Lengkara #11

237 26 2
                                    

Cuaca pada siang ini terasa sangat panas, seolah-olah enggan bersahabat dengan gadis bernama Rainey Azalea.

Rain sedang goleran di rumah minimalis yang ia tinggali kini. Tangannya bergerak mencari-cari keberadaan remot AC. Rain langsung tersenyum bahagia saat menemukan remot AC di atas kepalanya, dengan segera dia menyalakan AC. Tapi entah kenapa, AC dirumahnya tidak mau menyala.

Rain berdiri untuk mengecek. Ternyata listrik dirumahnya padam. Ia menggaruk kepalanya. Aneh aja sih, kalau dirumahnya mati lampu, terus kenapa tetangganya masih bisa dangdutan?

"Alamak, gue pikir kenapa. Ternyata gue lupa bayar listrik." Rain menepuk jidatnya.

Rain bergegas mencari handphone, pokoknya dia harus segera membayar tagihan listrik. Jangan sampai saat malam tiba, dia gelap-gelapan di rumah, sendirian pula. Rain kan takut gelap.

Rain membuka sebuah aplikasi yang dapat membayar tagihan listrik secara online. Zaman sekarang, semuanya hampir tersedia melalui handphone. Bahkan, sampai ada yang pacaran di handphone tanpa mengetahui rupa masing-masing. Ini seriusan ya, nggak bohong.

Rain menghela napas lalu memijit pelipisnya. Wajahnya terlihat ngenes. "Tabungan gue mulai menipis. Gue kudu kerja apaan ye."

"Apa gue gadai motor aja ya?" Kemudian Rain menggeleng. "Nggak boleh. Kalo gadai motor, gue ke sekolah kudu naek apa? Kalo motor gue lecet gimana? Kasian Nono, ganteng nan gagah, masa lecet."

Lihat, bahkan di saat-saat seperti ini dia malah mengkhawatirkan Nono--motor ninja berwarna biru gelap kesayangannya.

Rain pun membuka aplikasi ige, siapa tahu ada sesuatu yang bisa di kerjakan dan menghasilkan cuan.

"Hm, balapan?" Gumamnya saat melihat beranda ige nya yang menampilkan berita bahwa akan diadakan balapan liar nanti malam. Matanya pun bergulir pada caption postingan itu.

"Balapan gini bisa dapet duit? Yang bener aja weh." Rain sedikit terkejut. Sumpah, dia baru tahu kalau balapan liar bisa dapat duit.

Senyuman kecil kemudian terbit di wajah gadis itu, "menarik, kayaknya gue perlu coba nanti malem."


















































































































Rain berhenti di depan gerbang rumah terlapisi emas yang membuat gerbang itu berkilauan saat terkena cahaya. Gerbang terbuka, saat itulah Rain membawa motornya masuk ke dalam pekarangan rumah yang sangat amat luas.

Bangunan megah dan kokoh terpampang jelas di hadapannya. Desainnya sangat mewah, terlihat seperti sebuah kerajaan yang pantas untuk di tinggali seorang Putri. Walau terlihat mewah, Rain tidak ingin sama sekali tinggal di bangunan itu. Orang-orang di luar sana pasti berpikir bahwa tinggal di sana akan terasa sangat bahagia. Tapi bagi Rain, itu hanya akan di miliki oleh orang yang memang benar-benar di inginkan kehadirannya di dalam rumah itu.

Rain memijakkan kaki pada lantai rumah. Memasuki ruangan demi ruangan. Entah kenapa, rumah yang sempat menjadi tempat tinggalnya itu terlihat sepi daripada biasanya.

Rain pun mendaratkan bokongnya pada salah satu sofa yang berada di ruang keluarga. Terlihat seorang wanita paruh baya yang tak jauh darinya terkejut dan segera menghampiri.

"Non Neya. Non kemana aja? Kok nggak pernah kesini selama setengah bulan? Bibi pikir, Non pindah ke luar negeri. Makanya nggak pernah keliatan." Bi' Nina merupakan pembantu yang paling lama bekerja di rumah itu, segera mengajukan pertanyaan bertubi-tubi pada anak majikannya. Bi' Nina tentu saja khawatir karena anak majikannya itu tak kunjung kembali, dan baru terlihat batang hidungnya di rumah setelah setengah bulan tak muncul.

Lengkara [completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang