.
Duh mampus! Dia denger. Mona mengumpat dalam hati.
"Emmm, saya pak. Iyaa saya yang ngeselin" jawab Mona lalu menyengir. Azaan kembali melangkah menyusuri jalanan ramai itu. Masih dengan Mona dipunggungnya serta kaos dalamnya yang sudah basah. Tentu saja, karena keringat tak mau berhenti mengucur. Semua ini, salah sabun diamond wash.
***
Matahari kini semakin terik. Jalanan di perumahan itu sangat sepi. Karena apa? Karena orang-orang malas keluar, karena jika mereka keluar kulit mereka akan terbakar oleh matahari. Bahkan jika ada keperluan mendesak pun, orang-orang akan pergi menggunakan mobil. Tapi berbeda dengan azaan dan Mona. Di siang yang sangat panas begini, mereka masih setia gendong gendongan. Kini azaan sudah terlihat seperti mandi keringat. Jika dibiarkan lebih lama lagi, kulit mereka yang semula putih mulus, akan menjadi eksotis. Ck ck ck, andai saja pak azaan mau mandi pakai sabun lepboy, mereka tak perlu panas-panasan seperti itu."Udah pak turunin saya, bentar lagi sampai kok" ujar Mona. Dasternya pun tak kalah basah dari kaos dalam pak azaan.
"Udah diem aja" jawab azaan. Nafasnya sedikit tersengal-sengal. Memanglah Mona tidak terlalu berat. Tapi jika harus menggendongnya untuk jarak yang cukup jauh, bapak kandung Mona pun tak Sudi melakukan itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/213017834-288-k396161.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MAID AND THE COLD BOSS
RomanceAzaan deka ramanda. Direktur utama di perusahaan terbesar kedua di Jakarta. Bujangan terhot gelarnya. Paling anti banget sama cewe cewe alay yang kalo pake bedak setebal kamus bahasa Inggris. Soal ngomong pedes? Azaan juara nya. "Makanan kesukaan...